"Siap-siap kita ke rumah sakit, gue bakal nganterin lo."
"Nggak--" tolak Alleza. Gadis itu berdiri dengan susah payah. "Aku gapapa. Ayo sarapan, nanti kita telat ke sekolah."
"Lo mau sekolah dengan keadaan kaya gini?"
"Ini cuma sakit perut biasa. Nanti di sekolah juga ilang." Alleza meninggalkan Keenan lalu menuju ke meja makan, duduk di sana sambil menyantap roti selai buatannya.
Keenan segera menyusul, namun belum duduk di kursi, ia memilih memperhatikan Alleza yang tengah makan tanpa selera.
Alleza juga balas menatapnya, mungkin karena Keenan tak kunjung duduk bergabung untuk makan. "Kenapa nggak dimakan?"
Setelah sebuah pertanyaan terlempar kepadanya, Keenan mulai duduk untuk segara memakan dengan lahap roti selai buatan teman serumahnya. Selama keheningan di meja makan, Alleza sebenarnya sedang menahan sakit di bagian perutnya secara diam diam, sengaja agar tidak mengundang kekhawatiran Keenan.
Akhirnya Alleza memilih untuk mengakhiri sarapannya, menyisakan setengah potong roti di atas piring. Keenan dengan mulut penuh roti nya memekik, "Mau kemana!"
"Aku udah selesai."
Hanya itu yang di katakan Alleza, lantas ia pergi ke kamarnya. Tiga menit kemudian setelah Keenan menghabiskan sarapan, cowok itu menatap bergantian ke atas--tepatnya pada kamar Alleza--lalu roti selai cokelat yang disisakan setengah.
"Kalo sarapannya nggak abis, terus nanti dia kelaparan di kelas gimana?"
Keenan menggeleng. Alleza sedang sakit perut, wajar saja nafsu makannya berkurang. Mungkin setelah sakitnya reda baru Alleza mau makan. Tanpa berpikir panjang Keenan mengambil sepotong roti sisa Alleza kemudian menyuapkan semua ke dalam mulutnya. Cowok itu lantas berjalan ke meja pantry dapur dengan mulut penuh roti.
Ia mengambil roti, selai, dan satu kotak susu di dalam kulkas. Keenan membuat kembali roti selai cokelat kesukaan Alleza, kemudian memasukan itu ke dalam kotak bekal. Setelah di rasa semuanya siap, Keenan ikut kembali ke kamarnya sambil membawa kotak bekal itu untuk bersiap-siap.
***
Setelah bersiap, Keenan berangkat bersama Alleza untuk pergi ke sekolah seperti biasa. Ia mulai memutar gas membelah jalanan kota.
"Bunda Aira marah karena kamu sekolah."
"Kok lo tau?"
"Dia nelpon aku tadi."
Keenan tertawa kecil di balik helmnya. Sebelumnya Keenan juga pikir kalau Aira pasti akan meminta bantuan Alleza untuk menahannya sekolah, tapi untungnya Alleza tidak melakukan itu. Hanya membutuhkan waktu beberapa menit, mereka sudah sampai di parkiran SMA Nebula
Saat turun dari motornya, Alleza nampak bergerak gelisah. Keenan juga menangkap ketidaknyamanan Alleza. Ia melepaskan helm di kepalanya. "Lo gapapa?"
Alleza mengangguk dengan ragu. Ia berjalan mendahului Keenan. Barulah saat itu Keenan mengerti dengan situasi yang sebenarnya sedan terjadi sejak mereka masih di rumah.
Keenan membuang wajah dengan malu. Apa itu? Seram sekali, pikirannya. Keenan berlari sambil melepaskan jaketnya, ia berdiri menghalangi jalan Alleza.
Tanpa berbicara banyak Keenan melilitkan jaketnya ke pinggang Alleza, membuat gadis itu terkejut. Keenan juga melepaskan tas yang bertengger di bahu Alleza. Alleza bingung, apalagi melihat wajah Keenan yang memerah.
"Ke UKS. Lo lagi dapet. Tasnya gue bawa ke kelas."
Lalu Keenan berlari meninggalkan Alleza sendirian. Alleza mematung di tempat. Akhirnya Alleza menyadari kenapa perutnya sangat sakit sejak tadi pagi. Alleza lupa kalau hari ini tanggal merah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Fiksi RemajaKeenan pikir ia hanya menganggap Alleza sebagai teman serumahnya, tidak lebih. Tapi... "BALIKIN LEZA GUE!" *** Dalam beberapa menit semuanya lenyap. Alleza menangis menyeret tubuhnya yang bersimbah darah, menjerit tertahan meminta tolong. Tragedi m...