6

583 71 12
                                    

Aluna.

Dia tak tampan, tak juga rupawan
Dia tak juga, bergelimang harta
Tetapi mengapa gayanya seperti superstar

Aku melirik Danita yang sedang berkaraoke lagu dewi-dewi dari playlist Indonesia Centil-nya untuk yang kesekian kalinya.

"RADITYA DJAYANTO BRENGSEEEEEEK! COWO KURANGAJAR!!!!! GUE SUMPAHIN LO NYESEL SEUMUR HIDUP UDAH KAYA GINI KE GUE YA BAJINGANNNNNNNN!!!!"

Keluar sudah sumpah serapahnya.

Beberapa minggu lalu, sepulangnya dari Labuan Bajo dan aku keluar dari Rumah Sakit, Danita bertengkar hebat dengan Radit.

Alasannya? Danita mendapat panggilan untuk menjadi salah satu staff khusus Menteri Pariwasata, ia direkomendasikan sendiri oleh Pamannya yang kebetulan mantan Wakil Menteri, mengingat sebelum bekerja di kantornya yang sekarang, Danita sempat menjadi konsultan politik di masa-masa pemilu saat ia baru lulus dulu, dan untungnya, Calon Gubernur yang ia handle saat itu memenangkan pemilihan, dengan seluruh strategi kampanye, hingga strategi kemenangan, yang salah satu mastermindnya adalah Danita.

Well, tentu kemenangan itu saja sudah cukup bagus dalam portofolio politik Danita.

Jadi, tentu saja dengan senang hati Danita menerima tawaran itu, kapan lagi ia bisa bekerja sesuai dengan bidang ilmunya?

Namun, tawaran itu menjadi sumber pertengkaran antara dirinya dan Radit, Radit murka karena Danita menerima tawaran itu tanpa persetujuannya, karena artinya, bila Danita menerima tawaran pekerjaan tersebut, ia akan lebih sering dinas ke luar kota, berkeliling Indonesia untuk meninjau pembangunan, sedangkan, Radit tidak menyukai ide itu, mengingat ada Jevano Aditama, salah satu staff khusus Menteri tersebut yang kemarin sempat viral karena lajang, tampan dan tentu saja mapan.

Entah apa yang ada dalam isi kepala seorang Raditya, entah karena cemburu Danita akan sering bertemu Jevano Aditama atau mungkin semakin insecure jika Danita menerima pekerjaan itu, yang otomatis membuat Danita menjadi lebih unggul dari Raditya.

Namun, bukan Danita namanya jika ia tidak keras kepala, tentu saja Danita tetap menerima tawaran tersebut, dan langsung mengajukan one month notice ke kantor lamanya.

Alhasil, sekarang sudah genap hampir dua minggu Radit dan Danita tidak berkomunikasi, membuat ku sebagai teman terkena imbas Danita yang uring-uringan setiap ia melihat Radit update instagram storynya, tapi tidak membalas pesannya, atau bahkan mengabaikan panggilannya.

"Lo bayangin aja ya Na! Dia tuh selalu gini setiap ada masalah! Bukannya diselesaiin, malah menghindar! Gimana gue ga emosi?! Padahal lo tau sendiri dia lebih tua lima tahun dari kita! Tua doang tapi ga bisa mikir!"

Aku menaruh handphone ku, mengalihkan fokus dan pandanganku ke arah Danita.

"Udah lah, gue bilang juga apa. Putus aja sekalian."

Mendengar ucapan ku, Danita berseru dengan penuh emosi "Ya ga gitu juga dong! Sebenarnya tuh masalahnya cuma Radit yang ga suka gue terjun ke dunia politik lagi."

Aku mengerutkan dahi mendengar jawaban Danita. Aneh. Kenapa tidak suka? Padahal, Danita berkecimpung di dunia politik yang bagus, bukan sekedar buzzer bayaran yang opininya tidak masuk akal dan membuat sakit kepala.

"Alasannya?"

"Karena dia pikir, gue akan jago manipulasi dan berbohong ke dia."

Benar dugaanku, Radit insecure.

"Lah, kan si Kafi udah balik ke hidup lo. Lagian kalau dipikir-pikir, apa yang diomongin Nikita waktu itu ada benarnya juga loh, mending mana, lo sama Kafi yang udah jelas kedepannya bakal gimana, atau lo sama Radit yang masih pontang-panting di umur segini?"

LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang