8. ANOTHER SIDE : LUCIFER VS ANGEL

11.5K 1.3K 1.3K
                                    

Hello everyone!
Aku balik lagi meskipun sedikit telat. Heheheh.

Enjoy guy's❤️❤️

****

Lucifer menatap Amora dengan senyum miring yang terpatri diatas bibirnya. Seandainya gadis itu tau betapa menggemaskannya dia ketika mengenakan seragam sekolah, sudah pasti Amora tidak akan mau memakai baju tersebut didepan Lucifer lagi.

"Lo udah selesai, baby?" tanya Lucifer mendekati Amora. Jemarinya terulur merapikan anak rambut Amora yang tidak terikat sepenuhnya.

Amora yang sejak tadi bergerak mempersiapkan semuanya tersentak cukup kaget. Lucifer ini memang physical touch sekali. Sejak kemarin laki-laki itu selalu saja mencuri kesempatan untuk menyentuh Amora.

"E-eh, udah Kak. Kita berangkat sekarang?" tanya Amora gelagapan.

Kening Lucifer mengernyit dalam, seakan ada hal janggal yang mengusik hatinya. "Kita sarapan dulu, baby. Nggak mungkin lo sekolah kalau gak sarapan."

Amora membuka bibir hendak menyahut, namun urung karena takut Lucifer akan mengamuk disaat yang tidak tepat. Bisa-bisa mereka terlambat kesekolah.

Kedua mata Lucifer memicing curiga. "Jangan bilang lo nggak pernah sarapan kalau mau kesekolah?"

Amora tak menjawab yang mana membuat emosi Lucifer seketika langsung memuncak. "Jawab gue Amora!" pekiknya mulai terbakar.

Amora tidak mengerti dengan cowok disampingnya itu. Dia sangat mudah termakan emosinya sendiri. "Iya kak, Amora nggak—"

"Fuck." umpat Lucifer meraih tangan Amora, menariknya kasar keluar dari kamar perempuan itu.

Amora meringis, sakit sekali rasanya. Lucifer memang tetap menjadi cowok kasar seperti wataknya, tapi dia tidak menyangka kalau anak itu sekejam ini memperlakukan kekasihnya.

"K-kak sakit..." rintih Amora tersendat-sendat mengikuti langkah panjang cowoknya.

Lucifer membalikkan badan, menatap Amora dengan kilatan yang mengerikan. Aura gelap mendadak memenuhi Lucifer pagi itu, padahal bisa saja dia menyuruh Amora sarapan dengan bentakan tidak harus kasar seperti itu.

"LO NGGAK PERNAH SARAPAN?!" teriak Lucifer keras membuat beberapa pelayan yang berseliweran di ruang makan menghentikan pekerjaan mereka.

Amora menunduk dengan mata memanas. Dia tidak mengerti apalagi salahnya, jika Amora tidak pernah sarapan itu kan urusannya bukan Lucifer. Seharusnya ia tidak perlu seberlebihan ini dan mempermalukan Amora dihadapan semua pelayan. Amora tau dia seorang budak, tapi Lucifer tidak memiliki hak untuk membuatnya seperti ini.

"Jawab gue Amora atau gue patahin leher lo didetik ini juga."

Beberapa pekikan tertahan pelayan terdengar jelas. Amora tidak tahan. Lucifer benar-benar keterlaluan. Cowok itu menganggapnya sebagai kekasih atau tidak sih? Kenapa perlakuannya tidak memiliki perbedaan?

"Iya. Amora nggak pernah sarapan."

"KENAPA?" suara Lucifer naik satu oktaf.

Amora menyeka air mata yang membasahi pipinya. Isakan tangisnya mulai terdengar yang mana membuat Ijarlina disudut dapur memutar bola mata jengah.

LUCIFER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang