Renjun terdiam dengan seorang balita berusia 3 tahun yang duduk dengan tenang di pangkuannya dengan salah satu tangan kecilnya menggenggam biskuit.
Sedangkan, di hadapannya ada kedua orangtuanya dan mertua dari mendiang kakaknya.
"Renjun mau kan ya? Kami takut kalo Jaehyun nikah lagi sama orang lain, nanti Sungchan ga dapet kasih sayang yang sama kayak di sayang Winwin." Ucap seorang pria cantik yang meski sudah menginjak usia 50 tahun yang Renjun ketahui bernama Jaejoong.
"Iya, Ren. Mau kan nikah sama Jaehyun? Kamu juga deket sama Sungchan kok, itu lebih baik daripada nanti Sungchan ga dapet kasih sayang dari ibu atau ayah barunya." Kali ini Luhan, babanya yang bersuara.
Renjun menggigit bibirnya, ia merasa pening dengan kondisi seperti saat ini. Ia pikir sepulang dari pekerjaan paruh waktu, dirinya akan dapat berbaring dengan tenang dan menghabiskan malam Minggu dengan maraton drama korea.
Tapi sepertinya takdir berkata lain, Tuhan tidak ingin Renjun bersantai seperti biasa.
"Baba, ayah, kak Jaehyun pasti keberatan kan nikah sama Renjun?" Renjun menatap setiap wajah orang tua di hadapannya itu satu persatu dengan wajah memelasnya. Walau ia tahu, hasilnya nihil.
"Lagipula, Kak Winwin masih belum lama meninggalnya." Lanjut Renjun menyuarakan isi hatinya yang secara tidak langsung sebagai bentuk penolakan, ia tidak setuju jika harus menikah dengan Jaehyun.
"Belum lama dari mana? Sudah setahun lebih, dan setahun ini juga kamu yang ngurus Sungchan, bahkan ditengah kesibukan kamu sebagai mahasiswa semester akhir." Kali ini ayahnya bersuara.
Renjun terkejut, ia baru ingat bahwa selama ini Sungchan selalu menempel padanya, tidur dengannya, makan dengannya, bahkan Renjun banyak mengajari berbagai macam hal dan eksperimen sains yang tentu saja sangat disukai oleh anak itu.
Renjun meringis, lalu menatap Sungchan dalam sedangkan anak itu masih asik dengan sebuah biskuit yang tak habis-habis. Sungchan yang sadar karena ditatap oleh unclenya pun mendongakkan kepalanya ke atas dan menatap Renjun, lalu sebuah senyuman lebar tercipta di bibir si kecil membuat Renjun mau tak mau untuk ikut tersenyum.
"Tapi, kak Jaehyun pasti ga setuju soal ini kan?" Renjun mengangkat kembali kepalanya dan menatap wajah orang tua di sana satu persatu.
"Jaehyun setuju, nak Renjun. Kami sudah berdiskusi dengannya. Lagipula, Jaehyun juga tidak memiliki kekasih baru setelah kematian Winwin." Kali ini pihak orang tua Jaehyun yang angkat bicara.
'Ah, shit.' batin Renjun, hidupnya akan terjebak menjadi seorang pengganti. Tidak adakah peran yang lebih baik dari ini?
Renjun nelangsa dalam hatinya.
Renjun akui, Renjun memang menaruh hati kepada pria bernama Jaehyun itu. Kejadian yang tidak dapat dikendalikannya terjadi begitu saja saat Winwin mengenalkan Jaehyun dengan keluarganya. Saat itu, Renjun masih berusia 17 tahun. Pertama kalinya ia merasakan jatuh cinta dan pertama kali pula ia merasakan patah hati.
Winwin dan Jaehyun pasangan yang serasi, keduanya sangat pintar, serba bisa dan memiliki wajah yang rupawan. Renjun bahkan tidak pernah berani untuk bermimpi bisa bersanding dengan Jaehyun.
Karena, Renjun merasa ia hanyalah seekor angsa buruk rupa yang tak akan pernah cocok bersanding dengan pangerannya.
Meski begitu entah kenapa, hingga sampai detik ini perasaan cintanya kepada Jaehyun tidak pernah terhapus meski sudah berkencan dengan Mark dan Jaehyun sendiri telah menikah dengan Winwin selama 5 tahun.
Mengingat seberapa lama hubungan diantara keduanya membuat Renjun tidak yakin dirinya akan dicintai oleh pria itu, karena cinta Jaehyun kepada Winwin begitu besar, sangat terlihat bahkan dari sorot matanya. Bukti lain juga menyebutkan ia tidak memiliki kekasih sampai saat ini mungkin dikarenakan masih mencintai Winwin.
Ngomong-ngomong tentang Winwin, ia adalah kakak Renjun, Winwin meninggal karena mengalami tabrak lari saat akan berbelanja, kala itu Jaehyun tengah berada di luar kota dan Sungchan bersama Renjun tengah menonton kartun bergambar beruang dan babi.
Untuk pertama kalinya, Renjun merasa sangat menyesal dan begitu terpukul karena membiarkan kakaknya belanja seorang diri. Hari demi hari, perasan menyesal itu masih menjadi beban di sudut hati Renjun.
Oleh karena itu, dia selalu merawat Sungchan dengan penuh kasih untuk menebus rasa bersalahnya, bahkan Renjun rela bekerja di dua tempat hanya untuk membelikan berbagai macam mainan dan pakaian untuk Sungchan, walau Sungchan tidak pernah kekurangan apapun karena ayah dan para kakeknya juga begitu menyanyanginya. Lalu ketika akhir pekan tiba, Jaehyun yang libur akan menjemput Sungchan dan bergantian untuk menjaganya.
Renjun menghela nafas lelahnya, karena sedikit paksaan dari orangtuanya, Renjun memilih untuk setuju, hanya saja dengan syarat ia tidak ingin acara pernikahan itu dilangsungkan dengan meriah. Cukup keluarga dekat saja dan disetujui oleh sorak kebahagiaan serta dipenuhi rasa syukur.
'Tuhan, apakah ini jalan yang tepat untukku?'
'Ge, maafin Renjun.'
Renjun memeluk Sungchan dengan erat, meski anak itu merasa risih karena sedikit merasa gerah, namun entah kenapa Sungchan membiarkan pamannya dan tetap diam.
Orang tua di sana telah mulai berdiskusi tentang kapan dan di mana pernikahan itu akan diadakan.
.
.
.
"Jay, kau yakin akan menikah dengan Renjun? Dia adik Winwin kan?" Kali ini seorang pria dengan rahang tegas dan tatapan menyipit itu menatap Jaehyun.
"Ya." Jawabnya singkat.
"Jika kau tidak mencintainya lebih baik urungkan saja, Jay. Kau hanya akan menyakiti anak itu."
"Siapa yang berkata aku tidak mencintainya, Lee Taeyong." Balasan tegas dari Jaehyun membuat kedua bola mata Taeyong membola, ia terkejut tentu saja. Pasalnya, Jaehyun tidak pernah tertarik melihat Renjun. Bahkan saat Renjun begitu terlihat cantik saat pesta ulang tahun Sungchan, Jaehyun malah menghindar agar tidak bertemu.
"Kau yang bertanya, kenapa kau yang bingung, Hyung?" Jaehyun menyadari reaksi lawan bicaranya yang aneh dan kemudian menatap lawan bicaranya.
"Sejak kapan?"
"Entahlah. Aku tidak tahu. Yang pasti disaat aku menyadari sisi lain dari anak itu." Jaehyun mengulum senyumnya, ia teringat dengan kenangan yang belum lama ini terjadi.
"Ya ya terserah apa katamu, hanya saja jangan lupa bahwa ia 10 tahun di bawahmu, Jung. Pola pikirnya sudah sangat berbeda. Dan jika kau tidak pandai menyampaikan isi hatimu, sudah pasti rubah kecil itu akan lari."
Jaehyun hanya terdiam mendengar ucapan Taeyong yang panjang lebar, netra elangnya menatap ke arah proposal di kedua tangannya namun pikirannya terbang jauh mengudara.
'Yang harus kulakukan hanyalah membuat pagar yang mengelilingi dirinya agar tidak lari dariku.'
.
.
.
⊰⊹ฺ TBC
~~~
Karena aku lagi kesel kalah war shopee sunscreen jadi up cerita baru aja😭😭😭
Gatau, lagi pengen Renjun jadi pengganti mulu bawaannya 😔😔🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
A to Z (Jaeren)
FanfictionKomunikasi memang tepat dijadikan landasan dalam sebuah hubungan untuk memberikan sebuah afirmasi bahwa keduanya saling mencintai. "Teruslah berkata seperti itu kepada bayanganmu di dalam cermin yang pecah." "Apa maksudmu?" "Kau hanya memberikan sem...