Renjun tidak menyangka, semuanya terjadi begitu cepat. 1 bulan berlalu tanpa terasa. Dan saat ini ia telah meninggalkan status lajangnya. Entah dia harus merasa senang atau sedih karena dapat menikah dengan orang yang dicintainya meski Renjun sendiri yakin jika Jaehyun tentu saja tidak mencintai dirinya.
Acara sakral mengucap janji setia sehidup semati itu telah terlewati begitu saja, Renjun masih mengingat keningnya dicium oleh Jaehyun tak lupa dengan sebuah senyuman yang dilemparkan oleh pria pemilik dimple di pipinya.
Untuk pertama kalinya ia melihat wajah Jaehyun dalam jarak yang dekat membuat jantungnya berdegup lebih kencang daripada biasanya.
Renjun masih terus meyakini, sikap lembut Jaehyun yang ditampilkan hanyalah sebuah bentuk formalitas karena ada sanak saudara yang tengah menyaksikan upacara pernikahan itu.
Dan untuk selanjutnya, pesta kecil-kecilan diadakan di sebuah hotel yang dikelola oleh pihak keluarga Huang.
Merasa lelah setelah menyapa setiap keluarga inti dari dua pihak, Renjun memilih untuk pergi mencari udara segar, tangannya melonggarkan dasi yang seakan mencekik lehernya. Kaki jenjangnya berjalan menuju sebuah rooftop hotel.
Angin musim panas berhembus menerpa paras manis sang submisif, punggungnya yang terasa berat ia sandarkan di sebuah dinding tanpa cat, hanya berlapis semen yang kasar.
Satu kuasanya meraih sebungkus rokok dari saku celana. Diapitnya benda bernikotin itu diantara kedua bibir ranumnya, api dari pematik itu dinyalakan untuk membakar tembakaunya.
Kepulan demi kepulan asap itu terus dilambungkan menuju udara bebas, tidak cukup hanya dengan satu batang, ia membakar kembali batang rokok selanjutnya, tidak peduli paru-parunya akan membusuk yang terpenting perasaan penat dalam dirinya ia terbangkan bersama kepulan asap rokok dari belah bibirnya.
Sejenak suasana sunyi itu masih terus ia nikmati hingga tanpa sadar satu bungkus rokok telah terbakar tak tersisa satu batangpun.
Untuk pertama kali bagi Renjun menghabiskan satu bungkus dalam waktu yang singkat. Biasanya akan memakan 2 hari. Yah, bergantung dengan merknya, tentu saja.
"Saya cari kamu dimanapun ga ada, ternyata di sini. Seharian ini kamu belum makan kan?" Renjun menoleh saat ia mendengar suara dengan nada semi formal dari arah belakang.
"Kami semua mencarimu, Ren." Lanjut Jaehyun yang melangkahkan kakinya membuat jarak diantara mereka terkikis.
Renjun menunduk, ujung sepatu milik Jaehyun telah menempel di ujung sepatu miliknya.
"Kamu ga laper hm?"
Renjun menahan dada Jaehyun untuk tidak semakin mendekat ke arahnya.
"Sejak kapan kamu di sana?" Renjun menatap datar ke arah Jaehyun.
"Sejak kamu membakar rokok yang pertama."
"Untuk pertama kalinya bagi saya ngeliat kamu begitu menikmati menghisap racun yang menggerogoti tubuh kamu."
Jaehyun terus berbicara, meski Renjun terlihat enggan untuk menanggapi. Remaja seusia Renjun yang masih ingin menikmati masa mudanya tapi telah terjebak dalam status pernikahan pasti merupakan hal yang sangat sulit bagi Renjun.
Mau tidak mau, jalan satu-satunya adalah memaklumi. Jaehyun yang pernah menikah sebelumnya dan Renjun yang belum pernah menikah. Maka, akan ada banyak hal yang harus Jaehyun ajarkan agar Renjun menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Tugas untuk membimbing Renjun telah diserahkan dari ayahnya kepada dirinya sebagai seorang pemimpin dalam keluarga kecil yang akan ia bina ini.
"Kerabat dekat kita telah pulang ke rumah, kamu ga mau ganti baju terus istirahat hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A to Z (Jaeren)
FanfictionKomunikasi memang tepat dijadikan landasan dalam sebuah hubungan untuk memberikan sebuah afirmasi bahwa keduanya saling mencintai. "Teruslah berkata seperti itu kepada bayanganmu di dalam cermin yang pecah." "Apa maksudmu?" "Kau hanya memberikan sem...