Dalam sebuah sajak
Ada rasa merajut kata
dan
ini aku sang penggembala senja
Yang menanti purnama hanya tuk mengeja
Langkahku menjemputmu sayang
Hidupku sudah dibatas senja
Namun hatiku masih tertinggal di relung embun pagi
Tanpa hiasan, hanya sejuk memluk hati
Embun itu, merayuku dengan pelukannya
Agar aku tetap terlelap dalam istana mimpiku
Biarkan aku menjemputmu embunku
karena aku tak mau hanya terlelap dalam istana itu
Pelukmu membuatkan, enggan terbuai pagi
walau aku tahu ada peraduan di pagi hari
kau ada saat pagi pun mulai terjaga
Ingin ku petik puing puing mu setiap pagi
Ku kumpulkan, kurebahkan dalam cawan emas berlumur mawar
Kusimpan, akan kusimpan
Kaulah yang kutunggu dan kuhimpun setiap pagi datang