p.r.o.m.p.t XIV

33 4 1
                                    

Tidak ada yang lebih buruk dari hasil jarahan yang dijarah kembali dari tangan para bandit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tidak ada yang lebih buruk dari hasil jarahan yang dijarah kembali dari tangan para bandit. Zitao tidak tahu apa yang sedang terjadi di luar sana, tapi dirinya dengan jelas mendengar suara desingan pedang yang membelah udara dan suara kesakitan beberapa orang.

Tidak ada pencahayaan di dalam kotak kayu itu, Zitao hanya bisa menunggu dengan perasaan takut dan waspada. Ia tak henti memperhatikan pintu kotak kayu yang tertutup, dimana suara rantai yang digunakan untuk mengunci pintu kotak itu bergemerincing tanpa henti akibat benturan dari luar.

Suara pedang dan teriakan kesakitan di luar sana membuatnya tak bisa mencegah dirinya membayangkan manusia kejam seperti apa yang tengah membantai habis kelompok bandit yang menculiknya ini.

Apakah mereka akan memperlakukan dirinya lebih kejam dari para bandit?

Air mata di pipinya sudah lama mengering, nafasnya masih tersengal, meremas udara kosong di sisi tubuhnya yang tak berdaya. Zitao merasakan butiran-butiran kecil yang berada di sekelilingnya, seukuran kerikil namun memiliki permukaan yang halus, dan butiran-butiran itu berkilau ketika beberapa kali sinar bulan masuk melalui celah kotak kayu itu.

Zitao sedikit kesusahan saat ia berusaha mengumpulkan butiran-butiran itu, yang ia letakkan di belakang tubuhnya. Karena jelas, ia tidak ingin para bandit atau siapa pun manusia kejam yang sedang membajak mereka saat ini melihat butiran itu dan menyalahgunakan nya.

Suasana menjadi sepi, sunyi, dan Zitao tanpa sadar menahan nafas ketika mendengar suara langkah kaki yang berat dan khas akan suara besi yang bertemu permukaan tanah semakin dekat.

Saat pintu kotak kayu itu dibuka, Zitao berusaha tetap bersembunyi di balik kegelapan kotak tersebut seraya menutupi matanya dengan punggung tangan.

Kotak kayu itu tidak besar, bahkan para bandit harus memaksa tubuh Zitao untuk masuk ke dalam kotak itu dan tidak peduli meski Zitao berteriak kesakitan dan terluka cukup parah. Dan kini Zitao tidak tahu bagaimana harus melindungi dirinya, ia kehabisan energi, tubuhnya terluka, dan malam yang panjang ini masih terus berlangsung.

Zitao tidak tahu bagaimana kotak kayu yang ia tempati tiba-tiba terbuka dari berbagai sisi, perlahan tapi pasti, cahaya rembulan kini menyinari tubuhnya yang dingin dan kotor, memantulkan sisik berwarna biru yang indah. Udara yang dingin menyapa kulitnya yang telanjang, terasa tidak asing, dan ia baru menyadari jika kotak kayu itu adalah sebuah kotak besi yang mirip seperti penjara dengan teralis.

Terdengar suara bisikan di sekeliling kotak besi itu, Zitao melihat seorang pria dengan balutan baju besi yang kini menatapnya dengan tatapan tak percaya. Lalu beberapa pria lain yang memakai pakaian besi yang sama, mereka terlihat terkejut dan penasaran terhadap dirinya.

"Siapa namamu?"

Suara itu berat dan tenang. Cukup mengejutkan Zitao, namun ia enggan untuk merespon. Ia takut, bagaimana pun mereka sudah menghabisi para bandit yang membuatnya seperti ini.

p. r. o. m. p. tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang