"Nona sudah sembuh total tuan."
"Secepat itu?"
Evan Smith, dokter pribadi keluarga Mikage itu mengangguk. Evan menjelaskan pada Reo, bahwa (name) ternyata memiliki ketahanan tubuh yang lumayan. Demam tinggi yang ia alami sembuh hanya setelah sehari istirahat.
"Tinggalkan kami berdua." Titah Reo.
Sesuai perkataannya, di dalam kamar kini hanya ada Reo dan (name). Saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain.
"Dengar (name), orang tua ku atau bisa kau sebut kakek nenek mu akan kemari untuk menemui mu." Ujarnya to the point.
(Name) memutar bola mata bosan. Melipat kedua tangannya di dada seolah tak peduli. "Lalu?"
"Bersikaplah yang sopan."
"Untuk apa?"
"Untuk apa?" Reo mengernyitkan dahi. "Tentu saja Karna mereka lebih tua dari mu, kau harus menghormati mereka. Selain itu jangan panggil aku dengan namaku, panggil aku papa."
Melihat respon (name) yang tidak peduli membuat Reo sedikit kesal. Kalau ia tidak bisa mengontrol perilaku (name), orang tuannya pasti akan mengomel.
"Aku tau ini bukan hal yang sulit (name), aku akan menyuruh pelayan untuk mendadani mu untuk nanti malam. Bersiaplah."
---
(Name) duduk diatas sofa merah yang empuk. Penampilannya terlihat mewah Karna sedang berperan sebagai anak CEO, pada dasarnya ia memang anak dari Mikage Reo. Hanya saja ia masih belum mengakui hal itu.
Tubuhnya terbalut oleh dress yang mahal entah menggunakan bahan apa dan bertabur pernak-pernik emas dan berlian di berberapa sisi.
"Reo? Jadi ini anak yang kau bicarakan?" wanita paruh baya itu memperhatikan penampilan (name). "Kau benar, dia sangat mirip dengan mu."
"Setelah melihat dia apa ibu akan tetap menyuruhku tes DNA?" Tanya Reo.
Wanita paruh baya, Hikari yang merupakan ibu dari Reo Mikage menggeleng. "Kurasa tidak perlu."
Kini gantian Lionel, ayah Reo bertanya pada (name). "Pelajaran apa yang kau suka, (name)? Apa itu sejarah matematika atau bahasa?"
(Name) menjawab dengan ketus. "Aku tidak suka belajar."
"Apa?" Kedua orang tua Reo menatap satu sama lain.
"Kenapa?" Tanya Hikaru.
(Name) menatap tidak suka, "Karena aku tidak membutuhkannya. Aku akan belajar dengan caraku sendiri."
Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Reo melempar tatapan tajam ke arah (name) namun tidak digubris.
"Kami hanya berusaha untuk membantu mu (name)." Ujar Killian datar. Ia tidak menyukai tatapan (name) yang terlihat merendahkannya.
"Kau ternyata mewarisi sikap buruk wanita itu."
"Ayah hentikan."
"Apa wanita itu tidak mengajarkannya sopan santun? Lingkungan hidupnya pasti buruk."
"Ibu!"
Mendengar ucapan kedua orang yang menjelek-jelekkan mama nya. Emosi (name) tidak terbendung lagi.
"Tidak usah sok baik sialan, kalian lupa gara-gara siapa mamaku bunuh diri?" Ia berkata sinis. Menunjuk wajah Hikari, "Gara-gara kau." Lalu berganti menunjuk Lionel dan Reo secara bergantian. "Kau dan kau."
"Lihatkan Reo? Anak mu ini tidak memiliki sopan santun." Ujar Hikaru Sinis.
"Kau harus bisa mendidiknya Reo." Sambung Sean.
"Kurasa aku akan pergi dan melewatkan makan malam."
Reo langsung tau, perasaan kedua orang tuanya sudah jelek, tidak mungkin Reo memaksa kedua orang tuanya untuk melihat (name) lebih jauh.
"Aku juga, ...Reo urus anak mu. Jangan sampai dia menganggu pertunangan mu dengan Vienne."
Sepeninggal orang tua Reo ruangan yang tadinya riuh kini menjadi tenang tanpa suara.
"Kau mau menyalahkan ku?"
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝗿𝗲𝗮𝘀𝘂𝗿𝗲! ; 𝗠.𝗥𝗲𝗼
Fanfiction𝖦𝖺𝗋𝖺-𝗀𝖺𝗋𝖺 𝗆𝗂𝗌𝗄𝗂𝗇, (𝗇𝖺𝗆𝖾) 𝖽𝗂𝗃𝖺𝖽𝗂𝗄𝖺𝗇 𝖻𝖺𝗁𝖺𝗇 𝖾𝗃𝖾𝗄𝖺𝗇,𝗁𝗂𝗇𝖺𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗇 𝗍𝖾𝗋𝗍𝖺𝗐𝖺𝖺𝗇. 𝖲𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝗌𝖾𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗂𝖻𝗎 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗁𝖺𝗋𝗎𝗌𝗇𝗒𝖺 𝗄𝗎𝖺𝗍 𝗆𝖾𝗇𝖾𝗆𝖺𝗇𝗂 𝗉𝗎𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺 𝗌𝖺𝗆𝗉𝖺𝗂 𝖺𝗄𝗁...