VII

640 102 2
                                    

"Lihat! Nona disana!"

Suara seruan terdengar dari seberang, dua orang berjas hitam itu berlari mendekati (name).

"Eh? Siapa mereka?"

"Apa aku akan di culik?." Tanya (name) pelan, kakinya dengan segera mengambil persiapan ancang-ancang.

(Name) mengambil langkah seribu, ia berlari dan terus berlari sambil melihat kebelakang tanpa menyadari bahwa kini kakinya berpijak di tengah jalan raya, tempat kendaraan berlalu lalang.

Mata (name) terbelalak ketika melihat sebuah truk besar melaju ke arahnya.
Ingin bergerak, kakinya terasa kaku. Perasaan shock telah mendominasi dirinya.

Namun di saat yang sama, seorang pria dewasa secepat kilat mendorongnya ke trotoar pinggir jalan. Mereka berdua membentur dinding ruko cukup keras.

"(Name)! Apa yang kau lakukan?! Setidaknya jangan berlari sampai ke tengah jalan raya dong!" Bentak pria tersebut.

(Name) mendongak untuk melihat sosok penyelamatnya, Mikage Reo.
Sedikit tidak menyangka atas apa yang telahterjadi.

"(Name), aku tau kau benci banget dengan ku. Tapi.. jangan sampai kau membahayakan dirimu seperti tadi! Mengerti?!"

(Name) membisu, Reo yang menyadari hal itu lekas menggendongnya.

"Ada yang sakit? Apa tadi kepala mu terbentur tembok?" Reo tak henti menanyakan keadaannya sampai
(Name) menggeleng pelan, merespon bahwa dirinya baik-baik saja.

Pria bersurai putih yang sempat adu mulut dengan (name) kini muncul kembali, "Reo! Apa kalian terluka?!

"Nagi? Yah kami tidak papa. (Name) sepertinya agak terkejut."

"Kau membuatnya panik Reo, berberapa orang berjas mengejarnya tadi."

Reo menghela nafas kasar, "Aku kira dia kabur atau diculik Nagi, jadi aku meminta anak buahku untuk mencarinya."

"(Name).. jalan-jalan nya kita lakukan lain kali ya? Hari ini kau harus istirahat."

Tidak ada respon apapun dari (name).
Hal itu tentu saja membuat Reo panik, biasanya jika digendong (name) akan memberontak, tidak pernah sekali ia berdiam diri ketika ujung jari Reo menyentuhnya.

Reo berteriak, "Taxi!" Aku harus kerumah sakit terdekat."

"Perlu kutemani? "

"Tidak perlu, Aku pergi dulu."

Begitulah kejadian hari ini, melihat (name) yang berdiam diri membuat Reo khawatir meskipun dokter berkata putrinya hanya terkejut.

-

"(Name), kau lapar? Mau kue? Pudding atau apapun?" Reo bertanya dengan lembut, merayu (name) agar mau memasukan makanan kedalam perutnya.

Sudah tiga jam lamanya kejadian itu berlalu, (name) masih duduk diam diatas ranjang.

"Mama itu gila ya? Bisa-bisanya dia menggantung dirinya tanpa rasa takut seperti itu."

Reo sedikit tercengang mendengar kalimat pertama (name). Tangannya mengusap Surai gadis kecil itu lembut.

"Tidak papa, ada aku disini. Kau bisa percaya padaku." Ujar Reo.

(Name) kembali menatapnya sinis, seperti yang biasa ia lakukan. "Halah, nanti kau menikah aku juga akan akan segera jadi anak tiri."

"Kata siapa? Aku gak ada niatan untuk nikah lagi kok," Balas Reo santai, bibirnya melengkung membentuk senyum, "Kau cemburu ya?"

𝗧𝗿𝗲𝗮𝘀𝘂𝗿𝗲! ; 𝗠.𝗥𝗲𝗼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang