Hilang

962 101 5
                                    

Setelah setengah jam kurang lebih Mark dan Haechan menenangkan bayi mungil itu, akhirnya Chenle berhenti menangis, walau masih terus menempel pada sang Papa tapi setidaknya anak itu tidak rewel lagi. Haechan memesan makanan untuk sarapan mereka. 

Kini tersedia hidangan sarapan untuk Mark dan Haechan, sebab Chenle sempat rewel tidak mau makanan Perancis, akhirnya Mark buatkan bubur instan yang sengaja ia bawa, sepertinya Chenle trauma dengan ratatouille nya semalam, jadilah dia meminta sang Papa untuk membuatkan makanan yang biasa dia makan. Beruntung Mark membawa panci portable untuk membuat bubur jadi dia bisa membuatkan sarapan untuk sang anak.

Chenle ia dudukkan di pahanya, menghadap menara Eiffel Mark duduk seraya menyuapi Chenle, sedangkan Mark disuapi oleh Haechan, sungguh keluarga yang sangat menerapkan simbiosis komensalisme yang baik. Haechan sesekali menyuapkan makanan itu juga ke mulutnya. "Mas kamu makan aja dulu nanti aku nyusul." Haechan menggeleng dan langsung menydorkan lagi suapan kedua kepada Mark, walau sempat mengeluh tapi Mark tetap mau menerima suapan dari Haechan, "udah gausah ngeluh kalo ujung-ujungnya kamu tetep makan suapan aku," seperti biasa Haechan pampangkan senyum miringnya saat menggoda sang suami, sudah kebiasaan sepertinya.

PLAK

"Ish apa sih."

"Gausah manyun, nih buruan--.." Haechan kembali menyuapkan Mark dengan sendoknya. "--Kan aku nyuapin ga cuma buat kamu aja, yang di perut juga," Haechan berujar lembut sambil membersihkan beberapa noda makanan di sela bibir Mark. Mark yang disindir begiu pun hanya diam membisu menatap sedikit jengkel kepada si suami. "Udah cepet sini makan," Haechan menekan sedikit kalimatnya kepada Mark sampai suaminya itu merengut sebal.

Cukup sekitar setengah jam akhirnya mereka selesai makan pagi, dan kini seperti biasa Mark dan Chenle akan mandi bersama, sedangkan diluar terlihat Haechan yang sedang menelepon seseorang. 

"Yaudah atur aja jadwalnya kalo gitu, thanks Jake," dan telepon pun ditutup, Haechan memasukkan ponselnya ke saku celana tidurnya, hari ini masih terbilang cukup pagi, pukul setengah sembilan pagi, tapi Mark sudah menyuruhnya untuk langsung siap-siap karena dia ingin pergi ke suatu tempat. 

Haechan mengecek sebentar keadaan sang suami manis dan anak sulungnya tersebut. "Masih lama?" Haechan bertanya setelah sempat berdiam diri beberapa menit memperhatikan dua kesayangannya didepan pintu, Mark dan Chenle yang sedang main sabun menoleh melihat Haechan yang kini berjalan mendekat. "Masih kayaknya?" Mark tersenyum seraya menggosok kepala Chenle dengan sampo, Haechan jongkok di samping Mark, di batasan bathup, dia iseng singkirkan sedikit sabun yang ada di dahi Mark, dia cium dahi itu kemudian berujar, "yaudah jangan lama-lama nanti masuk angin."

"Othey dadda/iya mas," ucap mereka bersamaan, mendengar itu Haechan jelas tersenyum dan pergi dari sana, tapi Haechan balik lagi membuat dua orang yang baru saja kembali memainkan sabun terhenti. "Oh iya, aku sekalian ada meeting nanti di luar gapapa kan?", Mark mengangguk, "iya gapapa," dan Haechan pun pergi.

"Udah yuk, nanti masuk angin, ayo kita bilas...."

"Othey!!" Mark menyiramkan air hangat ke badan serta kepala Chenle dengan telaten, anak itu selama mandi dengan Mark selalu saja tertawa, entah itu tergelitik karna sabun atau sengaja menjahili sang Papa dengan tidak mau gosok gigi, membuat Mark sedikit frustasi dan itu sangat menyenangkan bagi Chenle, jadilah sedari tadi kamar mandi ini berisiknya bukan main, anak dan Papa sama sama receh.

.

.

.

"Naik keleta api cut cut cutt... tiapa endak tuyuuuunn, te Bandung Tulabaya... boleh la naik dengan pecuma.. ayo tawantu letas naiiikk keleta ku ndak belhenci yama... YEAYY Lele bitha nyanyi!!!"

RICH & LOYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang