Ini sudah Hari Kamis. Orang tua Yoshi sudah pergi ke luar negeri untuk bertugas di sana. Tugas Bangchan sudah selesai, sekarang sisanya Yoshi yang mengecek serta mengontrol keadaan Jihoon.
Saat ini di rumah sakit ada Junghwan. Jaehyuk dan Mashiho izin untuk ke kantor karena ada sedikit kerjaan yang tidak bisa di tunda, belum lagi mereka harus mengantarkan anak anak sekolah. Junghwan izin. Ia ingin menjaga Jihoon.
Saat ini anak itu duduk di samping brankar Jihoon. Junghwan mengusap punggung tangan Jihoon yang tertancap infus. Junghwan meringis saat melihat mulut dan hidung Jihoon yang tertutup masker oksigen, serta sebuah selang dalam masker oksigen itu masuk ke dalam mulut Jihoon.
Apa itu masuk ke tenggorokan juga? Pasti sakit pikirnya.
"Cepet bangun, Ji. Kakak kangen kamu" ucap Junghwan lirih.
Junghwan menatap alat monitor yang terus berbunyi.
"Ji, janji sama kakak harus bangun. Tidurnya jangan lama lama" ucap Junghwan lagi.
Entah sejak kapan Junghwan memanggil dirinya sendiri 'kakak' kepada Jihoon. Tapi rasanya, Junghwan nyaman dengan panggilan itu. Jihoon seperti adik kandungnya, ya walau adik sepupu. Sama saja si. Junghwan paling tidak kuat melihat orang tersayang nya apa lagi anggota keluarganya itu terbaring lemah di rumah sakit.
Jihoon koma pasca operasi. Entah anak itu yang cemas atau bagaimana, tapi operasi yang di lakukan Yoshi hampir saja gagal jika saja Yoshi tidak sambil bergumam beberapa kata penenang di telinga Jihoon walau mata anak itu tertutup.
••••
"Haru katanya kemarin mau jenguk temannya? Kok enggak sayang?" Tanya Sotaro.
Haruto menghela nafas panja g. Ia menunduk.
"Jihoon udah di operasi, pa. Haru bolos sekolah aja ya? Haru mau nemenin Jihoon" ucap Haruto memohon.
Sotaro tersenyum. "Iya sayang, boleh. Gih berangkat. Tapi hati hati"
Haruto mengangguk.
"Haruto pergi Ma, pa" haruto mencium pipi kedua orang tuanya kemudian pergi dari rumah untuk menjenguk Jihoon.
••••
Junkyu tidak berhenti menangis. Dia baru saja melakukan vidcall dengan Junghwan dan memperlihatkan keadaan Jihoon. Junkyu di sekolah terus merengek ingin bertemu Jihoon. Junkyu ini sangat dekat dengan Jihoon, jadi jika Jihoon terluka sedikit saja, Junkyu akan menangis.
Nadila berusaha menenangkan Junkyu, tapi anak itu tidak mau berhenti menangis.
BUGH!
DUAKH!
BUGH!
PLAK!
Asahi tergeletak tak berdaya di lantai. Nafasnya terengah-engah. Asahi tidak tau kenapa mereka melakukan ini lagi. Doyoung berjongkok. Ia memaksa tubuh Asahi untuk duduk. Doyoung membenturkan beberapa kali kepala Asahi ke tembok membuat sang empu meringis.
"Hiks.. hah.. hhh!"
Doyoung di buat terkejut dengan keadaan Asahi yang terlihat kesulitan bernafas. Mulut anak itu terbuka lebar seolah meraup oksigen dengan rakus.
"Hhh... Hah... Hhh... Hhh... Hah"
Asahi mencengkram dadanya. Tolong. Tolong jangan kambuh disini.
"Cabut guys."
Mereka meninggalkan Asahi sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Sebenarnya [END]
FanfictionKalian pernah tidak si merasakan rasanya di sayang dan di perlakukan dengan baik oleh ayah kalian sendiri? Disini, ada dua remaja laki laki yang memiliki ayah yang super hebat. Dimana mereka menemukan sosok yang benar benar menurutnya rumah ternyam...