7.

80 11 1
                                    

"Iori? Kenapa melamun?"

Suara sang kakak mengagetkan Iori. Dia menoleh ke arah pintu dan mendapati Mitsuki di sana.

"Tak apa, nii-san."

"Kau yakin?"

Iori mengangguk sebagai balasan.

"Yasudah. Jangan tidur terlalu larut ya?"

"Ha'i, nii-san. Oyasumi."

"Oyasumi, Iori."

Setelah sang kakak menutup pintu kamarnya, Iori kembali melamun. Dia teringat wajah Tenn yang memerah saat tatapan mereka tak sengaja bertemu.

Iori mengacak rambutnya frustasi dan memutuskan untuk tidur. Karena besok masih sekolah. Tak lama berselang, Iori langsung memasuki alam mimpi.

Dalam mimpi.

Iori terbangun di sebuah ruangan yang dia kenali sebagai kamar center TRIGGER. Dia mendudukkan dirinya dan menatap sekeliling.

"Kenapa aku ada di sini?"

"Ah Iori? Sudah bangun?"

Iori tersentak saat mendengar suara Tenn. Dia lantas menolehkan kepalanya ke arah sumber suara dan mendapati sang center TRIGGER keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap serta rambut yang masih basah.

"Kujo-san, kenapa aku bisa di sini?"

"Entah. Karena kau tiba-tiba ada di depan pintu dorm TRIGGER dan memelukku."

"Yaotome-san dan Tsunashi-san?"

"Mereka tidak pulang."

Wajah Iori memerah mendengar itu. Itu artinya semalaman mereka hanya berdua.

"Ahh Iori. Ada yang ingin aku sampaikan padamu."

"Tentang Nanase-san?"

"Bukan."

Iori mengernyitkan keningnya melihat gelengan Tenn.

"Ini tentang perasaanku padamu."

"Ada apa?"

"Aku menyukaimu. Iori, bagaimana perasaanmu padaku?"

Iori menatap Tenn yang wajahnya sudah memerah. Dia mendongak saat Tenn sudah ada di hadapannya.

"Kujo-san, aku bahkan tidak tau perasaanku padamu bagaimana."

"A-aah souka. Yasudah. Mandi sana."

"Daijoubu, Kujo-san?"

Iori menatap Tenn khawatir dan dibalas dengan anggukkan dari Tenn.

"Yasudah. Aku mandi dulu."

Iori memutuskan untuk berjalan ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Tak berselang lama, Iori sudah keluar dengan wajah segar dan rambutnya yang sedikit basah. Tenn mendengus melihat itu dan menarik Iori untuk duduk di bawahnya.

"Jika tidak dikeringkan, kepalamu akan pusing."

"Aku tau, Kujo-san."

Hening selama Tenn mengeringkan rambut Iori menggunakan handuknya.

"Ne, Iori. Apa kau akan tetap menepati janjimu pada Riku jika mungkin suatu hari nanti ada yang berubah dari kalian?"

"Maksud Kujo-san?"

"Ya.. seperti yang kau pikirkan."

"Aku tetap akan menepati janjiku pada Nanase-san walaupun nanti ada yang berubah entah aku atau Nanase-san."

"Aku harap itu bukan hanya bulan semata, Iori."

"Tentu saja."

"Jaa, sudah selesai."

Tenn tersenyum sambil menepuk pelan kepala Iori.

"Arigatou, Kujo-san."

"Doitashimashite."

Tenn melingkarkan tangannya di sekitar leher Iori dan memeluknya dari belakang. Dia menghirup wangi dari rambut Iori.

"Kujo-san?"

"Sebentar saja, Iori."

Setelahnya Iori membiarkan Tenn memeluknya seperti itu selama beberapa saat.

Iori mengusap kepala Tenn yang ada di bahunya. Dia bisa merasakan Tenn tersenyum di bahunya.

.
.
.

Iori terbangun dan mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk. Jantungnya berdegup kencang mengingat mimpinya tadi. Wajahnya memanas.

"Kenapa aku bermimpi tentang Kujo-san?"

Iori menatap ke arah jam di nakas dan segera bergegas untuk bersiap ke sekolah.

Setelah sudah siap, dia memutuskan untuk membantu sang kakak dalam menyiapkan sarapan untuk yang lain.

"Ohayou, Iori."

"Ohayou, nii-san. Ada yang bisa aku bantu?"

"Kebetulan sudah selesai semua. Tolong panggil yang lain, ya."

"Baik, nii-san."

Iori bergegas membangunkan yang lain. Riku dan Sougo langsung terbangun saat Iori mengetuk pintu kamar mereka. Nagi, Tamaki dan Yamato langsung terbangun saat mendengar keributan di dapur karena Sougo yang memasukkan banyak cabe di makanan mereka.

Saat semuanya sudah berkumpul, mereka lantas memulai acara makan mereka. Diiringi dengan canda tawa di meja makan, suasana sarapan pagi ini begitu ribut. Tapi Riku, Sougo dan Iori tidak mempermasalahkan itu. Mereka hanya tersenyum dan terkekeh melihat perdebatan Tamaki dan Nagi. Mereka juga hanya bisa menggelengkan kepala mereka melihat Yamato yang sudah siap dengan botol bir nya dan tentu saja selalu ada Mitsuki yang siap sedia memarahi sang leader.

Iori melihat ke arah jam dan langsung membawah tas nya serta menyeret Tamaki yang masih memakan ousama pudding nya. Tamaki hanya merengut dan terpaksa memakai sepatunya serta membawa tasnya.

"Ittekimasu!"

"Itterashai!"

Iori dan Tamaki berlari ke arah halte bus terdekat karena Tsumugi tidak bisa mengantar mereka karena ada urusan. Iori melihat ke arah langit dan tersenyum kecil.

'semoga semua selalu bahagia,' batin Iori.

Mereka berdua mulai memasuki bus dan berangkat ke sekolah mereka.





Halo guys. Ketemu lagi. Jangan lupa vomment nya yaa

Iotenn/Tennio Enemy To LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang