Mata tajam Carrol menatap penuh selidik ke arah tiga anak remaja yang sekarang tengah berbagi selimut bergambar unicorn. Beruntung di mobil Caesar selalu ada selimut itu. Dulu saudara-saudara mereka selalu antisipasi membawa selimut di mobil mengingat mereka memiliki adik kecil.
"Nama lo bertiga siapa?" Tanya Carrol.
"Zio." Yang paling tinggi diantara mereka menjawab datar. Dia Kenzio.
"Ken." Yang berada diujung kanan berucap lirih. Dia Kenneth.
"Rick." Terakhir yang diapit dua orang sebelumnya menjawab lugas. Dia Kendrick.
Lagi-lagi ketiga anak kembar Georgio melongo tidak percaya. Perasaan mereka campur aduk. Di satu sisi senang melihat ketiga adik mereka kembali tanpa kurang apapun. Tapi di sisi lain, bukankah terlalu janggal jika ketiga anak itu kembali setelah sepuluh tahun hilang? Terlebih dengan fisik yang sama sekali tidak berubah. Kenneth, Kenzio dan Kendrick persis seperti remaja belasan tahun. Harusnya jika mereka memang masih hidup, kisaran umurnya sekitar dua puluh enam dan dua puluh tujuh tahun.
Carrol menggeleng, segera menarik tangan kedua saudaranya menjauh sebentar. Mereka harus berdiskusi.
"Menurut lo berdua, mereka beneran adek?" Tanya Carrol.
"Dari ujung kepala sampai kaki mereka bener-bener mirip sama adek. Namanya juga sama persis." Sahut Caesar.
"Bawa pulang aja kali? Ntar kita perhatikan aja gerak-gerik mereka." Ucapan Carell langsung disetujui oleh Carrol dan Caesar.
"Ini kita kasih tau yang lain atau enggak?" Ucap Carrol sambil membayangkan ekspresi saudara-saudaranya yang lain saat melihat ketiga adik mereka kembali.
Carell menggeleng,"jangan dulu! Kita harus mastiin kalo mereka bener-bener adek."
Akhirnya setelah diskusi sekitar sepuluh menit, ketiga kembar Georgio itu lantas kembali mendekati tiga bocah yang duduk di bangku panjang dengan raut wajah bosan.
"Kita pulang. Kalian bisa jalan?" Tanya Carell yang dibalas anggukan oleh ketiganya. Carell tersenyum, kemudian berjongkok di depan Kenzio, meraih tangan anak itu. Adiknya yang satu ini mudah masuk angin.
Carell bergeming. Jemari telunjuk dan tengahnya menempel di pergelangan tangan Kenzio. Beberapa saat kemudian ia menatap wajah Kenzio yang masih datar tanpa ekspresi. Carell menghela napas, kemudian menatap Kendrick.
"Rick mau cokelat panas biar gak dingin?" Tanya Carell lembut.
Kendrick mengangguk pelan. "Rick mau cokelat panas, kak."
Carell mengangguk. Kemudian beralih menatap Kenneth, "Ken mau makan dulu sebelum pulang?" Kenneth menggeleng cepat, tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa?" Tanya Caesar bingung. Ada yang aneh dengan Carell.
Carell buru-buru bangkit, tersenyum sembari menggeleng. "Gak papa, ayo pulang."
°°°
Hanya butuh waktu kurang dari satu jam, Georgio bersaudara itu telah sampai di rumah. Perjalanan pulang memang selalu terasa lebih cepat daripada perjalanan pergi. Sepanjang perjalanan singkat itu pula, mereka berenam hanya diam-diaman di dalam mobil. Sejujurnya ada banyak hal yang ingin Carrol tanyakan pada ketiga adiknya yang baru saja kembali itu. Kemana mereka selama ini? Bagaimana mereka bisa selamat? Tapi melihat raut tidak mengenakan dari Carell membuat Carrol mikir ulang untuk membuka suara. Caesar juga memilih diam sambil fokus menyetir. Sebelum pulang tadi, Carell sempat mengatakan sesuatu yang aneh tentang ketiga adik mereka.
Pintu-pintu mobil terbuka. Sejurus kemudian laki-laki jenjang keluar. Carell mengatupkan rahangnya kuat-kuat. Sejak tadi tangannya bergetar hebat. Sekelebat ingatan saat memegang pergelangan tangan Kenzio tadi melintas di kepalanya. Diantara saudara-saudaranya yang lain, Carell adalah yang paling peka. Instingnya jarang meleset. Jika ia merasakan sesuatu yang buruk, biasanya akan terjadi hal-hal buruk beberapa waktu kedepan. Dan Carell merasakannya sekarang.
"Tunggu!" Seru Carell saat Carrol membawa ketiga adik mereka masuk ke rumah. Semuanya berbalik, menatap Carell bingung.
Tanpa aba-aba, Carell mengambil langkah besar mendekati ketiga anak remaja yang berada diambang pintu. Ia meraih tangan Kendrick, menatap tajam. "Siapa kalian?"
Caesar dan Carrol jelas bingung. Bukankah mereka tadi bersepakat untuk membawa anak-anak ini pulang dan mengawasi gerak-geriknya? Kenapa Carell tiba-tiba bersikap aneh?
"Kenapa, Rel?" Tanya Caesar. Tapi tatapan tajam Carell tidak juga hilang. Malah ia semakin erat mencengkram tangan kanan Kendrick.
"Siapa kalian? Dimana adek-adek gue yang asli?" Amarah Carell memuncak. Tidak ada respon berarti dari ketiga anak remaja di depannya. Mereka hanya menatap datar.
"Bentar? Ada sesuatu yang enggak gue tau disini? Adek-adek yang asli? Maksudnya yang ini palsu?" Oceh Carrol kebingungan.
"Mereka bukan adek. Jelas mereka bukan adek. Kendrick gak pernah minta cokelat panas. Kenzio punya tanda lahir di punggung tangan kanannya, dan Kenneth gak pernah nolak kalau ditawari makan. Mereka bukan adek-adek kita."
"Dimana adek-adek gue yang asli?!" Sentak Carell lebih keras.
Namun, sebuah dorongan membuatnya tersungkur dengan cepat. Kenzio tersenyum miring,"ck sia-sia gue akting dari tadi."
Kenneth ikut maju, wajah datarnya berganti dengan seringai menakutkan. Ia melemaskan pergelangan tangan. "Sudahi akting jelek lo, Rick. Ayo bereskan mereka."
Kendrick terkekeh, tanpa pikir panjang langsung menendang Caesar yang berdiri di dekatnya. "Daritadi gue udah gatel banget pengen nonjok orang ini satu-satu."
°°°
YOU ARE READING
Savior || The Boyz
Fanfiction[Short story bagian 2] Kembali pulang bersama terang Menghiasi diri merayakan Genggaman tangan yang masih ada~ . Start : 26 Maret 2024 End : ?