Author's POV
Dering ponsel membuat Selli terbangun dari tidurnya. Bukan alarm yang berbunyi, melainkan ada panggilan masuk dari seseorang yang sukses membuat Selli segera bangkit untuk duduk dan mengangkatnya dengan perasaan cemas.
"Halo, Sus?"
Di tengah diamnya mendengarkan suara di telepon, Selli bangkit berdiri dan mengeluarkan beberapa helai pakaian miliknya dari dalam lemari.
"Udah dikasih obat pereda demam?" Kecemasan makin terlihat jelas di wajahnya. Dilihatnya jam dinding baru menunjukkan pukul 2 dini hari. "Saya ke sana sekarang," ucapnya lagi. Satu detik setelahnya Selli sudah bergerak cepat menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Sebelum pergi, ia mengganti piyama tidur yang dipakainya dengan kaus putih berlengan panjang, sweater rajut pink soft dan rok yang panjangnya di atas mata kaki. Di tengah itu semua, ia mencoba menghubungi Haechan, namun seperti yang dikatakam seseorang di telepon tadi, ponsel laki-laki itu tidak aktif.
Selli berdiri memandangi kontak seseorang setelahnya. Keraguan yang mendominasi membuatnya enggan menghubungi orang itu meski ingin. Ia beralih menelepon Changbin yang untungnya langsung mengangkat teleponnya setelah beberapa detik.
Tak butuh waktu lama, Changbin sampai di depan dengan mobilnya. Wajah 'bangun tidur'nya membuat Selli merasa bersalah sekali karena sudah meneleponnya sepagi ini.
"Maaf banget ya aku ganggu tidur kamu," ucap Selli setelah menutup kembali pagar rumahnya.
"Nggak, Sayang. Nggak apa-apa. Kamu ditelfon Sus Rania tadi?" tanya Changbin seraya membukakan pintu mobil dan melindungi kepala Selli waktu gadisnya hendak masuk ke dalam mobilnya. Ia menyusul segera setelahnya.
"Iya. Katanya, Alea demam sejak dua jam lalu. Suster Rania udah berusaha kasih dia obat, tapi dia terus-terusan muntah."
"Kamu pasti kaget banget." Changbin menatap Selli sesaat dengan wajah cemas. Cepat-cepat ia melajukan mobilnya menuju kediaman Haechan. "Kita langsung bawa Alea ke rumah sakit, ya."
Selli mengangguk setuju akan ucapan Changbin. Jantungnya berdegup kencang akibat cemas setengah mati. Untungnya jalanan sepi dan sama sekali tak ada hambatan di perjalanan menuju rumah Haechan.
Sampai di sana, Changbin mengekori Selli yang sudah berlari lebih dulu untuk masuk. "Alea ..." lirih Selli yang lantas terisak detik itu juga waktu melihat keadaan gadis kecil yang membuatnya datang ke sini di atas tempat tidur.
Gadis kecil itu adalah putri Haechan satu-satunya. Usianya baru 5 tahun. Bisa dibilang, selama 5 tahun terakhir Selli, Jihoon dan yang lainnya mengurus gadis kecil itu bersama-sama. Kejadian tragis yang menimpa ibunya membuatnya harus tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu dan bahkan haechan sebagai ayahnya tak bisa menghabiskan banyak waktu di sisinya.
"Kamu duduk duluan di mobil ya. Biar aku yang gendong Alea," ucap Changbin. Selli mengangguk dan kembali berlari keluar lebih dulu, setelah mengambil baju hangat milik gadis kecil yang sudah digendong Changbin.
Mereka segera menuju rumah sakit terdekat setelah Changbin dengan hati-hati menyerahkan gadis kecil yang digendongnya ke pangkuan Selli yang sudah duduk lebih dulu di mobilnya.
Selli terisak di sepanjang jalan. Tangannya berkali-kali mengusap wajah pucat gadis kecil dalam pangkuannya yang terdengar berkali-kali merintih dengan mata terpejam. Ia baru kelihatan sedikit lebih tenang setelah Alea ditangani Dokter.
"Bin, kamu pulang duluan aja ya," ucap Selli pada laki-laki yang kini duduk tepat di sampingnya.
"Nggak, aku temenin kamu di sini sampai Alea boleh dibawa pulang. Aku anterin lagi kalian ke rumah Haechan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty Nine
Fanfiction[Sequel of Tertukar || Park Jihoon] Yang awalnya mereka pikir akan hilang seiring waktu berlalu, apakah benar-benar hilang atau mereka hanya terus berusaha menyangkalnya? ©Millenniums12, Maret 2024.