BAB V

227 30 7
                                    

Author's POV

Selli masih duduk seraya meremas rambut dengan kedua tangannya sendiri. Kini, dirinya ada di dalam mobil Jihoon. Sang pemilik mobil duduk di samping Selli dengan wajah sama gelisahnya. Sementara Damian dan Abigail yang tadi langsung dibawa turun dari rooftop oleh Selli dan Jihoon kini duduk di kursi penumpang dengan wajah tertunduk.

Abigail menoleh menatap laki-laki di sampingnya seraya memgomel tanpa suara. Semua ini salah Damian yang tiba-tiba menciumnya! Sesekali keduanya menatap ke depan dengan takut-takut.

"Tenang, Sel, ini kan udah belasan tahun, mungkin arwah itu udah gak ada di rooftop," ucap Jihoon memecah keheningan.

"Iya, kan? Dia pasti udah pergi dari sana, kan? Gak mungkin dia masih stay di sana sampai sekarang," sahut Selli.

Damian keheranan menatap keduanya bergantian. "Bu, Pak, arwah apa sih maksudnya?" tanyanya tak mengerti. Padahal awalnya, ia pikir Selli terus diam dengan wajah gelisah sejak tadi karena marah sekali atas apa yang ia dan Abigail lakukan di rooftop tadi. Tapi ternyata, Selli dan Jihoon malah membahas hal lain.

"Bukan apa-apa," ucap Selli, tak ingin membiarkan anak didiknya mengetahui lebih jauh soal pembicaraannya dengan Jihoon. "Lagian kamu ngapain sih ke rooftop sekolah malem-malem gini, Ian? Kamu beneran percaya rumor konyol itu?"

"Rumor apa, Bu?" tanya Abigail tak mengerti.

"Katanya, belasan tahun lalu pernah ada murid yang jiwanya tertukar gara-gara ciuman di rooftop sekolah," ucap Damian.

Jihoon dan Selli sontak saling tatap dengan wajah antara panik dan kikuk. Jihoon ingat belum lama ini Jeno menceritakan padanya bahwa salah satu anak perwalian Selli yaitu Damian mendengar soal insiden jiwa tertukar yang terjadi belasan tahun lalu.

"Dan lo percaya itu?" Abigail memasang wajah tak habis pikir.

"Ya nggaklah! Gua ketiduran di ruang ganti setelah selesai latihan basket jam 7 tadi. Terus mampir dulu ke rooftop karena pengen ngadem," ujar Ian. "Lo sendiri ngapain ke rooftop?"

Sekilas Abigail kelihatan gugup. "Gua abis ngambil barang yang ketinggalan di loker, terus kebetulan liat lo jalan ke arah rooftop. Gua pikir lo bakal lakuin sesuatu yang nggak-nggak, makanya itu gua ikutin lo."

"Kenapa juga lo peduli," ucap Damian setengah bergumam.

"Lo juga ngapain bertingkah macem-macem?" ketus Abigail, mengingat waktu Damian tiba-tiba menciumnya. Laki-laki itu bungkam dan lantas memalingkan wajahnya ke sisi lain. "Saya nggak ada niatan buat macem-macem di rooftop, Bu. Ini semua salah Ian. Dia yang tiba-tiba nyosor," adu Abigail ke Selli.

Diam-diam Damian merutuki dirinya sendiri. Kenapa juga ia tiba-tiba mencium Abigail tadi. Mana tertangkap basah oleh Selli dan Jihoon. Kan jadi malu dua kali lipat!

"Jangan diulang lagi. Ngerti?" tegas Selli seraya menoleh ke belakang untuk menatap Damian yang hanya bisa stay cool walau aslinya malu setengah mati. Anak itu mengangguk.

"Nggak bakal ada yang terjadi. Soal jiwa tertukar itu cuma rumor yang sama sekali nggak bener." Selli tetap ingin menutupi soal itu. Lagipula, belum tentu hal yang sama akan terjadi pada dua anak didiknya. Jadi lebih baik ia tetap menyembunyikan soal kebenaran insiden jiwa tertukar itu.

Selli baru bisa menunjukkan rasa cemasnya setelah mengantar Damian dan Abigail pulang bersama Jihoon.

"Jangan terlalu dipikirin, Sel. Gua yakin arwah itu udah pergi dari rooftop sekolah," ucap Jihoon menenangkan. Kedua tangannya sibuk membawakan tas milik Selli dan totebag berisi buah-buahan titipan mama gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twenty NineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang