Awal

182 11 0
                                    


Pintu terbuka, terlihat seorang pemuda masuk ke dalam sebuah apartemen dengan tablet di tangannya. Lelaki itu berniat untuk mengingatkan jadwal bosnya selama tiga hari di Bandung.

"Selamat pagi Pak, saya hanya ingin mengingatkan Bapak kalau jadwal Rapat Umum Pemegang Saham akan dilaksanakan besok jam sepuluh pagi."

Orang dengan potongan rambut two block haircut yang diajak berkomunikasi masih sibuk dengan handphone berlogo apel tergigit miliknya, seolah tidak peduli dengan ucapan sang asisten keprcayaannya walaupun tetap mendengarkannya.

"Udah itu aja? Ngapain lo masih disini?"

"Pak Albian yang terhormat, Nyonya menjadwalkan acara makan malam jam tujuh di hyper restaurant dengan Nona Ar–

Belum tuntas Arkan berbicara sang bos sudah menyelanya. "Batalin. Lo tahu kan gue nggak akan pernah mau gunain waktu berharga gue buat pergi ke acara nggak penting kayak gitu."

"Ayolah Al. Nyonya cuma mau lo dapat kebahagiaan baru. C'mon bro udah 8 tahun, masih banyak cewek yang lebih baik dari dia di luar sana. Masak iya lo mau sendirian terus sampai tua" Ucap Arkan sembari merangkul pundak bos nya.

"Ngapain lo ikutan ngurusin hidup gue, lo aja belum nikah. Pergi sana." Jawab Albian sarkastik.

"Iya iya bos. Lagian nih ya kalaupun lo temuin Iris, emang lo yakin dia mau balik sama lo lagi?" Ucap Arkan mengubah gaya bicaranya dengan lebih kasual.

"Keluar atau gaji lo bulan ini gue potong lima puluh persen."

"Eh jangan dong bos. Oke gue keluar, semangat mengejar masa lalunya bos, saya permisi."

Arkan memilih untuk segera pergi ke arah pintu keluar dari pada gajinya harus dipotong lima puluh persen. Sebenarnya Arkan adalah teman baik Albian semasa SMA dan kuliah S1 di salah satu universitas terbaik di Jakarta. Ia menjadi asisten kepercayaan Albian sejak 7 tahun lalu. Sebenarnya Arkan sangat malas sekali ketika berbicara dengan Albian menggunakan bahasa formal. Tapi mau bagaimanapun ia harus profesional walaupun Albian sendiri tidak akan berbicara dengan bahasa formal dengannya kecuali jika ada banyak orang kantor bersama mereka.

Arkan mengenal mantan istri Albian karena mantan istri Albian pernah menjadi adik tingkatnya semasa kuliah. Ia juga tahu pernikahan mereka karena Albian menikah tepat seminggu ketika ia telah dinyatakan lulus sidang skripsi sedangkan mantan istrinya baru menginjak semester tiga. Tidak tahu hal apa yang membuat keduanya berpisah karena setelah lulus kuliah Arkan lebih memilih untuk bekerja di Yogyakarta kurang lebih tiga tahun. Jika Arkan pikir-pikir Iris memang mampu memberikan dampak positif di kehidupan Albian. Cowok tukang onar yang dulu Arkan kenal berubah menjadi sosok dengan kepribadian yang lebih baik dari pada terakhir kali ia bertemu dengan Albian.

    ★★★

Ponsel Bian berdering menandakan ada panggilan masuk, terpampang nama sang kakak di layar ponselnya.

Leisya is calling

"Halo Kak. Kenapa?"

Suara familiar seorang perempuan mulai menyapa telinganya.

"Al tolong jemput Alan ya. Gue ada keperluan penting, Papa nya juga masih meeting. Lo di Bandung kan?" Ucap Leisya langsung pada intinya.

"Lo pikir gue nggak sibuk? Gue ke Bandung buat ngurus pekerjaan, lo pikir buat jalan-jalan?" Jawab Albian sewot dan tidak santai.

"Aelah Al. Sama ponakan sendiri baik dikit kenapa sih, orang cuma sekali kok. Sebenarnya tadi gue udah minta tolong Pak Jodi tapi mobilnya malah mogok di jalan. Kasihan Alan kalau nunggu lama."

How To Be HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang