Pauline berjalan menyusuri lorong universitas yang sebentar lagi akan menjadi kampus tempat dia melanjutkan pendidikan, sebenarnya ini sudah kali kelima dirinya berjalan dilorong yang sama.
Setelah kemarin mengikuti tes masuk, Pauline dinyatakan lolos dan diminta untuk datang ke kampusnya sekaligus daftar ulang. tapi sial dirinya malah tersesat bahkan sebelum menemukan tempat pendaftaran itu.
Ingin bertanya tapi dia sama sekali belum berpapasan dengan siapapun, aneh padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. kenapa keadaan disini masih sepi.
"Ini dimana sih! udah muter lima kali gaada nemu orang yang bisa ditanyain"keluhnya.
"Apa gua kepagian ya?".
"Coba deh lewat situ. please, please, please ada orang"harapnya sambil berjalan kearah kanan koridor.
"Thanks God"ucap Pauline syukur karna dia melihat seorang laki-laki tengah bersandar disebuah pintu loker dengan headphone dikepalanya.
"Excuse me?"ucapnya pelan tentu laki-laki itu tak akan dengar, sejenak Pauline merutuki kebodohannya.
"Pauline stupid, ya jelas dia gadenger lah lo ngomong"lalu sebelah tangannya menggoyangkan lengan laki-laki itu pelan.
Laki-laki berambut blonde dengan alis menyerupai golok itu menoleh dan menurunkan headphone keleher, dengan tatapan datar dia menaikan sebelah alisnya penuh tanya.
"Em... lo mahasiswa disini?"tanya Pauline hati-hati.
"I don't know"jawab si laki-laki terlihat tak berminat.
Sekali lagi Pauline merutuki dirinya yang melontarkan pertanyaan tak masuk akal itu, jelas jika laki-laki ini adalah salah satu mahasiswa diuniversitas tempatnya berdiri sekarang. jelas laki-laki itu terlihat acuh.
"My bad, udah jelas lo mahasiswa disini"Pauline menggaruk tengkuknya canggung.
"Itu tau kalo gua mahasiswa disini berarti gua kakak tingkat lo, yang sopan manggilnya".
"O-okay sorry kak, intinya gua mau nanya tempat daftar ulang itu dimana?".
"Gua gamau ngasih tau".
Pauline mendelik, setelah basa basi yang nyaris memeras habis seluruh energinya laki-laki itu dengan santai berkata tidak bahkan pada hal yang sesepele menanyakan letak tempat. harusnya laki-laki ini berterima kasih pada Tuhan karna mereka berada dikawasan kampus bukan penangkaran, jika iya Pauline sudah akan meminta Lizzy --singa betina gagahnya memakan laki-laki ini hidup-hidup.
Pauline dengan kerendahan hatinya kembali meminta tolong pada kakak tingkatnya ini. "Kak, cuma minta tolong kasih tau letak dimana ruang pendaftaran aja. berat banget kayanya, gua gaminta berlian dari lo".
"Look i like a care?".
"Fuck!"Pauline bergumam kecil agar laki-laki didepannya ini tak mendengar umpatannya.
"What are you talk before?".
"No one".
"You said fuck. for me? i listen it".
"Oh God sake, you damn boy!"setelah itu Pauline pergi meninggalkan laki-laki tadi.
Emosinya bisa saja meledak jika berlama-lama dengan kakak tingkat menyebalkan itu, dalam hatinya berharap jika ini akan menjadi pertama dan terakhir kalinya mereka berinteraksi. Pauline tak akan mau lagi berurusan dengan si alis golok itu, tidak akan lagi.
"She's so andorable"ucap Edgar sambil melihat nama yang tertera didepan pintu disamping dia bersandar yang mana bertuliskan Ruang Pendaftaran.
"Padahal ada didepan mata, dasar ceroboh"ucapnya lalu kembali memasang headphone dikepalanya.
Baru saja dirinya akan kembali larut pada lagu peaches by Justin Bieber Edgar melihat gadis yang tadi sempat dia jahili berjalan kearahnya, dengan seringai mengejel gadis itu berlalu masuk kedalam ruang pendaftaran.
"Misi kak"sedikit menundukkan kepala Pauline buru-buru menutup pintu tersebut.
"What the hell, she's so cute"tawa kecilnya lepas begitu mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
Lalu sebuah tepukan dibahu menyadarkan Edgar dari tawanya. "Ngapain lo ketawa-tawa sendiri? kesurupan?"Benji menatap aneh kearah Edgar yang tertangkap dari kejauhan sedang tertawa.
"Bukan apa-apa, ayo balik"mengabaikan rasa penasarannya Benji mengangguk dan mereka berjalan menuju parkiran.
Sebelumnya itu.
"Freak banget sih tuh cowo, apa susahnya bilang dimana ruang pendaftaran. coba aja dia langsung respon lo tinggal lurus kedepan abis itu belom kiri ruangannya ada disebelah kanan, intinya gajauh dari sana lo perhatiin sisi kanan nanti ketemu ruang pendaftaran. nah kan enak"gerutu Pauline.
Sial sekali harinya kali ini, bertemu dengan kating freak yang sok senioritas ditambah permintaan tolongnya yang ditolak mentah-mentah. demi tuhan Pauline berdoa dalam hati semoga dia tak akan bertemu kating itu lagi ataupun makhluk sejenisnya.
Lalu netranya menangkap sosok perempuan yang berjalan terburu melewatinya. "Kak..."perempuan itu berhenti sekedar mencari tau siapa yang memanggil dirinya.
"Gua?"tunjuknya.
"Iya kakak. sebelumnya perkenalkan nama saya Pauline-".
"To the point, waktu gua gabanyak"sela perempuan itu.
"Saya cuma mau nanya letak ruang pendaftaran kak, daritadi udah keliling daerah sini tapi gaketemu-temu"ucap Pauline cepat karna tak enak mengganggu waktu perempuan tadi.
"Lo barusan dari arah sana kan?"tanya si perempuan sambil menunjuk lorong yang tadi membawa Pauline sampa kesini.
"Iya kak".
"Ruang pendaftaran ada disana, harusnya lo lebih teliti tadi. letaknya ada disebelah kiri, tapi kalo dari sini adanya dikanan. lo notice lemari loker disana kan?"Pauline mengangguk ragu, jangan-jangan ruang yang sedaritadi dirinya cari berada disana.
Diam-diam Pauline berharap tebakannya kali ini meleset karna jika benar dia akan kembali berhadapan dengan kating freak tadi.
"Nah ruangannya ada diantara loker-loker itu, nanti ada kok papan nama didepan pintunya. sorry gua buru-buru banget, diperhatiin bener-bener letaknya ada dikanan".
"Ah oke kak, terimakasih. maaf mengganggu waktunya".
"It's oke, btw nama gua Una. gua duluan ya, sampai ketemu lagi".
"Thank you and sorry kak Una".
"No problem".
Ditempat lain.
"Lo mau tau nggak? temen kulkas lo tadi ketawa-tawa sendiri dikampus"ucap Benji menyenggol Edgar yang sedang melamun entah memikirkan apa.
Semua yang ada disana tampak heboh sebab hal ini jarang terjadi pada Edgar, jangankan tertawa. tersenyum pada mereka saja rasanya bisa dihitung jari. definitely seorang Edgar tertawa itu sepertinya keajaiban dunia bagi mereka.
"Asli! wah! tumpengan jangan"ucap Prince heboh sendiri.
"Lebay".
"Lo yakin gasalah liat?"ucap Baron.
"Demi dah, pas tadi gua samper Edgar langsung berhenti ketawa"jelas Benji berapi-api.
"Fiks menang slot si Edgar, bagi-bagilah anjing"Air langsung menguncang tubuh Edgar hingga empunya jengah.
"Bacot. gaada yang menang slot".
"Galak amat"
"Tai hoax lo ya, kaku manekin begini"ucap Calisto ragu, sebab bukan hanya satu dua tahun persahabatan mereka. Edgar yang mereka kenal selama ini adalah manusia sedingin es kutub dan sekaku patung.
"Percaya syukur gapercaya yowis".
Tbc...