"Paul... hey sayang. what are you think? it's is make you hard?"tanya Tobey yang menangkap basah sang putri yang melamun.
Kesadaran Pauline kembali saat mendengar sang ayah menegur dirinya. "N-no. i just thinking. Daddy kenapa bangun?"tanya Pauline.
"Daddy abis dari dapur ngambil minum terus liat kamu bengong kaya orang lagi putus cinta"ledek Tobey yang dibalas pukulan dilengan kekar Tobey yang sudah tak sekeras dulu.
"Putus cinta apa. Paul punya pacar aja nggak".
"So?".
"Bukan apa apa daddyyy. udah Daddy mending balik aja kekamar deh".
"Bentar lagi ah, wanna deep talk?".
Mau ditutupi bagaimanapun Tobey memang sosok ayah yang sangat peka dengan putrinya, dia sangat mengenal Pauline. bahkan saat gadis kecilnya itu tengah berbohong pun Tobey bisa langsung menyadari sebelum putrinya bercerita.
"Sure".
Sekian detik Tobey masih diam menatap wajah Pauline yang terlihat sangat mirip dengan wajah istrinya, sangat cantik dengan warna kulit sawo matang yang dia turunkan pada putrinya.
"You think about our family, right?".
Tepat sasaran, Pauline langsung menoleh kearah sang ayah.
Sudah kepalang basah, pertahanan Pauline akhirnya runtuh lalu menceritakan kejadian tak terduga yang tempo hari dia alami pada Tobey.
"Sebenernya 3 hari yang lalu Paul gasengaja ketemu sama someone yang mirip sama Paul. awalnya aku mikir it's just a coincidence, tapi setelah sadar semirip apa aku sama dia Paul sadar ini terlalu gamasuk akal. we have the same face, but he's a boy".
Tobey memejamkan matanya sejenak, cepat atau lambat putrinya ini pasti akan mengetahui semuanya, tapi ini lebih cepat dari dugaan Tobey. dia sudah lebih dulu mengetahui jika putranya juga masuk dikampus yang sama dengan putrinya. tapi tak terbayang jika pertemuan mereka terjadi sangat diluar prediksi Tobey.
Cepat atau lambat kedua anak mereka akan mengetahui masalalu dirinya dan Anita.
"Namanya-".
"Peter Airic Castro? benerkan?"Pauline menatap kedua bola mata Tobey lekat.
"What! wait? you know that, dad?".
"Gimana bisa Daddy gatau nama anak Daddy sendiri, sweetie".
"It's is true?".
"Yeah. He is your twins".
"And who's my mom? siapa nama mommy?"tanya Pauline berusaha tenang.
"Not mommy, Airic call her ibu".
"Ibu? dad. tell me now!".
"Not yet sweetie, tomorrow you go to the university. we can talk again in other day".
"Sekarang dad".
"Daddy said no, no. go to the your room please".
"Tapi dad-".
"Pauline Rixi Castry".
"Holy-".
"No curshing, just go sleep".
"Alright, alright".
Dengan berat hati Pauline pergi menuju kamarnya, sedikit menyalahkan daddynya karna tak lanjut menceritakan tentang keluarga mereka. kepalanya sekarang sangat berisik menerka-nerka apa masalah yang membuat mereka akhirnya berpisah.
Tapi Pauline memilih untuk tidak egois, dia memilih menutup matanya setelah berbaring diatas ranjang karna besok dirinya akan kembali disibukkan dengan kegiatan ospek kampus.
Disebuah kamar yang megah seorang wanita terus memandang sendu foto seorang gadis remaja didalam sebuah bingkai foto, Anita berbicara sendiri sambil melihat foto putrinya yang dia tinggalkan saat umurnya masih sangat kecil.
"Apa kabar sayang? ibu kangen".
"Udah lama ibu gak ngajak kamu ngobrol, maaf ya cantik".
"Air sampai jauh sama ibu karna ibu kamu ini yang sibuk terus sampe Air ngira ibu udah gapeduli lagi sama dia, ibu jahat banget ya?".
"Kamu sekarang pasti udah tumbuh jadi gadis cantik yang mandiri, pasti kamu lagi persiapan masuk universitas kan? Air juga lagi sibuk-sibuknya dikamar. tumben anak itu gak kelayapan malem-malem".
"Kabar suami ibu gimana cantik? baik kan?".
"Maafin ibu sayang, ibu egois. ibu milih ninggalin kamu sama Daddy demi kakek nenek".
"Tapi ibu mohon sama Paul untuk jangan benci mereka, ibu yang salah karna tetep maksa buat hidup sama Daddy kalian tapi berakhir ibu ninggalin kalian juga. tapi yang harus Paul tau ibu sayang banget sama Paul".
"Sabar ya nak, kasih ibu sedikit waktu lagi buat yakinin kakek sama nenek".
"Selamat tidur putri ibu yang cantik, ibu janji sebentar lagi kita ketemu"Anita mengecup bingkai foto itu lalu menyimpannya kembali kedalam laci.
Diam-diam Air menguping ibunya yang berbicara sendiri didepan foto gadis yang ibunya panggil Paul. "Pauline, ternyata bener. lo beneran kembaran gua".
Pagi hari menjelang siang Paul sampai dikampusnya, sudah banyak Maba lain yang lebih dulu sampai dan bergabung dengan kenalan mereka. jujur selama 2 hari kebelakang kegiatan ospek ini sedikit membuat Pauline kesulitan.
Dia belum memiliki seorang pun teman, karna kendala dalam bicara bahasa tanah air mungkin. sebenarnya Pauline bisa hanya saja aksen berbicaranya yang sedikit aneh, tapi Pauline mengerti apa yang orang-orang bicarakan. maklum ini kali pertamanya menginjakkan kaki dinegara kelahiran sang ayah.
"Weh si Maba bule itu njir!".
"Aslinya lebih cantik gila".
"Deketin jangan?".
"Bule banget gila!".
Kurang lebih itulah yang sering Pauline dengar dari orang yang dia lewati. "Hai!".
"Eh, hai"balas Pauline kaget karna tiba-tiba seorang laki-laki mendekatinya dan mengajaknya bicara.
"Gua liat dari hari pertama lo sendirian terus, belum ada temen?"tanya laki-laki dengan kulit seputih susu.
"Yeah hehe"jawab Pauline canggung.
"Santai aja, gua Abelano Caesar. orang-orang biasa manggil gua Prince?"mendengar nama panggilan orang itu membuat Pauline menaikan sebelah alisnya heran, senarsis itu kan orang dihadapannya ini.
"Are you sure?".
"Totally. Prince emang ada dibelakang nama gua"ucap Prince sambil memperlihatkan kartu identitasnya.
"Oh may- sorry... gua kira lo cuma asal omong"Pauline langsung merasa tidak enak pada Prince, ini bahkan baru beberapa menit setelah dirinya memiliki kenalan tapi Pauline malah mengalami hal konyol.
"It's fine, lo bukan yang pertama kali. jadi lo masuk prodi apa?".
"Kedokteran hewan".
"Wow... diluar ekspektasi gua ternyata".
"Emang menurut lo gua prodi apa?".
"Sasing? Management?".
"Haha nggak, gua ngambil kedokteran hewan".
"Apa yang bikin lo yakin masuk kesana?".
"Ya normalnya karna gua suka hewan apapun itu, tapi spesifikasinya karna keluarga gua emang basic jadi dokter hewan dikebun binatang mungkin gen mereka nurun ke gua".
"Oh wow, keren juga satu keluarga".
"Kalo lo?"tanya Pauline balik.
"Yang pasti-pasti aja gua mah, ilkom".
"Udah ketebak sih, public speaking lo bagus".
"Sama kaya motif lo, keluarga gua kerja distasiun berita".
"Calon presenter ya rupanya".
Karna Prince memang pandai membangun suasana obrolan mereka terus berlanjut mulai dari planning setelah menyandang gelar sarjanah bahkan bercerita hal-hal yang saling mereka suka.
Tbc...