fase Dua Puluh Tujuh

21 0 0
                                    

Apa mungkin?

Dua atau tiga sepertinya durasi dari kisah kita, bukan, ini momen kisah ku.
Tapi kamu yang datang menyapa, sialnya tanganku melambai.
Untuk durasi yang cukup panjang dan lama, meski tak semulus ubin rumah, berliku, berkelok, dekat, menjauh, sangat dekat hingga reda sudah antara kita.

Aku tuliskan kembali kisah kita. Maaf.
Bukan tak sanggup melupa, hanya saja sosok itu masih terkenang. Salah kah aku mengenang momen itu? Yang sialnya ku dapatkan dari mu tuan.

Terakhir kali, dan ternyata juga pertama kali.
berdua, duduk menatap langit yang sama.
Dan benar langit yang sama, menggaungkan rembulan saat itu yang sedang purnama.
Berandai lebih jauh, bagaimana jika dinikmati dengan secangkir kopi diatas gunung yang kita daki.
haha lucu sekali tuan gaungan kita saat itu.

Indah. Sangat terkenang.
Kau tepuk pucuk kepala ku, lalu berkata hati-hati.
Hati-hati pulang, karena ini adalah malam panjang yang kita lewati, kau bawa aku berkeliling lebih lama sebagai salam perpisahan.

Perpisahan setelah ku juga berjumpa cinta pertamamu dan ksatriamu.
Dimana letak kesalahan itu?
Atau aku yang tak pantas, atau rasa yang telah lepas?

Pada akhirnya itu hanya menjadi momen apik, yang masih tersisihkan. Dan harus ku sisihkan.
Bila mana tuan ku yang baru datang, dia tak harus mendengar gaungan itu pemilik lama.

- f e e

Fase KATA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang