Satu rasa

117 1 0
                                    

Anisa menatap Sheila, ia ingin bertanya mengapa Sheila memilih Adnan untuk menjadi suaminya sedangkan dia sudah menikah,apa tidak ada laki-laki selain Adnan, iya Sheila tadi pagi datang kerumah sakit karena semalam ingin menginap tapi Adnan menyuruhnya pulang untuk beristirahat.

"Dan kamu Sheila, kenapa kamu malah memberiku kehidupan yang menurutku adalah sebuah beban, dinikahi oleh mas Adnan adalah beban bagiku, yang aku harapkan aku bisa bahagia nyatanya aku salah,aku bakal sering berbagi sedangkan aku tidak bisa melakukan hal itu" deg perkataan Anisa membuat Sheila sakit hati,dulu dia merasakannya kenapa dia tidak terpikirkan oleh hal ini.

"Mas Adnan adalah pria yang baik Anisa, aku yakin dia bisa menjaga kamu dan calon anak kamu, walaupun dia sudah mempunyai istri mas Adnan akan lebih bersama kamu kok" Sheila mencoba menenangkan Anisa, yang dikatakan Sheila benar dengan kondisi Anisa yang seperti ini Adnan harus memperbanyak waktu bersamanya.

"Apa anak ini masih ada,hei kenapa kamu gak mati aja gara-gara kamu hidupku hancur, kamu sama kayak ayah kamu yang bisanya membuat hidup orang susah " Anisa memukuli perutnya, lihatlah anak itu tidak bersalah kenapa Anisa setega itu.

"Jangan Anisa, bayi itu tidak bersalah biarkan dia hidup, jangan sakiti dia saya mohon" Adnan menggenggam tangan Anisa, membuat Anisa berhenti memukuli perutnya.

"Untuk apa mas, biar dia pergi aku tidak menginginkan dia ada disini" jika seperti itu siapa yang tega meninggalkan Anisa sendirian.

"Hei Anisa, anak adalah anugerah rezeki terbesar bagi kita, kamu seharusnya bersyukur bisa hamil dan merasakan melahirkan,banyak orang yang menginginkan seorang anak tapi kamu malah ingin membunuhnya" Adnan memberitahu secara pelan-pelan agar Anisa mengerti, tiba-tiba saja Anisa memeluknya menenggelamkan wajahnya di dada adnan.

"Kamu janji enggak bakalan ninggalin aku kan mas, kalau kamu pergi dari aku mending anak ini tiada aja mas, aku gak sanggup membesarkan anak ini sendirian tanpa adanya suami" Sheila hanya diam menatap keduanya bagaikan obat nyamuk dia disini, Sheila segera berpamitan agar memberi waktu mereka berdua.

Makanan pun datang, Anisa menolak untuk makan tapi Adnan terus memaksakannya dan akhirnya Anisa pun makan, Adnan terus menyuapinya hingga makan tidak tersisa.

"Pahit mas, sudah aku kenyang" Anisa menutup mulutnya tapi masih ada satu sendok lagi.

"Buka mulutnya atau saya buka dengan mulut saya" mendengar perkataan Adnan membuat Anisa melotot, bagaimana ini dengan membuka mulutnya menggunakan mulut Adnan tandanya mereka akan berciuman.

"Tidak, iya-iya aku makan" akhirnya Anisa menerima satu suapan terakhir lagi, bahkan Adnan meninggalkan istri dan anaknya di kota x, rencananya mau pulang ternyata harus ia tunda terlebih dahulu.

Sedangkan di lobby rumah sakit, Sheila bertabrakan dengan seorang laki-laki, sepertinya mereka akan berjodoh.

"Maaf pak saya tidak sengaja, jadi berantakan ya biar saya bantu" Sheila membantu membereskan berkas-berkas yang jatuh karenanya selesai laki-laki itu hanya tersenyum menatap Sheila.

"Terimakasih nona, jika tidak keberatan bisa kita bertemu lagi boleh saya meminta kartu nama anda" Sheila semakin gugup apakah ada kerusakan sampai laki-laki itu meminta kartu namanya, Sheila pun memberikannya begitupun dengan laki-laki tersebut langsung berpamitan karena ada kerjaan.

Sheila menunggu Deo menjemputnya di cafe, ya walaupun agak malas tapi misi ini harus berhasil bukan, setelah lima menit menunggu akhirnya Deo datang.

"Mbak Sheila menunggu lama ya,maaf ya mbak tadi macet dan saya banyak kerjaan tadi" oke lah daripada ribut ya kan malah gak jadi misi.

"Yaudah gpp, ayolah capek saya nunggu saya juga baru pulang kerja" berbohong demi kebaikan tidak apa-apa ya kan daripada harus jujur.

"Mbak Sheila mengenal suaminya Anisa ya" tanya Deo ada apa Deo menanyakan mas Adnan.

"Boleh saya berbicara mas Deo, jika tidak ya gpp" di dalam mobil Sheila  bertanya apakah anak yang dikandung Anisa adalah darah daging Deo tapi jawabannya Deo justru membuat Sheila bingung.

"Memang anak kandung saya, saya sudah ingin bertanggungjawab tapi dengan menikahinya secara agama karena mbak Sheila tau ibu saya tidak menyukai Anisa, jujur mbak saya mencintai Anisa bahkan saya sakit hati melihat Anisa menikah dengan pria lain dalam keadaan mengandung anak saya" jika Deo mencintai Anisa kenapa Deo tidak memperjuangkan cinta mereka.

"Mas Deo mau jauh dari anak mas gitu, mas sekarang sudah terlambat Anisa sudah menikah, nantinya anak mas Deo taunya papanya adalah mas Adnan, sabar ya mas semoga mas dapat gantinya" hingga sampai dirumah Deo, Sheila masih agak ragu untuk melangkahkan kakinya memasuki rumah tersebut.

"Nak Sheila sudah datang ayo masuk, tante udah nungguin loh" kenapa tiba-tiba mama Deo akrab dengannya ini hal yang mudah untuk membuat keluarga ini hancur.

"Ma mbak Sheila capek baru selesai kerja, biarkan duduk dulu" kali ini Sheila duduk disebelah Deo tapi tiba-tiba dikagetkan oleh kedatangan Savana, dia calon istri Deo yang akan lamaran itu.

"Deo dia siapa, kenapa kamu duduk sangat dekat dengannya" bulan Sheila jika tidak membuat suasana ini panas, Sheila sengaja merangkul lengan Deo otomatis mereka berdempetan.

Savana melepaskan dengan kasar, Sheila pura-pura kesakitan padahal tidak, jika dia pintar bersandiwara maka lawannya adalah Sheila.

"Aduh sakit tau, gak usah ditarik" Sheila memegang tangannya, Deo pun langsung tanggap dengannya.

"Sakit ya, pasti terlalu kuat dia mencengkram tangan mbak Sheila,Savana kamu perempuan gila kenapa kamu kasar sama perempuan hah" Savana yang dibentak Deo pun merasa tidak terima, selama ini Deo tidak pernah membentaknya bahkan Deo selalu menuruti perintahnya.

"Mas Deo saya gpp, sudah yang salah saya karena telah memegang lengan mas" mama Deo menyaksikan ini semua langsung melerainya, yang ia lihat Deo akan lebih luluh bersama Sheila, dilihat dari caranya dia membela dan tanggap.

"Tante kenapa belain perempuan ini sih, gak usah deket-deket ya" justru salah Sheila duduk di dekat Deo, tangan Deo mengelus tangannya membuat Savana panas.

"Sudah mas gak enak sama Savana, saya gpp" Sheila menarik tangannya dari tangan Deo, tentu berbeda ketiga perempuan ini, Anisa yang selalu tunduk dengan Deo, Savana yang selalu egois dan membuat Deo tunduk dengannya sedangkan Sheila perempuan yang mampu membuat Deo peka dan nyaman saat bersamanya.

"Ayo kita fitting baju buat lamaran Deo, malah asik memandangi dia apa sih gunanya" Deo muak belum menikah sudah diatur bagaimana jika sudah menikah apakah akan selalu dikuasainya.

Deo langsung saja memutuskan hubungannya dengan  Savana, sebagai seorang laki-laki tidak ingin harga dirinya di injak.

Savana pun kesal, ia pun langsung pulang tinggallah kita bertiga, mama Deo meminta Deo segera menikah Sheila sedangkan mereka berdua tidak ada hubungan apapun.

"Deo segera nikahin Sheila, mama pengen gendong cucu dari kamu" apa ini tiba-tiba Sheila harus menikah dengan Deo, sedangkan Sheila saja tidak mencintai Deo, bagaimana bisa ia akan hidupnya jika bersama Deo, jelas-jelas Deo playboy.

"Tapi Deo dengan saya tidak ada hubungan apa-apa tante,mana mungkin kami menikah, tidak apa-apa tante Sheila mau menjadi istri Deo tapi tante apakah tante setuju jika merestui hubungan kami, secara saya sudah menikah dan gagal berumahtangga" tetap saja mama Deo memaksanya, Sheila akan mengikutinya saja ia akan mengiyakannya, mama Deo pun terkejut begitupun dengan Deo, iya dia akan jujur tentang statusnya kenapa harus ditutupi kan.

"Itu tidak masalah, segera urus surat pernikahan ya" malam harinya Sheila bertanya kepada Deo apakah ia yakin menikahi Sheila, dan menerima bagaimana status Sheila sekarang.

"Jika mau mundur silahkan sebelum kita terlalu jauh sampai di pelaminan " Sheila memasang wajah sedih hingga Deo mengangkat dagu Sheila membuat mereka saling bertatapan.

"Saya menerima kamu apa adanya mbak Sheila, bagaimanapun status kamu masa lalu kamu, itu kan hanya masa lalu masa depan kamu bersama aku dengan anak-anak kita nantinya " jika ini benar maka Sheila akan bahagia sayang sekali ini hanya sandiwara belaka.

Hanya Sebagai Ibu Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang