02 - Hi..!

1.1K 133 7
                                    

Suara tangis seorang gadis mengisi sebuah ruangan rumah duka, gadis tersebut terus memeluk dua bingkai photo orang tuanya.

"Hiksss... eomma, Appa. Please, jangan tinggalkan aku."

Sudah puluhan kali lirihan itu keluar, membuat para kerabat orang tuanya ikut sedih melihat gadis tersebut. Semuanya berkumpul disana untuk memberikan do'a kepergian kerabat mereka.

Kecelakaan ledakan di pesawat membuat puluhan penumpang meninggal dunia termasuk orang tua gadis tersebut. Mereka baru saja menyelesaikan bisnis trip mereka namun sayang dalam perjalanan pulang kembali ke korea, pesawat yang mereka tumpangi meledak di sisi sayap kanan di detik-detik mendarat di bandara.

"Bagaimana dengannya.? Orangtuanya tidak memiliki saudara karena mereka semua anak tunggal." Tanya seseorang.

"Umurnya sudah dewasa, kurasa dia bisa tinggal sendiri." Selah salah satu dari mereka.

"Bagaimana dengan perusahaannya.? Dia baru saja memenangkan tender tersebut."

"Semuanya akan hilang, yang aku tahu putrinya belum tahu apa-apa tentang bisnis."

"Aku yang akan menangani semuanya, perusahaannya akan menjadi tanggung jawab di perusahaanku dan putrinya akan menjadi putriku. Apa sudah Jelas.?"

Suara dingin itu membungkam mulut mereka. Semuanya menunduk ketika melihat seseorang yang berpengaruh besar di negara tersebut.

".. pengacara Park, tolong siapkan semua berkasnya dan kirim ke kantor sebelum jam makan siang besok."

"N-nee Tuan Manoban."

Setelah mengatakan hal tersebut, pria paruh baya yang dipanggil Tuan Manoban itu berlalu meninggalkan mereka untuk menghampiri putri kerabatnya.

"Hi Sweetheart.."

Tuan Manoban melipat lututnya ke belakang dan duduk di samping gadis tersebut. "Pemakaman akan dimulai, berhenti menangis sayang. Uncle dan Aunty akan selalu ada untukmu." Ujarnya.

Gadis itu mendongak, dia tidak mengenal pria paruh baya di depannya, tapi tatapan tulus yang dia lihat membuatnya mengangguk.

.

.

.

Pemakaman selesai 3 jam lalu, gadis itu hanya berdiam diri duduk di kursi penumpang. Dia hanya terus menatap sendu keluar jendela hingga mobil berhenti pun dia tidak menyadarinya.

"Kita sudah sampai Sweetheart, untuk sementara waktu kamu tinggal di rumah Uncle dulu. Uncle tahu semuanya akan sulit, tapi jika uncle mengizinkan kamu tinggal sendiri itu akan lebih sulit."

Lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk, dia turun dari mobil menatap besarnya rumah tersebut serta taman depan yang begitu luas.

"Oohh Sweety, selamat datang dirumah ini sayang."

Seruan itu membuatnya menoleh, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik menyambutnya. Wanita itu merentangkan tangannya untuk memeluknya.

".. Maafkan Mommy yang tidak sempat menghadiri pemakaman orang tuamu sayang. Mommy baru saja tiba dirumah." Ujarnya.

"T-tidak apa-apa Aunty."

"No.. jangan panggil Mommy, Aunty. Panggil Mommy." Bantahnya.

"Joesonghamnida Au- M-Mommy."

Wanita paruh baya itu tersenyum mendengarnya. "Ayo masuk, Mommy sudah memasak makanan yang banyak untuk menyambutmu sayang."

Wanita paruh baya itu merangkul gadis tersebut untuk membawanya masuk kedalam rumah, namun baru saja mereka berada di ambang pintu, sebuah mobil kembali berhenti membuat mereka bertiga ikut menghentikan langkahnya. Senyum terukir di wajah Tuan Manoban begitupun dengan istrinya menunggu seseorang keluar dari pintu kemudi.

LOVE Story "One Shoot"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang