Pak ustad terdiam mau berapa saat sebelum ia akhirnya menjawab," kalau dia tidak bangun, berarti dia tidur, Mas,"
Pak ustadz tertawa kecil yang membuat Tono langsung lemas. Sungguh ia takut istrinya itu kenapa-napa.
"Tidak apa-apa, Mas. Istri Mas itu baik-baik saja. Cuma tadi ada sesuatu yang nempel saat magrib-magrib kalian mungkin melewati jalan tanpa berhenti terlebih dahulu,"
"Lagi pula sepertinya istri Mas ini, sudah sering diganggu jin, jadi gampang buat makhluk lain kembali mengganggu," jelas Pak Ustad.
Tono menarik napasnya dalam. Apa yang dibilang Pak Ustadz itu benar adanya.
"Umi, Abah mau ngobrol sama Mas ini. Umi tolong jagain dulu istrinya, ya. Dan kalau bangun, tolong panggil Abah," titah laki-laki paruh baya itu pada istrinya, yang saat itu berdiri di samping Nunung yang masih dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Iya, Abah," sahut istrinya lembut.
"Ayo, Mas, ikut saya," ajak pak Ustadz. Tono mengangguk dan mengikuti langkah Pak Ustadz menuju ruang tamu miliknya.
Ruangan itu terlihat sederhana tapi tertata begitu apik. Terdapat dua kursi panjang berbahan kayu yang saling berhadapan, yang di atasnya dilapisi oleh bantal busa bermotif bunga mawar.
"Silahkan duduk, Mas," ujar Pak Ustadz sembari menuang air putih dalam teko ke cangkir keramik yang ada di atas meja.
Tono menurut dan duduk di hadapan Pak Ustadz. Ia menatap Pak Ustadz dengan wajah tegang.
" Mas, Saya mau bertanya. Sejak kapan istri Mas ini sering diganggu oleh jin," tanya Pak Ustadz hati-hati.
"Begini Pak Ustadz, istri saya ini sering didatangi arwah orang yang ia mandikan. Sejak awal saya curiga, kenapa sosok itu sering meneror istri saya, padahal ibu saya pun seorang pemandi mayat, begitu juga dengan kakak perempuan saya, tapi yang selalu teror hanya istri saya," jelas Tono panjang lebar.
Pak Ustadz menyandarkan tubuhnya di bahu kursi. Ia menatap serius ke arah Tono yang sedang bercerita seraya menarik kedua tangannya dan melipatnya di dada.
"Mungkin ada sesuatu yang membuat makhluk di sekitarnya itu merasa terganggu, misal, dalam memandikan jenazah itu kita tidak boleh membicarakan keburukan si mayit. Itu adabnya,"
"Jin bisa menyerupai apa saja. Memperdaya kita sebagai umat manusia, jadi kita harap waspada. Sejatinya arwah orang yang sudah meninggal itu tidak lagi ada urusan dunia. Mereka akan menempuh perjalanan di alam barzakh terlebih dahulu sebelum ke alam akhirat," jelas Pak Ustadz dengan raut wajah serius dan menarik tubuhnya tegap.
Tono menyimak dengan seksama. Ia meraih gelas berisi air putih yang di ulurkan Pak Ustadz dan meneguknya hingga kandas.
"Lantas, apa yang harus saya lakukan, Pak Ustadz?" tanya Tono setelah ia merasakan dahaga itu hilang dari tenggorokannya.
"Lakukan ruqyah mandiri. Insya Allah gangguan itu perlahan memudar,"
"Mungkin juga itu karena istri Mas sedang hamil. Bisanya orang hamil itu bau darahnya wangi," ujar Pak Ustadz seraya menyerahkan secarik kertas berisi arahan ruqyah mandiri.
"Baca itu ya, Mas. Dan, nanti sepanjang perjalanan pulang Mas Tono jangan lupa baca ayat kursi," sambung Pak Ustadz sebelum suara langkah kaki terdengar mendekat.
Sontak pak Ustad dan Tono menoleh ke arah asal suara, di mana ternyata itu adalah suara dari langkah kaki istri pak ustad yang datang mendekat.
"Abah, istri Mas ini barusan sudah siuman, apa yang harus Umi lakukan?" tanya istrinya.
"Minumkan jamu tadi, Umi. Itu untuk menetralisir energi-energi negatif yang masih tersisa dalam tubuhnya," tutur Ustadz.
"Sudah Abah, sudah Umi suruh minum tadi," lapornya.
Tak lama terdengar lagi bunyi langkah kaki, kali ini ternyata ini Nunung yang keluar dari dalam kamar.
Refleks Tono langsung berdiri dan mendekati istrinya. Ia langsung menggapai tubuh istrinya yang sedikit sempoyongan saat akan melangkah mendekati pak ustad dan juga Umi.
"Apa masih pusing?" tanya Tono, khawatir pada istrinya.
Nunung menggeleng pelan. Menatap heran sekitar.
"Kita di mana?" Nunung balik bertanya.
"Kita di rumah Pak Ustadz, Nung. Apa kamu tidak ingat?" jelas Tono. Matanya tak henti menatap istrinya dengan was-was.
Nunung menanggapi dengan gelengan. Ia memang benar-benar tidak ingat apa yang terjadi padanya setelah ia merasakan kuduknya berat.
"Dah, itu tidak apa-apa. Biasa terjadi pada orang yang mengalami kerasukan,"
"Malam ini Mas menginap saja di kamar itu. Saya lihat istrinya terlihat lelah dan lemah. Apalagi sedang mengandung, takutnya nanti kenapa-napa di jalan," usul Pak Ustadz.
Mendengar ucapan Pak Ustadz, Nunung langsung mengernyitkan dahi.
"Memang siapa yang mengandung, Mas?" Nunung bertanya pada suaminya.
"Ya kamu, Nung. Kamu lagi hamil. Makanya dari kamu mandiin mayat tempo hari kamu sering di gangguin,"
Mendengar ucapan suaminya Nunung langsung melesatkan pandangan ke arah pak ustad.
"Lalu bagaimana Pak Ustadz? apa Saya tidak boleh lagi memandikan mayit, mengingat fardhu kifayah itu hanya orang-orang terpilihlah yang mau melakukannya. Sedangkan di kampung kami, tidak ada yang mau melakukannya selain ibu mertua saya sudah renta dan kakak ipar,"
"Saya jadi bingung Pak Ustadz, di satu sisi saya memikirkan kandungan saya, tapi di sisi lain saya pun tidak tega membiarkan mertua saya melakukan pekerjaan itu, apalagi katanya, ia ingin pensiun karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi," papar Nunung dengan wajah bingung.
Pak Ustadz mendengarkannya dengan seksama, sama halnya dengan Tono yang juga tampak serius menyimak. Ia pun bingung harus berbuat apa, karena di satu sisi ia membenarkan ucapan Nunung barusan.
"Sebenarnya tidak mengapa jika Ibu Nunung mau melakukan pekerjaan itu. Itu malah sangat bagus, tapi saran saya, Ibu Nunung harus bisa memilah-milah, dan jangan terlalu larut juga ikut campur,"
"Karena sejatinya arwah manusia itu kalau sudah meninggal akan berada di alam barzakh, dan tidak ada lagi di dunia kita," Pak Ustadz menjelaskan secara gamblang.
"Jadi ... apa saya masih boleh memandikan mayit, Pak Ustadz, dengan keadaan saya yang sedang hamil ini? apa nanti makhluk-makhluk itu masih akan mengganggu saya dan janin yang sedang saya kandung ini, Pak Ustadz?" tanya Nunung bertubi-tubi.
"Boleh. Tidak masalah. Sejatinya jin itu memang berusaha untuk menyesatkan manusia, terlebih kepada Ibu Nunung yang berniat baik dan ingin menjadi pemandi jenazah. Tentu makhluk itu akan berusaha keras untuk membuat Ibu Nunung takut,"
"Sekarang, tinggal Ibu Nunung sendiri, apa Ibu Nunung kuat atau tidak," timpal Pak Ustadz.
"Insya Allah saya siap, Pak Ustadz. Sepertinya menjadi pemandi jenasah sudah menjadi panggilan bagi saya. Saya tidak ingin membuang kesempatan ini, Pak Ustadz, sebagai bekal saya untuk di akhirat kelak," jawab Nunung dengan tegas dan lugas.
"Baiklah Ibu Nunung, kalau begitu simak ucapan saya dengan sebaik-baiknya, jika Ibu di ganggu jin, maka lakukan...,"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Mandiin Mayit
Manusia SerigalaCerita tentang Nunung, yang terpaksa menjalani profesi sebagai pemandi mayit, menggantikan mamah mertuanya, Sumini. Berbagai kejadian ganjil ia temui, termasuk menguak kasus pembunuhan dan juga interaksi dengan arwah si mayit.