#7

7 2 0
                                    

Tidak seperti biasanya, suasana kelas 10 MIPA 1 tampak riuh pagi ini. Wajar saja, meskipun bel masuk sudah berbunyi sejak 10 menit lalu, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda Pak Hendra akan hadir. Guru sejarah yang terkenal galak itu seharusnya sudah masuk kelas dan mengisi pelajaran hari ini. Selain menyandang status killer, Pak Hendra juga terkenal sangat disiplin. Jadi, agak aneh jika beliau sampai seterlambat ini.

"Feeling gue Pak Hendra bakalan absen hari ini"

"Masa sih? Paling juga telat doang. Ya siapa tau ban motornya bocor atau apa gitu?"

"Bisa sih, tapi gue lebih berharap kalo Pak Hendra beneran gak datang"

"Gue berani taruhan, bentar lagi pasti ada guru piket yang masuk kelas ini buat ngasih tugas ke kita"

Terdengar desas desus yang mencoba memprediksi kedatangan bahkan sampai alasan Pak Hendra absen dari seluruh penjuru ruang kelas. Padahal kehadiran guru galak itu belum bisa dipastikan sepenuhnya. Apapun alasannya, hampir seisi kelas tampak senang dan berharap Pak Hendra benar-benar absen hari ini. Dengan begitu kelas ini akan mendapatkan 2 jam pelajaran kosong. Kalau pun guru itu tetap datang, sudah pasti jam pelajaran nya akan berkurang sedikit. Itu pun sebenarnya sudah cukup menggembirakan bagi mereka.

Tak berapa lama. Pintu kelas pun terbuka. Suasana kelas yang semula ramai mendadak sepi. Mereka yang tampak berkeliaran langsung bergegas untuk kembali duduk ke kursinya. Tak hanya bunyi langkah yang terburu-buru, terdengar pula bunyi benturan tubuh yang beradu dengan meja dan kursi. Anak-anak yang berkeliaran dari kursi nya itu sangat panik dan khawatir jika ketahuan bersenang-senang atas terlambat nya Pak Hendra.

"Selamat pagi, saya dengar kelas kalian ribut sekali" terdengar suara lembut dari seorang wanita. Sudah jelas itu bukan suara milik Pak Hendra. Wajah-wajah siswa itu perlahan mengendur ketika melihat sosok yang baru saja memasuki kelas dan kini sudah berdiri disamping meja guru. Ya, itu bukan Pak Hendra, melainkan Bu Nina. Guru fisika yang mengajar kelas 10 di sekolah ini.

"Pagi bu" seisi kelas mencoba menjawab salam guru muda itu terlebih dahulu. Jangan harapkan jawaban yang kompak seperti tim paduan suara. Jawaban mereka terdengar tak beraturan dan saling bersautan satu sama lainnya.

"Tidak usah saya jelaskan pasti kalian sudah tahu alasan saya masuk kelas ini," Bu Nina berhenti sebentar, menyapuu pandangannya pada seisi kelas sebelum kembali melanjutkan nya. "Pak Hendra tidak bisa hadir karena keluarga nya sedang ada musibah. Untuk mengisi kekosongan, beliau sudah menyampaikan tugas yang harus kelas ini kerjakan dan wajib dikumpulkan ketika jam pelajaran beliau selesai"

Terdengar sorakan kekecewaan dari hampir semua siswa. Sudah pasti begitu, mereka sudah berharap besar akan mendapat jam kosong pagi ini. Siswa-siswa ini pasti menganggap Bu Nina telah mengacaukan kesenangan mereka.

"Sudah, jangan ribut! Cepat dikerjakan karena tugas nya lumayan banyak" Bu Nina kemudian berbalik, menuliskan halaman buku yang harus siswa-siswi ini kerjakan. Setelah selesaii menulis di papan tulis, guru muda itu tidak langsung duduk di meja guru. Ia malah berjalan menuju pintu kelas.

"Oh iya, saya ada pekerjaan lain. Saya harap kalian cukup dewasa untuk mengatur kelas ini sendiri. Sekretaris tolong antarkan tugas semua siswa ke meja saya begitu jam pelajaran Pak Hendra selesai ya" guru muda itu menjelaskan, lalu pamit dan menghilang di balik pintu. Bu Nina benar-benar pergi.

Suasana kelas 10 MIPA 1 kembali riuh sepeninggalan Bu Nina dari kelas itu. Tak hanya suasana kelas yang kembali kacau, hati Rachel pun ikut kacau. Kini, Onna dan Aksa sudah berduaan di meja nya tanpa rasa malu dan bersalah.

"Sial" Rachel mengumpat dalam hatinya.

-

Rachel mulai menjalan kan tugas nya. Ia mulai bangkit dari tempat duduk nya dan berkeliling untuk mengumpulkan tugas teman-teman sekelasnya. Sudah seharusnya begitu karena jam pelajaran Sejarah memang akan berakhir 5 menit lagi.

"Lo gak niat nungguin dia selesai dulu?" Kana yang buku tugasnya baru diserahkan pada Rachel si sekretaris itu menunjukan ke arah Onna yang masih sibuk menulis.

"Siapa? Oh dia. Tapi udah waktu nya dikumpulin kan?" Rachel melirik jam dinding yang tergantung di atas poster tabel sistem periodik unsur kimia.

"Iya sih, tapi lo gak kasihan?"Kana masih berusaha membujuk Rachel untuk menunda waktu pengumpulan tugas.

"Gue cuma menjalankan amanah Bu Nina aja. Yaitu dengan nyerahin tugas kalian ke meja nya tepat waktu" Rachel tampak ketus.

"Tapi dia belum selesai loh Chel" Kana kini berusaha menyentuh sisi lembut dalam hati Rachel.

"bukan urusan gue. Lagian daritadi ngapain? Sibuk ngebucin sama mantan pacar sahabat nya sendiri?"

Mendengar pertanyaan Rachel, Kana hannya bisa terdiam. Mata gadis itu semakin lekat menatap Onna yang masih tampak sibuk terburu-buru mengerjakan tugas nya.

-

"Balas dendam memang bukan yang terbaik. Tapi, hati siapa yang tidak sakit jika di khinati bahkan ditusuk dari belakang oleh sahabat sendiri?" 

Friendshit, Relationshit, and it's all bullshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang