six.

130 83 84
                                    

Tanpa sedikit rem, ia pun hanya menekan gas karena takut jika ayahnya akan marah padanya bila ia telat satu detik pun. Langit mulai gelap dan ia akan memilih jalan pintas namun sepi untuk dilalui pengendara.

"Argh!" tiba-tiba ia rem mendadak setelah kucing Oren melintas begitu saja. Tak lama satu orang pun muncul dihadapannya dan dibelakangnya pun terdapat satu pria.

Arka tampak bingung dan setelah diteliti, mereka orang yang menyebar berita balapan di sekolah.

Brakk

Salah satu dari mereka menendang body motor dan motor pun terjatuh ke kiri bersama sang empu. Arka mencoba berdiri namun kakinya terhalang oleh body motor.

Kopi yang ia beli tadi pun kini tumpah dan terbuang begitu saja. Padahal Arka sangat ingin meminum kopi hari ini, apalagi stok kopi dikamarnya sudah habis.

"Bangun." ucap dingin dari salah satu lelaki tersebut. Yang satunya mengangkat motor Arka yang terbaring.

Arka pun berdiri dan deja vu.

Flashback on

"I-itu perbuatan Janson dan Hanson, bukan perbuatanku. Kumohon percaya padaku."

"Aku tak percaya padamu! Kau dari keluarga yang kaya kenapa kau mengambil uangku?"

Dua sejoli yang menjadi tersangka sebenarnya hanya terkekeh.
Dulu semenjak di SD, Arka selalu ditindas oleh kedua adik kakak yang hanya berbeda 10 menit.

Arka selalu membela diri, itupun percuma. Karena semua orang mempercayai mereka. Bahkan ayahnya pun seringkali dipanggil keruangguru karena Arka berkelahi dengan kedua anak kembar itu.

Namun kenyataannya, sikembar lah yang mendahuluinya. Bahkan ayahnya pun tak pernah mempercayainya dan tidak mengasihi kesempatan untuk bicara.

Sampai di rumah pun, Arka selalu dibentak oleh kedua orangtuanya dan sang kakak hanya diam dan malah pergi meninggalkan mereka. Arka hanya diam karena bicara pun percuma.

"Kamu mempermalukan ayah! Sehari bisa gak, jangan membuat ayah pergi kesekolah hanya mendengar kamu berkelahi, maling, atau apapun itu!"

"Bunda juga kecewa sama kamu nak. Kamu seharusnya belajar bukan berkelahi."

"Aku gak salah, ayah! Bunda!" Seraya menangis Arka berteriak. "Jangan nangis! Kamu anak laki-laki!"akhirnya sang ayah hanya menyuruhnya pergi ke kamar.

"La-lapar." lirih Arka karena seharian ia dikamar tak kunjung keluar mengambil makan. Bocah mungil ini hanya tidur sembari melihat langit-langit rumah yang dulu berwarna putih menggambarkan Arka selalu ceria.

Namun Arka berjanji akan mengganti warna kamar menjadi hitam karena simbol hidupnya yang sangat gelap.

Flashback off

6 tahun hidup di SD berasa simulasi hell.
Ia beranjak remaja SMP dan sikembar tak lagi bersekolah yang sama dengan Arka. Dimulainya Arka berkembang menjadi anak yang sangat cerdas dan ambis adalah dari semenjak SMP. Namun tak disangka kini ia pun malah bertemu kembali bersama mereka.

Arka tak tahu apakah mereka anak baru atau dari dulu memang sudah bersekolah disana? Sungguh Arka tak tahu.

Arka tak tahu apakah mereka anak baru atau dari dulu memang sudah bersekolah disana? Sungguh Arka tak tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOOKING FOR HAPPINESS (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang