Hidup ini penuh dengan kebingungan. Bagaimana cara mengatasinya?
Semakin hari, bukannya semakin baik. Justru semakin hari semakin buruk.Ibunya tak lagi di rumah karena dirawat di rumah sakit, ayahnya sering lembur dan pulang pun hanya sekejap lalu pergi menemani sang istri.
Bukannya ia sebagai anak tidak mau sering menjenguk ibunya, melainkan ayahnya yang selalu menyuruhnya tetap belajar dan membersihkan rumah mewahnya sorang diri.
Sekarang ia benar-benar kesepian. Menyiapkan makan pun harus sendiri dan setelah itu, lanjut mencuci piring bekasnya. Barulah ia bisa kekamar, bukannya tidur. Melainkan belajar dan meminum kopi.
Siklusnya tak pernah terubah minggu-minggu ini.
Lelaki kopi itu telah membuang sampah keluar dan kini ia masuk kembali tanpa menutup gerbang rumahnya.
Kegiatan diganti dengan menyapu seluruh ruangan dan seluruh sudut rumahnya.
"Jadi,,, gini rasanya gak punya ibu." senyumnya miris. Ia duduk sebentar karena seluruh penjuru rumah telah ia sapu. Ralat, belum semua. Masih lantai dasar.
Tok tok tok
"Ayah? Atau bunda sudah pulang?" lelaki dengan pakaian seragam sekolahnya yang masih menempel kini mengecek handphonenya, alih alih Mirza mengirimi pesan kalo dia akan ke rumahnya.
Tidak, tidak ada. Lalu siapa?
Jarang sekali ada yang bertamu ke rumahnya. Ia pun membuka pintu dan sebuah sapu masih ditangannya. Kalau-kalau yang diluar itu orang jahat, otomatis tangannya akan langsung melayang."Wait. Belum ditutup!" ia mengingat jika pagar rumahnya belum ditutup. Bisa saja perampok masuk tanpa izin.
Cklek
Kedua netra bertemu. Sosok wanita dengan gaun bunga berwarna pink memancarkan aura positif dan sangat elegant.
"L-lu! Mau apa sih?" Arka berniat untuk menutup kembali pintunya. Namun dengan sigap, wanita itu menahan pintunya agar tidak tertutup.
"Arka. Aku mau bicara denganmu. Sebentar." ucapnya sangat lembut melebihi kain sutra.
Arka pun memang penasaran dengan sosok wanita aneh ini. Ia membuka kembali pintunya. "Gak usah formal. Biasanya juga enggak."
Olea, ya benar. Wanita yang pernah disukai Mirza, anak dari ibu kost.
Arka tak membiarkan Olea masuk kedalam rumahnya. Namun Olea malah maju mendekat kearah Arka. Dan ia spontan mundur beberapa langkah.
Pada akhirnya, mereka duduk di sofa berhadapan. Lalu pintu dibiarkan terbuka. "Mau ngomong apa si lu?"
"Sebenernya mau nagih hutang budi gue." jawabnya santai sembari duduk layaknya laki-laki. Melihat cara duduknya, Arka melongo karena dihadapannya ini adalah wanita yang anggun dengan dressnya yang cantik.
"Plis ya. Gue gak ngerti apa yang lu omongin dari kemaren! Gue minta bantuan apa si ke Lo?" tanyanya sedikit emosi.
"Tch,, lupa atau pura pura lupa? Beberapa minggu lalu, kau kan berurusan dengan polisi, bukan? Siapa yang menolongmu?"
Arka mengingat kembali ingatannya. Lalu ia mendapatkan memori Minggu lalu. Dia baru menyadari jika Olea membujuk ayahnya yang notabene polisi, agar membebaskannya.
"Oke gue inget. Tapi kan gue gak minta tolong sama LO! Lo tiba tiba dateng jadi pahlawan gue terus sekarang minta balas budi dari gue? Tchh,,enak banget." Arka menatap sinis wanita didepannya.
"Terus, apa jadinya kalo gue gak nolongin lu kemaren?! Lu bakal membusuk di penjara. Lu juga gak bakal bisa ngejar nilai Lu. Gue cuma minta, balapan sama gue malem ini." tak kalah sinisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOOKING FOR HAPPINESS (REVISI)
أدب المراهقينPemuda yang sangat terobsesi dengan angka. Ia selalu dibandingkan dengan kakaknya yang notabene selalu mendapat nilai tertinggi di kampusnya. Berbeda dengannya yang tak bisa menggapai angka hanya 9 saja. Dia hanya manusia biasa yang tidak bisa menja...