Part#7

25 4 0
                                    

Jakarta, 17 Juli 2020

"Aku, hanya ingin rumah untuk pulang, rumah untuk bercerita, rumah yang penuh kasih sayang dan bukannya kebencian."

-Arunika

Arunika's POV

"Non Nikaa, bangun nonn." ucap Bi Viona sambil mengetuk pintu kamar gua.

"Non Nika nanti telat loh."

"5 menit lagi biii."

"5 menit apanya non? ini non udah kesiangan banget, bukannya non NIka hari ini mau lomba ya?"

"Tunggu... lomba?"  

"FAK, GUA TELAT!!!"

Ya, gua telat, untuk kesekian kalinya gua telat lagi. Dan telatnya di hari yang dimana gua kudu ngikutin lomba fisika sialan itu.

"Sialann, mana pake acara telat lagi. Bakal diomelin lagi dah."

"oke semuanya udah siap waktunya berangkat" 

Untuk kesekian kalinya. Ya, kesekian kalinya gua bakal ngikutin olimpiade fisika dan untungnya kali ini sekolah gua yang bakal jadi tuan rumah untuk olimpiade kali ini.

pukul 06.50 pagi gua tiba di sekolah dan ternyata sekolah saat ini sudah terbilang cukup ramai. Maklum, 10 menit lagi dan apel pagi atau apel pembnukaan olimpiade akan segeera dimulai.

Tanpa buang-buang waktu gua langsung nyari nama gua di daftar peserta olimpiade yang terletak di mading sekolah dekat lobby. Bagi yang bertanya kenapa gua ga nemuin pembimbing gua, ya karena ini sekolah gua sendiri, jadi gak usah repot-repot buat nyari seorang pembimbing doang.

"HAI AR!!!" sapa seseorang ang langsung menepuk pundak ku dengan sangat kencang.

"SAKIT WOI ANJIR. ADA GILA-GILANYA KAU NAD" ya, orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nadir, di ikuti oleh  Michi dan Lexa serta, Eagle's Eyes? tunggu.... MEREKA JUGA KESINI?!

"Kok kalian bisa di sini? sekolah aja diliburin kan gara-gara ni olimpiade." tanya gua sambil mengelus pundak gua yang masih kerasa sakit gara gara tepukan Nadir sialan itu tadi.

"Ya jelas dukung lu lah kunyuk. kita tau orang tua lu gabakal dateng, jadi gantinya kita yang dateng buat dukung lu. dan kita juga udah bawa suporter tambahan, bener kan cah lanang?" Balas Lexa sambil melirik Juna dkk dengan lirikan ala-ala Bombastic Side Eye.

"Makasih ya?"

"Buat?" 

"Segalanya. Makasih banyak ya? kalian emang temen-temen gua yang paling the best."

"That's not a problem Ar, semangat yaa! Kita bakal selalu dukung dan doain lu dari sini." Nadir langsung memeluk gua, pelukan hangat yang gua cari selama ini. Mekipun bukan dari Ayah atau Ibu gua, itu udah lebih dari cukup.

Author's POV

"Good luck ya, Arunika." Ucap seorang pria dari belakang Arunika yang sedang berjalan kearah ia dan teman-temannya bersama dengan Pak Sesongko.

Suasana mellow tadi seketika buyar akibat suara pria tersebut. Arunika melepas pelukannya dan menoleh ke arah asal suara tersebut datang.

"Kulkas? Pak ses? Kalian ngapain kesini? Kulkas juga, kok lu dateng sama Pak Sesongko? kenapa ga bareng sama tuh 3 kunyuk?" Tanya Arunika sambil menunjuk ketiga teman Aksa yang dari tadi berdiri diamseperti orang tak tau arah jalan pulang.

"Itu-"

"Biar saya aja nak Aksa." Pak Sesongko langsung memotong omongan Aksara.

"Pada ininya Aksa disini, akan membantu saya." Lanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Senja di Langit KhatulistiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang