"jeyii jeyii! sini"
Jay yang hendak menaiki tangan dibuat berbalik badan karena mendengar suara Sung Hanbin yang meneriaki namanya. Jay mendekat ke Hanbin yang ada di persimpangan arah kantin.
"kenapa, bin?"
"ikut gue sini"
"mal― eh eh! jangan tarik tarik!"
Jay sebetulnya belum menyetujui ajakan Hanbin, tapi pemuda Sung itu malah menarik tangannya, ditarik Jay ke arah kantin yang ternyata sudah ada teman temannya yang lain.
"nah, jadi pas deh"
"apa nih pas pas?!"
pertanyaan Jay dijawab oleh Zhang Hao, "gue ada game kecil nih, hadiahnya tiket nonton. tadinya kekurangan tim, tapi lo udah ada, lo aja yang ikutan", jelas pemuda Zhang itu.
Jay memilih duduk di samping Kamden yang juga korban penarikan Zhang Hao, "Kak Hao ngadain game apa sih, Kammy??", tanya Jay.
yang ditanya menggeleng. awalnya Kamden juga ingin menolak, tapi dengan embel embel ada Jay disana, jadi Kamden ikut, "gue juga ditarik sama bang Hao, katanya ada lo. lo mau permen gak?" tawar Kamden.
"ngga deh, buat kamu aja" tolak Jay.
Kamden membuka sebiji permen rasa coklat susu, masih banyak di kantongnya, sengaja memang, biasanya kalau ngantuk di kelas, Kamden nyemilin permen tersebut, bahkan di tasnya ada banyak bungkus pack permen dengan varian rasa berbeda beda.
kalau kata Keita, Kamden bandar permen.
"nih, gue ada minuman, yang main cuma 3 orang sih, gue, abin sama Jay―"
Jay memandang bingung, karena cuma Kamden saja yang tidak diikut sertakan dalam game Zhang Hao.
"―salah satu minuman ada yang rasanya paitt banget, banget bangetan. nah, yang dapet rasa manis, dia menang"
mendengarnya, Kamden yakin Jay mungkin tidak akan bisa bertahan lama semisalnya dapat minuman yang zonk. Jay itu sangat jujur dalam rasa makanan, dia akan blakblakan semisalnya dia tak suka terhadap satu makanan.
Zhang Hao sudah mengeluarkan 3 gelas dengan warna yang berbeda tapi dengan isi yang sama, berisikan jus jeruk yang salah satunya ada rasa yang pahit, asam dan manis.
"Kamden, lo acak nih gelasnya. takutnya kalian semua bakal curiga kalo gue curang soalnya gue yang buat nih minuman"
Kamden iya iya aja, tangannya bergerak memutar acak minuman tersebut. disaat mulai, Hanbin yang memilih duluan, disusul Jay, dan Zhang Hao mendapatkan sisanya.
"hitungan ke 3, minumnya bareng ya. 1, 2, 3!"
3 pemuda tersebut serentak minum. Hanbin lah yang bersikap biasa saja, Zhang Hao sedikit menyipitkan matanya dan sedikit bergetar pundaknya, sedangkan Jay....
"uweekk! pahit!"
Jay secara tidak sengaja memuntahkan minuman yang ada di mulutnya, dan tidak sengaja juga itu mengenai celana sekolah yang Kamden kenakan. Kamden dengan cepat memberikan air putih ke Jay, yang memang sudah Kamden wanti wanti sejak mendengar permainan game Zhang Hao.
"Okey, jay kalah!"
"Kak Hao, ini pahit banget"
Zhang Hao sedikit tertawa, tapi kasihan juga. niatnya memang untuk seru seruan saja, tidak ada niat untuk mengerjai atau jahil. Zhang Hao pun mendapatkan yang rasanya asam, tak tanggung tanggung Zhang Hao menambahkan 3 perasan lemon, yang pasti rasanya sangat asam.
"kak, aku ke kamar mandi dulu ya. celana Kamden gak sengaja kena muntahan aku barusan, maaf ya kak"
Jay pamit dan pergi bersama Kamden. sedangkan Zhang Hao berpesan untuk mereka berdua kembali lagi ke kantin, karena Zhang Hao akan mentraktir mereka berdua minuman.
tiba di kamar mandi, Jay menyalakan air dari wastafel, sedikit membasahkan tangannya lalu mengusapkan ke bagian celana Kamden yang terkena muntahannya.
"Kamden, minta maaf banget. beneran gak sengaja"
Jay meminta maaf sambil terus mengulangi pergerakan tangannya, mengusap bagian paha Kamden yang kotor sebab ulahnya.
"gak usah, gapapa, gak kotor banget ini" ucap Kamden lalu meraih tangan Jay, ia bawa untuk dicuci di wastafel, "masih pahit gak mulutnya???" tanya Kamden.
Jay mengangguk, setelahnya ia mencoba kumur kumur berharap bisa menghilangkan total rasa pahit di mulutnya, "gak tau nih, rasanya gak mau hilang, masih kerasa," adu Jay, ia sedikit menjulurkan lidahnya.
Kamden sudah menahannya sejak tadi, saat tangan Jay menyentuh paha nya dengan niat baik membersihkan tapi malah pikiran Kamden yang tidak baik, ia rasanya ingin mencium Jay saat itu juga.
"Jay, mungkin habis ini lo mau nampar gue atau nonjok gue, gue gak masalah"
"em? kenap― "
secara mengejutkan Kamden menangkup kedua sisi wajah sahabatnya tersebut, melumat bibir ranum itu, menyalurkan rasa coklat susu yang masih tersisa di mulutnya, keterkejutan Jay menguntungkan bagi Kamden karena pemuda Chang tersebut belum sempat menutup mulutnya, akses yang diberikan ke Kamden lebih mudah.
lidah Kamden membawa benda lunak lainnya untuk saling membelit, tak lupa mengabsen deretan gigi rapi tersebut dan juga memainkan lidahnya diarea langit mulut, hal seperti itu sukses membuat tubuh Jay bergerak gelisah, karena ini kali pertamanya ada seseorang yang menciumnya seperti itu.
dan Jay tidak menolaknya.
sampai dimana Kamden merasakan pukulan pelan di dadanya, barulah Kamden menyudahi ciuman tersebut. Jay terengah-engah mengatur nafasnya, sedangkan Kamden sudah bersiap dengan pukulan yang bisa saja Jay layangkan saat itu.
tapi jelas tak Jay lakukan. ciuman perdananya membuahkan hasil, menghilangkan rasa pahit di mulutnya, diganti dengan rasa coklat susu khas permen yang sering dimakan Kamden.
"g-gue minta maaff, lo bisa pukul gue sekarang"
Kamden sudah memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya, tapi bukannya pukulan yang didapatnya, malah tarikan pelan baju seragam yang digunakannya. Kamden menoleh dan membuka matanya, Jay yang menarik seragamnya dengan wajah merah merona.
"em, can I get one more kiss, kamden??" tanya Jay sambil menundukkan wajahnya yang perlahan memanas serta rona merahnya yang semakin ketara.
"sure..."
―
"walah, ditungguin ternyata lagi asik kokop kokopan disini, dasar. Abin, mereka pacaran kah??"
"ngga, setau aku mereka sahabatan"
"lah?! kok cium ciuman?? mana boleh!"
"boleh aja. kita juga sahabatan tapi sering ciuman"
"....."