braak!
"kak Jaayy!!"
pintu kayu putih tersebut dibanting dengan kencang oleh pemuda tinggi itu, dengan caranya yang seperti itu, membangunkan sosok lain di dalam kamar, ia terduduk dengan jantung yang berdetak kencang sebab terkejut.
"Ian! kalo bangunin kakak tuh bisa pelan gak?!"
yang dimarahi hanya cengengesan, ia mendekati pemuda yang lebih tua, "kakak katanya janji mau nemenin Ian cari buku hari ini, kok masih tidur? Ian udah rapih", ucap Brian sambil menyender ke bahu Jay.
"iya, inget kok. tapi ini masih jam 6, toko buku mana yang udah buka, Ian..." ucap Jay dengan tutur kata yang ia buat selembut mungkin.
"ya kan bisa jalan jalan dulu, makan bubur contohnya, atau kemana gitu. emangnya gak mau jalan jalan sama Ian??"
Jay terkekeh, "aiihh, iya iya. tunggu dulu, biar kakak mandi sebentar, kamu kalo belum sarapan cari di dapur aja" ucap Jay, ia ingin beranjak dari atas kasur dan segera mandi, tapi Brian menahannya.
"minta kiss di pipi, boleh???"
alih alih memberi apa yang Brian mau, jari Jay malah mencubit gemas pipi yang lebih muda, "gak ada! biar kakak mandi dulu, baru boleh minta kiss", tolak Jay.
"huhhh, iyaa dehh! jangan lama lama!"
"iyaa kecilll"
"kecil kecil juga aku lebih tinggi dibanding kakak ya!"
-
rencana jalan jalan pagi sebelum ke toko buku terpenuhi, sekarang keduanya sedang berkeliling toko buku, sebetulnya hanya Brian yang punya keperluan di toko buku ini, tapi Jay memilih ikut berkeliling juga, mereka berdua berpisah saat Jay tertarik dengan salah satu rak buku, matanya melihat satu satu buku yang menarik perhatiannya, Jay menemukan satu buku yang menurutnya bagus, ia berniat mengambilnya, tapi...
"siapa sih yang taruh buku setinggi itu? dikira semua orang itu tinggi...?"
tangan Jay berusaha mengambil bukunya, ia berjinjit beberapa kali, tapi tetap saja tidak sampai. Jay berdecak dan terus mendongak, "mas mas yang jaganya mana sih?!", ucap Jay sambil celingukan, setelah itu ia kembali mencoba mengambil buku itu.
Jay berhenti berusaha disaat ia melihat tangan lain dengan mudahnya mengambil buku yang ia incar sejak tadi, senyum Jay mengembang, ia berniat akan mengucapkan terimakasih kepada orang yang membantunya.
"wahh, makas― loh? Ian?"
disaat Jay berbalik badan, tubuh tinggi Brian sudah ada di hadapannya, dengan senyum meledek, Brian memberikan bukunya ke Jay, "makannya, jangan pendek", ucap Brian.
"pendek pendek! kamu yang pendek!"
Jay memilih meninggalkan Brian, ia memilih untuk membaca bukunya di kursi yang memang sudah disediakan, matanya melirik Brian yang menatapnya sambil tersenyum, Jay membuang muka, kesal ceritanya dan fokusnya sekarang ke buku yang ia pegang.
"lagian siapa yang pendek? dia aja yang ketinggian!" dumel Jay yang masih tidak terima dibilang pendek.
Jay sebetulnya tidak pendek, ia tinggi kok. sayangnya aja Jay malah dapet pacar yang lebih tinggi dibanding dirinya, Jay itu sudah paling tinggi diantara teman temannya, tapi saat dengan Brian, entah kemana hilangnya tinggi badannya tersebut.