25.Rumah sakit [✓]

106 5 0
                                    

Raden masih menunggu kehadiran Bryan dan Bastara datang. Dia juga sedang menunggu Mamanya keluar, ada perasaan bersalah dan menyesal di benaknya. Fano, Luna dan Thyara kini sedang menuju rumah sakit yang di beritahukan oleh Raden tadi.

Tak lama mereka sampai, mereka tak akan mengulanginya kembali. Mereka sadar bahwa anak mereka adalah anugrah titipan dari Tuhan.

"Gimana kondisi Lyora? Dia baik-baik saja kan?" Tanya Luna sambil menangis, dia sadar bagaimana Lyora membela dan menjaga keluarga nya dari orang yang jahat. Thyara sendiri dia juga menangis, jika bukan karena Lyora mungkin dirinya dicap sebagai pelakor. Dan waktu Lyora berpacaran dengan Reyga, itu hanya paksaan dan Lyora juga belum tau semuanya jika Raden tak memberitahu nya.

Raden menunduk, dia tak bisa melihat wajah Luna yang sudah berlinang air mata. Sakit rasanya mendengar isakan-isakan itu.

"Saya dan Mama saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat Lyora sembuh, Tante Luna jangan nangis begini, Lyora akan baik-baik saja."

Nyatanya didalam ruangan sana Lyora sedang tak baik-baik saja. Dia berjuang antara hidup dan matinya. Dan tak lama setelah itu Violet keluar dengan beberapa suster. Violet sendiri tak heran jika kedua orangtua Lyora ada disana, Raden sudah menceritakan semuanya tentang hal itu.

"Tenang pak, Bu, anak bapak dan ibu tidak apa-apa. Tapi dia masih butuh perawatan, dan saya sarankan biarkan dia disini dulu sampai dia sembuh total."

"Dok," panggil Fano lirih tapi itu masih bisa didengar oleh Violet.

"Apakah saya bisa mendonorkan tulang sumsum saya kepada anak saya?"

****

Sudah satu Minggu Lyora dirawat di rumah sakit, dan pengecekan sumsum Fano berbeda dengan Lyora. Lyora sendiri sudah sangat muak dengan ruangan dan bau obat-obatan disana. Dia ingin sekali kabur dari sana tapi ia takut kalau penyakitnya semakin parah, apalagi dia punya asma.

Lyora kini duduk di taman sendirian sambil memperhatikan beberapa anak-anak yang sedang asik bermain bersama teman-temannya. Lyora jadi ingat bagaimana masa kecilnya dulu. Tak lama ada yang menepuk pundaknya dan anak itu tersenyum lebar kepadanya, anak yang berumur 10 Tahun mungkin.

"Aku boleh duduk disini?" Tanya anak itu. Lyora mengangguk. Dia suka duduk lesehan daripada duduk di kursi.

"Nama kakak siapa?"

"Lyora Andalyca Putri, panggilannya Lyora." Jawab Lyora ramah.

"Kamu sendiri namanya siapa?"

"Kenanza Areta." Lyora dan anak kecil itu saling berbincang. Tanpa Lyora sadari dari jauh Raden sedang memperhatikan keduanya. Bukan hanya Raden tapi inti STAR GENG, kecuali Reyga. Mereka semua kecewa dengan Reyga dan keluar dari geng itu.

"Kak Lyora sakit apa? Aku selalu lihat kakak disini terus, di taman sendirian." Lyora tersenyum dan mengacak-acak rambut Kenanza itu. Dia kaget ketika melihat tangannya yang penuh dengan rambut.

"Kenan sakit apa? Kok ini rambutnya rontok semua?"

"Kata Bunda Kenan cuma salah pakai shampoo aja kak tapi Kenan gk tau kenapa bunda selalu nyuruh aku minum obat dan tinggal disini." Hati Lyora sakit ketika mendengar jawaban Kenanza itu.

"Kalau kakak sakit leukimia dan asma, papi sama ayah kakak gk bolehin kakak pulang kerumah juga kalau kakak belum sembuh." Kenanza mengangguk. Kenanza mendekat kerah Lyora dan merapikan rambut Lyora yang sedikit berantakan.

Lyora Dan Kehidupannya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang