Bel pulang telah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Sebagian murid pun sudah banyak yang meninggalkan sekolah dan kembali ke rumahnya, namun begitu masih ada sebagian yang tetap tingal di sekolah karena suatu hal, entah mengerjakan tugas, urusan organisasi atau latihan persiapan lomba hingga waktu maghrib nanti.
Salah satunya adalah Vania, meski tidak mengerjakan salah satu dari yang telah di sebutkan di atas, gadis dengan balutan hijab di kepalanya itu masih setia berada di dalam kelas. Ngapain? Gak ngapa ngapain. Gadis yang di kenal karena keramahannya itu nampak menjatuhkan kepalanya di atas lipatan tangan sambil memejamkan mata.
Prediksi ummanya tepat, sesaat setelah istirahat pertama tadi, perutnya tiba tiba sakit dan hasilnya, ia kedatangan tamu bulanan. Pantas. Karena itulah, di jam pulang sekolah seperti ini, rasanya sangat tenang berada ke parkiran, begitu katanya.
Vania merogoh isi tasnya, mencari ponselnya yang berbunyi karena ada telepon masuk. Gadis itu menyipitkan matanya melihat nama sang umma yang menelponnya.
"Assalamualaikum umma, ada apa?"
Waalaikumsalam, kamu dimana Van? Jam segini kok belum pulang?
"Jam berapa sih emangnya?"
Udah jam lima sayang, buruan pulang ya, keburu malem.
"Iya umma, Vania jalan pulang sekarang."
Tut
Panggilan pun terputus. Vania menghelakan nafasnya, ia melirik jam di pergelangan tangannya, memang benar waktu sudah menunjukkan pukul lima sore dan ia tak menyadari itu semua, ia terlalu larut dalam kenyamanan yang ia ciptakan hingga tak sadar sudah menghabiskan cukup waktu. Untunglah ia tadi sudah mengabari Pak Ujang jika akan pulang telat, kalau tidak kasihan sekali supir keluarganya itu.
Vania lekas membereskan barang bawaannya. Ia memasukkan segala perlengkapannya ke dalam tas dan mengabsennya satu persatu. Maklum, bawaan hari ini cukup banyak, ia takut salah satunya hilang.
"Ada yang kurang deh, tapi apaan ya?" Nah kan benar, ada yang terlupa.
Vania mengingat kembali barang apa saja yang ia bawa di tambah yang Revan berikan tadi pagi.
"Ah iya, botol minumnya masih di Revan." Buru buru Vania memakai tasnya dengan tangan kanan memegang tote bag yang tadi pagi di berikan Revan.
Tujuannya adalah lapangan futsal, ia yakin jika Revan masih berada disana karena lelaki itu tengah mempersiapkan diri untuk turnamen minggu depan. Sebenarnya bisa saja ia ambil besok, namun lawannya kali ini adalah anak pertama ibu ibu rumah tangga, yang kalau hilang satu saja ngomelnya bisa tahan 24 jam. Ya! Tupperware tercinta, ia tidak mau menjadi sasaran empuk ummanya perkara itu barang kagak ada satu.
Vania melangkah gontai menuju lapangan futsal, namun belum sampai di tempatnya, gadis itu di buat terkejut dengan kemunculan Gilang yang tiba tiba menghadang jalannya. Fyi, Gilang adalah Ketua OSIS SMA Pelita yang di kabarkan menyukai Vania sejak gadis itu pindah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVANIA
RomanceSquel Pertama Azka&Syifa Sudah menjadi rahasia umum jika Revan Galaskar Wijaya menaruh hati pada gadis cantik Vania Haima Farsha. Terpatri manis di ingatan keduanya, pertemuan konyol di dalam mobil saat Vania menuduh Revan supir taxi online. Namun s...