)5(Minisode Soda Gembira

10 0 0
                                    


Happy reading

.

Penghujung hari masih menyisakan terik. Jantung berdegup kencang, keringat yang mengucur dari pelipis hingga menetes menemui sang bumi. Sebuah bukti, jalan berlubang yang masih di paksakan kuat oleh keadaan.

Lebih dari seratus manusia sama-sama berebut waktu, mengantre panjang atau bahkan saling dorong demi satu langkah lebih maju. Gembila menaikkan sebelah alisnya.

"Uwaw beneran, nih? " Alisnya naik turun seperti ulat bulu.

Tawa renyah pemuda jangkung yang lebih tua darinya itu menjawab pertanyaannya. "Ambil, buruan. "

Menyempatkan dirinya ber-yey ria sebelum menerima uluran dari sang kakak. Namun menarik kembali tangannya setelah teringat sesuatu, "buat kurcaci di rumah mana? "

"Nih, " Mas Aka menenteng kresek transpan di tangannya tinggi-tinggi.

Gembila dengan senang hati menerima satu gelas besar minuman berwarna pink dengan sedotan yang sudah tercelup di sana. Deretan truk-truk besar yang saling berhimpitan beradu klakson memekakkan telinga, mengurangi kenikmatan soda gembira yang tumben sekali di belikan mas Aka.

Matahari sudah lelah nampaknya, terik panasnya di gantikan cahaya bulan berlatar awan bersih tanpa bintang. Menemani mas Aka dari sepulang kerja, mengantar Cila, dikejar anjing gila di perempatan, lalu dijitak gara gara mau maling mangga, dan berakhir nangkring di atas jok motor menikmati soda gembira sembari menunggu mas Aka memfotokopi tugas kuliah yang sudah mepet deadlinenya, adalah cerita epik penghujung hari ini.

Mas Aka merapikan tas pinggangnya, lalu mengangkat bokongnya untuk berdiri. "Mau kemana? " Gembila ikut mengangkat bokongnya.

Gendikan dagu menuju arah supermarket, hanya berseberangan jalan di depan. "Ikut? " Mas Aka menarik topi hitam yang semula bersangkar di atas kepala adiknya.

"Ikoooott, " Gembila langsung turun dari jok motor, menggandeng erat lengan kakaknya.

Kalo kata bude, Gembila sama mas Aka itu kayak orang pacaran, kemana mana perginya berduaan, gandengan tangan lagi. Padahal menurut Gembila wajar-wajar saja dia gandengan, toh juga jarang dia pergi bersama kakaknya, paling paling pergi begini kalo urusan kerjaan sama kuliah mas Aka udah selesai, kalo nggak ya jalannya sambil ngerjain. Tapi kalo dipikir-pikir lagi, kata bude memang ada benarnya, buktinya Gembila fine-fine saja nggak punya pacar, asal ada mas Aka, apalagi kalo Cila ikut kalo lagi jalan begini, serasa sempurna sekali hidupnya.

Mas Aka masih memilih-milih kecap di barisan ketiga dari kanan. Tidak bisa masak begitupun, mas Aka selalu selektif dalam memilih bahan masakan, perhitungan harga dan kualitas di pertimbangkan begitu matang. Jadi maklumi saja kalo belanja lima barang bisa sampai satu jam.

"Mas lama, sini tak bantu. " Gembila menyobek setengah daftar belanjaan.

Kembali ke depan barisan untuk mendapat keranjang belanja, lalu menulusuri tiap barisan untuk mencari empat barang yang diperlukan. Barisan pertama dari kanan, Gembila berhasil mendapatkan shampo, dan sepaket dari barisan itu deretan sabun juga ada, dua barang tercoret dari daftar belanja.

"Yah, salah sobek ini mah. "

Gembila menurunkan keranjang belanjanya. Barang ketiga ada di barisan paling belakang, tepatnya di sebrang barisan yang di tempatinya. Sedikit melirik takut takut, lalu dengan cepat menggeleng. "Nggak nggak, nggak bisa ini mah. " Barisan itu terlalu aneh, aneh jika Gembila yang pergi ke sana.

PARSELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang