BAB 7

132K 6.1K 296
                                    

JANGAN SEBEL SAMA NAT DULU YAHH

DI SINI DIJELASIN KOKK

ENJOYYY SAYANG"KUU!!!

--------------

Aku menatap Leo yang tengah asik dengan handphone-nya. Leonardo William, dia adalah pacarku selama setahun ini dan perlu ku garis bawahi bahwa aku sudah tidak mencintainya.

Sejak bisa membaca pikiran orang, aku menjadi ilfeel melihatnya. Jujur saja Leo tampan, baik, dan perhatian. Akan tetapi di samping itu, dia telah menyelingkuhi ku sebanyak sepuluh kali.

Dari mana aku mengetahuinya? Tentu saja dari pikirannya sendiri yang membicarakan hal mesum tentang wanita lain.

"Shit, Sasa sexy banget, Nat kalah jauh! Badannya mulus dan montok. Lebih baik aku dm sebelum dia memiliki pacar, lumayan untuk koleksi," pikirnya yang membuatku mual.

Bukannya cemburu, aku malah merasa eneg mendengarnya. Dalam sehari saja dia bisa mengencani lebih dari dua wanita, aku benar-benar jijik.

Dan alasan aku belum memutuskannya adalah karena aku tidak mau dia senang begitu saja. Bukankah lebih seru jika balas dendam? Entah bagaimana caranya, aku pun belum memikirkannya.

Yang pasti akan ku buat dia menyesal sejadi-jadinya, kalau bisa sampai menangis darah di hadapanku. Astaga, melihatnya saja sudah membuat tensiku naik.

Mataku menatapnya jenuh dan ingin cepat-cepat pergi dari sini. Padahal dia sedang duduk berdua denganku, akan tetapi pikirannya tetap kepada wanita lain.

Entah apa yang ku pikirkan dulu hingga menerimanya. Sepertinya aku sudah gila.

Merasakan tatapan intens, Leo menatapku balik dan tersenyum. Senyumnya yang seperti itu dulu terlihat manis di mataku, sekarang tidak lagi.

Jangankan untuk baper, yang ada aku malah ingin mencabik-cabik wajahnya itu hingga tidak kepedean lagi.

Leo menaruh handphone-nya dan memegang tanganku di atas meja. Dengan lembut, dia mengusapnya.

"Nat sayang, kau tidak makan?" tanyanya dengan alis naik, bertanya.

Dengan cepat, aku melepaskan genggamannya dan membersihkan telapak tanganku. Sebagai jawaban, aku hanya menggeleng, tidak peduli.

Aku mengalihkan kepalaku ke arah lain, tidak mau menatapnya. Yang Leo tahu, aku marah karena melihatnya berjalan dengan wanita lain. Padahal tidak hanya itu.

Dia tidak hanya sekadar kencan ataupun makan bersama, Leo sudah sex dengan banyak wanita. Itu yang membuatnya semakin menjijikkan di mataku.

"Kau masih ngambek, sayang? Bukankah sudah ku jelaskan bahwa Cassie hanya sepupu ku? Ayolah, tidak mungkin aku berpaling darimu, Nat," bujuknya, meyakinkanku.

Perkataannya terdengar sangat tulus dengan matanya yang menatapku sayu. Kalau saja aku tidak dapat membaca pikirannya, sudah pasti aku akan terjatuh lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Ribet banget sih ini cewek, dikit dikit marah. Kalau saja bukan karena aku belum menyentuhnya, tidak sudi aku memohon seperti ini. Udah miskin, gatau diri lagi, ew," lanjutnya dalam otak kecilnya itu.

Sebisa mungkin aku menjaga ekspresi ku tetap datar agar Leo tidak mengetahuinya. Semua ejekan dan hinaannya sudah ku dengar semua.

Apa aku sakit hati? Ya, pada awalnya. Aku menyesal sudah menangisi Leo selama dua hari ini, seharusnya aku langsung saja membunuhnya.

Pet Me, I'm Your Wolf!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang