"hikss—abang buka!"
"A-abang..."
tokk tokk
"Hava janji—hiks engak-engak bohong la-lagi... hiks"
Hava berulang-kali mengetuk lemah pintu kayu besar yang berada tepat di hadapannya. Tangisan Hava sama sekali belum berhenti, hanya saja lebih ke capek dan lemas.
Hava gak menyangka dirinya bakal kembali lagi pada ruangan ini setelah tiga tahun lamanya tidak menginjak. Dulu Hava pernah dihukum karena keluar rumah tanpa ijin. Padahal dia hanya main doang dengan kucing komplek yang kebetulan berkeliaran.
"Ta-ta-kut... hiks—ABANG! ABANG BUKA!"
Dan sekarang, hukuman dari kedua abang tertuanya itu semakin mengerikan. Iya! Ruangan ini gelap gulita. Hava gak bisa lihat apapun kecuali warna hitam pekat. Hava takut sekali.
Lalu selama sejam lebih ini kaki ringkihnya setia berdiri. Hava takut jika tiba-tiba ada serangga kecil merayap ke tubuhnya. Walaupun memang kelihatannya tidak ada apapun, hanya ruangan kosong yang begitu lebar tanpa ada penerangan, tetap aja Hava benar-benar ketakutan. Bahkan Hava juga merasakan pasokan oksigen yang semakin menipis.
"A-abangg huskk—gak bi-bisa napas hahhhhhahh..."
Hava merasakan pandangannya tiba-tiba berkunang. Ada warna-warna tertentu di penglihatannya. Hava rasa kakinya semakin melemas dan bisa saja tumbang dengan sendirinya.
Brukk
"A-abang... pu-pusinhhh... ughh..."
Hava merasakan sakit luar biasa ketika tubuh dan kepalanya terbentur cukup keras ke lantai yang sedingin es, Hava jadi menggigil.
Dan bertepatan dengan kesadaran Hava yang mulai menghilang. Ketiga abangnya datang dengan tidak kira-kira. Pintu besar itu terbuka hampir saja menyeret tubuh Hava jika Joe tidak langsung cekatan menahan.
"HAVA!"
Jeff orang pertama yang menghampiri dan memangku kepala mungil itu yang diliputi peluh dengan raut pucat yang sayu. Tangan lebar Jeff menepuk pelan pipi lembut si bungsu berulang-kali.
"Sayang, bangun. Hava!"
"Bawa ke kamar! Aku telfon dokter dulu." Tey berkata cepat menyuruh salah satu untuk mengangkat Hava supaya cepat dipindahkan dari sini.
Tanpa berpikir panjang Joe orang yang dengan cepat menyambar tubuh kecil Hava dan menggendongnya menuju kamar si bungsu.
Jeff berdecak, sebelum mengikuti abangnya itu Jeff sempat menelisik ruangan kosong ini.
Pantas saja, ruangan ini begitu dingin. Hava benar-benar bisa terserang demam tinggi jika tidak langsung diselamatkan, atau yang paling parah Hava akan terkena hipotermia.
**
BRAKKK
Joe menatap tajam orang yang baru aja masuk ke dalam kamar adik bungsunya. Tapi lebih tepatnya mereka berlima menatap tajam sosok pemuda seumuran Jeff yang datang-datang menenteng berkas dan nyengir kuda. Tidak merasa bersalah sama sekali.
"E-eh.. sori-sori bang."
"Juo, ngapain lo ke sini?" Tey memicing tidak suka atas kehadiran orang itu.
Juo orang yang baru saja disindir itu lagi-lagi tambah nyengir, dia berlari mendekat dan ikutan duduk di samping Jeff dengan anteng.
"Gue mau nganterin berkas bang, tapi denger kabar dari Bang Yarsh katanya si bayi sakit. Sekalian gue mau jenguk."
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT OVER PROTECTIVE ✓
FanfictionJadi anak bungsu itu gak enak, Hava sebel. Selalu gak diperbolehkan untuk ambil tindakan atas dirinya sendiri, padahal Hava udah besar. Sialnya dia punya lima abang yang super protective sama dirinya. Belum juga temen-temen abang yang ikut rusuh men...