Hava menatap tanpa minat sarapannya kali ini. Bubur hambar yang berisi sayur brokoli kecil-kecil yang udah dihaluskan. Wajahnya jadi makin masam dan memberengut gak suka.
Tubuh kecilnya yang masih lemas semakin beringsut ke pelukan Jeff. Anak itu memang semalaman tidak mau lepas dari Jeff. Hava masih kesal dengan Joe dan Tey. Walaupun tepatnya dia lebih ke takut.
"Adek, aaaa" Jeff mencoba menyuapi adiknya yang rewel.
"Gak mau!" Bibir Hava mengerucut, matanya sudah memerah karena kesal.
"Harus makan, habis ini minun obat, sayang." Tey datang dengan segelas air putih dan beberapa kapsul obat milik Hava.
Hava semakin menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Jeff. Selimut tebal yang tadinya melapisi tubuhnya kini jatuh ke lantai karena Hava yang benar-benar tidak mau diam.
"Gak mau..." Gumam Hava serak.
Tey memutar otak, dia tidak akan mengijinkan Hava sampai skip sarapan. Kemarin sore sampai sekarang perut Hava belum terisi apapun. Tey jelas khawatir, jangan sampai adik bungsunya ini sakit perut.
"Hava makan!" Kali ini Tey ambil alih mangkuk berisi bubur itu.
"Hiks—gak mau! Jangan paksa paksa Hava hiks—abang!"
Tey berdecak, "Kalau gak dipaksa kamu gak akan makan! Jadi sekarang buka mulutnya!"
"HIKSS HUWAAA GAK MAU GA—HIKSS MAU!"
Rasa-rasanya Tey ingin sekali menyuapi Hava dengan cara kasar. Tapi untuk kali ini dia harus menahan mati-matian. Hava baru aja demam tinggi, anak itu juga masih sakit. Tey masih punya hati untuk gak membuat adik bungsunya semakin drop.
"Gimana kalau abang Jeff yang suapi?"
Gelengan keras membuat keduanya makin bingung. Tey rela tidak pergi ke kantor karena memang ingin mengurus si bungsu. Tapi jika seperti ini, dia memilih lembur seminggu daripada mendapat tolakan mentah-mentah hanya karna tidak mau makan.
"Gimana nanti abang ajak kamu jalan-jalan, janji?" Jeff mulai merayu dengan jurus andalan.
"Jeff!" Tey mendelik tidak terima.
Hava menatap polos Jeff sambil memainkan dagu abangnya itu. Matanya yang tinggal setengah watt itu pun berbinar. Hava mengangguk semangat.
"Enggak ya, kamu masih sakit! Gak boleh main-main." Tey berkata tegas.
Mendengar itu Hava jadi semakin memberengut gak suka sambil menatap Tey garang yang jatuhnya malah jadi lucu.
"Mau abang, ayo! Ayo kita ke game center!" Hava memekik semangat sambil menarik-narik piama yang masih dikenakan Jeff.
Senyum Jeff mengembang sambil mencuri satu kecupan di pipi si gembul, Jeff mengusak surai Hava yang masih berantakan, "Okey, sekarang adek makan dulu dan minun obatnya."
Tey kalah. Dia mengaku.
Memang hanya Jeff satu-satunya yang mampuh merayu Hava si kecil nan merepotkan ini, dengan rayuan seperti itu.
Dasar bayi.
Tey menghela napas, bukannya Tey tidak ingin adik bungsunya bahagia, Tey hanya terlalu khawatir dengan keselamatan Hava. Tey berpikir menutup semua akses keluar rumah adalah cara terbaik untuk membuat Hava aman.
***
"ABANG MAVE!"
Mave yang baru saja membuka pintu rumah dikejutkan teriakan super melengking milik Hava yang hampir membuatnya jantungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT OVER PROTECTIVE ✓
FanfictionJadi anak bungsu itu gak enak, Hava sebel. Selalu gak diperbolehkan untuk ambil tindakan atas dirinya sendiri, padahal Hava udah besar. Sialnya dia punya lima abang yang super protective sama dirinya. Belum juga temen-temen abang yang ikut rusuh men...