||happy reading! • ° • ° • ° •
Matahari sudah terlihat bersinar cerah, orang-orang berlalu lalang untuk melakukan rutinitas sehari-hari mereka. Mulai dari seorang pekerja yang berangkat ke tempat mereka bekerja, ataupun pedagang yang sedang merapihkan dagangannya untuk para pembeli.
Tak ada murid yang terlihat berlalu lalang, wajar saja karena hari ini adalah hari Minggu. Banyak dari para anak sekolahan memilih bermain bersama temannya ke suatu tempat atau hanya berdiam diri di rumah dan menunggu Omelan emak karena terlalu lama bermain ponsel, padahal itu lagi nyari kabar soal Tanjiro—g.
Terlihat dua orang pemuda yang sedang menunggu waktu untuk menyeberang, sesekali mereka menoleh ke kanan-kiri jalan untuk melihat kendaraan yang berlalu-lalang. Setelah lampu berubah menjadi hijau, mereka berdua berjalan menyeberang dan masuk ke dalam supermarket.
Pemuda dengan surai rambut berwarna hitam mengambil troli belanja, kembarannya si rambut cokelat memegang tangan kakaknya yang sedang mendorong troli, membuat sang pemilik tangan itu menatap bingung. "Kenapa Tio?" Tanya nya.
Iris mata biru cyan itu menatap kakaknya penuh makna. "Aku punya ide."
Tak lama, pemuda itu berusaha naik dan duduk di atas troli. Dia bersandar ke troli dan menunjuk ke depan. "Ayo kak, kita berburu cemilan." Ucapnya tenang, seolah dia tidak melakukan apa-apa.
Theo selaku pemuda dengan rambut hitam dan kakak kembar dari bocah—pemuda bernama Tio itu hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Walau begitu dia tidak protes, dia berjalan sambil mendorong troli dengan adiknya yang duduk di sana.
Sesekali Theo menoleh ke rak-rak berisi cemilan, Yap mereka di sini untuk membeli cemilan. Theo berdiri berjalan dan mendekati satu rak berisi chiki-chiki beraneka macam, dia membaca satu persatu rasa dari tiap Chiki itu. Dia tidak mau memakan Chiki pedas.
Sementara itu, Tio sedang melihat-lihat cemilan yang dekat dengan jangkauannya saja. Dia mengulurkan tangannya dan meraih Chiki rasa cokelat, dia menatap berbinar dan menaruhnya di atas badannya. Ingat, troli itu dia duduki. Alhasil barang apa yang akan mereka beli akan ada di atas tubuhnya yang nyaman duduk.
"Kak Theo, itu kayaknya enak deh. Beli dong." Ucap Tio, dia melihat jelly-jelly manis di rak atas. Tangannya tidak bisa meraihnya.
Theo menoleh, balas menatap apa yang adiknya perhatikan. "Itu? Kamu mau itu?"
"Iya kak, ambilin dong."
"Hm...boleh deh." Theo mengambilnya.
Setelah semua barang dirasa sudah di beli, Theo mendorong troli belanjanya sambil membaca note apa saja yang harus dia beli. Tio sendiri memeluk chiki-chiki juga beberapa cemilan dan bahan makanan yang mereka beli.
"Semua sudah di beli kan? Kamu perlu sesuatu lagi gak?"
"Uang."
"Bukan itu Tio." Theo terkekeh pelan.
Begitu mereka di kasir, Tio memberikan semua barang-barang yang dia peluk kepada mbak-mbak kasir. Dia memasang ekspresi tenang dan kalem, walau di tatap agak laen oleh mbak-mbak kasir. Theo sendiri tampak tersenyum ramah dan nampak tidak masalah dengan kelakukan adiknya yang di luar nurul.
"Ini struk belanjaanya kak, totalnya xxx"
Theo mengambil struk belanja itu dan membacanya satu persatu, setelah itu dia mengeluarkan kartu hitam dari dompetnya dan menyerahkannya. Mbak-mbak kasir itu hanya bisa kicep melihat kartu hitam di tangan anak muda di depannya.
'buset....bang banyak amat duitnya'
Tio sendiri dengan anteng membuka satu chiki keripik kentang dan memakannya dengan muka tenang, setelah selesai melakukan pembayaran mereka berdua keluar dari supermarket dengan membaca dua kresek berisi belanjaan mereka.
"Makin hari kelakuan orang-orang makin random ya, bisa-bisanya tu orang masuk ke troli belanja." Ucap seorang penjaga kasir yang lain.
"Btw keknya mereka berduit."
"Pantes cakep."
Di lain tempat, Theo merasa telinganya panas. "Kok telingaku panas ya?" Ucapnya sambil mengelus pelan telinganya.
"Ada yang ngobrolin artinya."
*****
Mereka berjalan pulang ke rumah, tampak sesekali mereka mengobrol dan tertawa pelan. Tepat di depan pintu, Theo berhenti berjalan dan mengambil ponselnya yang berdering. Sementara itu Tio membuka pintu dan masuk ke dalam.
_'Theo, tolong alihkan Tio sementara! Di rumah papa gak sendirian!"'_
Saat membaca pesan itu, matanya membelalak. Theo menjatuhkan kresek cemilan yang dia beli dan mengejar saudaranya yang sudah duluan masuk ke dalam rumah. "Tio kamu diman—"
Theo berhenti, dia melihatnya. Saudaranya yang mematung, iris mata biru yang terlihat gemetar melihat seseorang yang berdiri di depannya. Kresek di tangan kanannya terjatuh ke bawah membuat semua isinya berserakan di lantai, Tio terlihat terkejut dengan apa yang terjadi.
Di lain tempat, ayah mereka tampak menatap mereka terkejut. Mereka semua kaget dan bingung dengan keadaan ini. Semua menatap perempuan yang berada di sisi ayah dua anak kembar itu, perempuan yang dari tadi menatap salah satu dari dua anak laki-laki itu dalam.
"Akhirnya kamu datang...Tio!"
||Bersambung • ° • ° • ° •
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
De TodoJanji itu membuat mereka berubah. "Kak...kita berubah." . . . . . . . . . . . . . Written by: Ara_zevora Jangan plagiat kalau gak mau saya gebuk Happy reading!