Chapter 6: Malysh

23 7 5
                                    

Viktor, Vigge, dan ketiga operator lab sampai di depan pintu masuk Gedung B. Perbedaan yang mencolok dari kedua gedung ini selain bentuk bangunan adalah suasana dan bau. Gedung B memiliki bau yang sangat menyengat, semacam bau bangkai, asam, dan besi bercampur menjadi satu.

Sebelum masuk ke Gedung B semua orang harus mengenakan pakaian standar Alat Pelindung Diri (APD) dua lapis. Terdapat ruangan khusus di samping pintu masuk untuk mengenakan APD.

Operator Viktor sudah paham betul jika dirinya tidak pernah mengenakan APD tersebut apabila berkunjung ke Gedung B. Padahal sebuah tindakan yang sangat gegabah apabila tidak mengenakannya. Gedung B adalah tempat di mana objek dan sampel eksperimen penelitian berada. Di dalamnya tidak kalah canggih dengan Gedung A.

Namun, Gedung B ini sangat berbahaya. Jika kulit seseorang secara langsung bersentuhan dengan benda yang ada di gedung tersebut, maka sangat besar risiko terjangkit parasit berbahaya yang sudah bersarang di sana. Gedung B tiga kali sehari dilakukan pembersihan menggunakan disinfektan dan cairan kimia pembunuh kuman, bakteri, dan virus, tetapi tetap saja organisme berbahaya yang ada di gedung ini sulit dilumpuhkan.

Tidak jarang kasus operator yang lalai setelah memasuki Gedung B tidak membersihkan diri dengan benar. Ia langsung kehilangan kakinya karena digerogoti kuman yang menempel di ujung sarung tangan yang dipakainya.

Setelah semuanya siap, mereka memasuki lapis pintu pertama untuk disterilkan. Prosedur yang sama dengan saat memasuki Gedung A. Satu lagi aturan ketat di Gedung B adalah sangat tidak diperbolehkan untuk berbicara di dalam gedung. Alasan yang sama dengan penggunaan APD. Maka itu, seluruh operator lab Viktor wajib bisa berbahasa isyarat.

"Laboratory Tank mana? Bukankah ini waktunya dia berkeliling?" tanya Viktor pada sekretaris di sampingnya.

Dengan bahasa isyarat sekretaris pun menjawab, "Ini jam kedua, jadi dia mulai dari belakang, Profesor."

Laboratory Tank adalah sebuah robot buatan Viktor yang ditugaskan untuk membersihkan Gedung B. Di setiap lab yang Viktor miliki terdapat setidaknya dua puluh Laboratory Tank berukuran sedang, dan dua berukuran besar.

Viktor dan yang lainnya sampai di area eksperimen. Bayi-bayi berusia dua bulan itu terlihat tidur di dalam tabung dengan tenang. Sesekali kaki mereka bergerak dan tangan mereka menggaruk bagian tubuh lainnya. Bayi eksperimen Viktor bernapas menggunakan selang oksigen agar udara bersih tetap masuk ke dalam tubuhnya.

Bayi eksperimen Viktor terdiri dari berbagai macam ras, para ilmuwan menyebutnya sebagai bayi impor. Seluruh bayi yang Viktor dapatkan untuk sampel ini memiliki sertifikat izin, surat kesepakatan, dan asuransi kematian, sehingga apabila bayi itu meninggal dunia pada saat eksperimen berlangsung, jaminan kuat bisa ditangguhkan untuk menuntut Viktor. Namun, sebagai feeling manipulator, kejadian seperti itu tidak akan pernah menimpa dirinya.

Viktor berhenti di depan tabung nomor dua belas. Tabung itu kosong, seluruh kabel yang mustinya menempel di tubuh sang bayi pun tergantung melayang ke sana-ke mari.

"Hmmm, bagaimana bisa kau gagal, Bayi." Viktor berujar dengan volume nada yang rendah. "Kalian menyimpannya di ruang isolasi bawah tanah?" lanjutnya dengan balas anggukan dari seluruh operator.

"Viktor, aku boleh bicara?" tanya Vigge kemudian. Viktor sedikit kaget karena ia kira kucingnya itu tertidur sejak tadi. "Viktor?" bisik Vigge.

Mata Vigge melirik ke arah sekretaris yang sedang mengisyaratkan untuk tidak mengeong dengan isyarat satu jari di depan mulut. Melihat itu Vigge menggeram. Viktor menyadari hal tersebut langsung mencubit Vigge pelan secara sembunyi-sembunyi.

"Ayo, langsung saja kita ke sana. Semua laporan kemajuan yang kalian presentasikan aku mempercayainya." Viktor menengadah dan menyelidik ke arah kamera Closed Circuit Television (CCTV). "Ini, kenapa bisa ada sarang burung di sana?" tanyanya.

Seluruh operator di sana pun ikut menengadah. "Eh, kami tidak tahu, Profesor. Akan kami bersihkan."

"Apa tugasnya Laboratory Tank itu, sih." Viktor berjalan dengan hentakan keras melewati beberapa tabung dengan cepat. Ia ingin menemui robot buatannya itu di belakang.

Sesampainya di belakang, betapa terkejutnya ia melihat dua robot Laboratory Tank sedang duduk bersantai dan mengobrol.

"Hey!" Viktor memergoki robotnya itu tidak sedang mengerjakan tugasnya yang semestinya. "Bisa-bisanya kalian duduk bersantai dan mengobrol seperti itu! Bertingkah tolol. Akan kuhancurkan kalian sekarang juga!"

Ketiga operator hanya bisa melongo melihat Viktor memarahi robot yang sejak tadi hanya berbunyi bipp.

"Bawa mereka berdua," perintah Viktor pada karyawannya tiba-tiba.

Dua dari tiga operator di sana untungnya lelaki, jadi mereka lebih kuat untuk membopong dua robot sekaligus. Viktor kembali berjalan ke arah ruang bawah tanah. Di sana terdapat satu ruangan eksekusi pembakaran sampel yang bisa mengobarkan api dengan suhu seribu derajat celsius.

Viktor menyuruh kedua operatornya untuk memasukkan empat Laboratory Tank tersebut ke dalam ruangan. Setelah pintu ruangan di tutup, tanpa basa-basi Viktor langsung menyalakan api di ruangan tersebut dengan kekuatan maksimal.

"Ayo, lanjutkan ke ruang isolasi," ucap Viktor enteng.

"Seemosi itu kah kau, Viktor? Pada robotmu. Bagaimana jika aku melakukan kesalahan, apakah kau akan memperlakukanku seperti itu juga?" Tanpa disadari Vigge mengeluarkan air mata karena ia takut jika Viktor akan jahat padanya juga.

Pada saat itu, Viktor hanya bisa menahan emosinya karena terus mendengar rengekan Vigge sejak dari Gedung A tadi. Setiap kunjungan lab, Vigge memang selalu seperti ini, tetapi tetap saja Viktor kadang tidak tahan dengan sifat Vigge yang benar-benar suka bicara dan berkomentar.

Tiba akhirnya mereka di depan sebuah ruangan yang sangat tertutup. Tidak ada jendela, tidak ada terali. Ruangan tersebut benar-benar dikunci rapat. Jika hanya dilihat sekilas, seseorang tidak akan menyangka bahwa di balik tembok platinum itu ada ruangan. Pintu masuk di sana benar-benar seolah menyatu dengan dinding.

"Biar aku saja yang masuk," ujar Viktor.

"Kucingmu?" tanya sekretaris yang sudah memposisikan diri untuk menggendong Vigge.

"Tidak, dia akan ikut masuk denganku. CCTV ruangan isolasi tolong dimatikan saja, jangan pernah dinyalakan sampai aku keluar ruangan. Paham?" Viktor memberikan beberapa peringatan pada operatornya.

Setelah CCTV ruang isolasi dipastikan mati, Viktor pun masuk. Ia masih harus melewati lorong dengan semprotan gas sterilisasi sepanjang seratus meter untuk sampai di ruang isolasi.

Sesampainya di ruang isolasi, Viktor melihat ke sekeliling. Seluruh CCTV yang ada di ruangan itu benar sudah tidak ada yang menyala. Ia pun menurunkan Vigge dan menyuruhnya untuk berubah menjadi manusia.

Tanpa protes, Vigge pun menurutinya. "Akhirnya aku bisa berdiri," ujarnya antusias.

"Heh, Bodoh, sudah kubilang kau jangan banyak ngomong," omel Viktor dengan ancaman hendak menjitak Vigge.

"Bukan begitu, aku takut jika masuk ke sini tanpa mengenakan APD seperti yang lain." Vigge menjelaskan

Keduanya berjalan beriringan menuju tengah ruangan, terdapat sebuah bola kaca yang berisikan sesosok bayi yang sempat dibicarakan.

"Kau dan aku, apa bedanya?" tanya Viktor dengan mimik muka malas.

"Hey, jelas beda. Kau alergi tekstil, aku tidak. Kau hyperthymesia, aku tidak." Vigge masih mencari pembelaan terkait dirinya yang rewel.

"Kau tidak alergi tekstil, tetapi kau seperti orang phobia tekstil. Kau bukan tidak hyperthymesia, tetapi kau bodoh. Itu saja." Mata Viktor menyipit setelah jarak antara dirinya dan bola kaca semakin dekat.

"Sialan," kutuk Vigge. "Eh, Viktor? sepertinya Valdo masih bernapas," lanjutnya.

"Valdo?" tanya Viktor seraya menempelkan tangannya di bola kaca.

"Ih, kan sudah kubilang kalau aku sudah memilih dia nama. Kau lupa?" Vigge kembali merengek seperti anak kecil.

"Entah," gubris Viktor singkat, ia membuka pintu bola kaca dan masuk.

Vigge ikut masuk mengikuti Viktor dari belakang. "Dia masih bernapas, Viktor. Kalau begitu ada harap—."

Viktor mencungkil mata dan menekan jantungnya sampai pecah. "Sudah mati."

[END] VÍĐARR: The Taste of VengeanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang