◾ Chapter | 34

555 30 5
                                    

••••

Karena pergi melalui hutan, Miguel sulit untuk melacak keberadaan Jillian hingga saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena pergi melalui hutan, Miguel sulit untuk melacak keberadaan Jillian hingga saat ini. Mencari di jalanan yang memungkinkan untuk di lalui Jillian ketika keluar dari hutan juga sudah di lakukan. Tetap nihil, wanita itu menghilang bak ditelan bumi. Tidak ada jejaknya sama sekali.

Bahkan hal yang pertama kali Kay lakukan adalah mengerahkan seluruh orang-orangnya untuk menyusuri seisi hutan, takut terjadi sesuatu pada Jillian. Tapi tidak ada apapun yang mereka temukan.

Kay tidak tidur sebentar pun bahkan sudah satu hari berlalu sejak kepergian Jillian. Aebi hanya bisa menatap tuannya dengan prihatin. Dirinya masih merasa bersalah karena dia juga Jillian bisa pergi.

“Tuan.” Cleon membungkukkan badannya lalu mengisyaratkan Kay agar mengikutinya. Tiba di ruangan yang di dalamnya serba putih dan terdapat banyak plastik yang melapisi seluruh benda yang ada di ruangan.

Terlihat di tengah-tengah di atas sebuah brankar terdapat sesosok wanita yang terbaring dengan mata yang terpejam. Kay berjalan mendekatinya.

“Apa yang kau lakukan pada wajahnya?” Kay bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita dengan wajah yang sudah rusak itu.

Cleon menggaruk kepalanya, “Maaf tuan, saya kehilangan kendali karena wanita itu terus mengoceh.” Cleon memang tidak suka dengan orang yang tidak bisa diam, dia tidak akan segan-segan untuk menyiksanya. Apalagi jika orang itu sampai melewati batas. Meskipun itu seorang wanita sekalipun.

“Bagus.” Cleon mundur beberapa langkah ketika Kay mulai bertindak.

Kay mengambil sebuah tali yang cukup tebal lalu mulai mengikat satu persatu pada tangan wanita itu ke sisi brankar. Tidak lupa juga dengan kedua kakinya. Kay tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika melakukannya.

Sedangkan wanita yang ada di atas brankar itu mulai membuka matanya, sadar dari obat bius yang sebelumnya Cleon paksa masukkan kedalam mulutnya.

Karena bibirnya tertutup lakban dan dalam mulutnya dia rasa ada kain yang menyumpalnya, wanita itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan tangannya yang berusaha dia lepaskan. Tapi yang ada malah tali itu semakin kencang mengikat jika terus digerakkan.

“Siapa nama wanita ini Cleon?” Tanya Kay seraya memasang sarung tangan hitam di kedua tangannya.

“Theodora Aboni.” Jawab Cleon membuat Kay menganggukkan kepalanya.

Kay mengambil satu tang yang berukuran cukup besar lalu mengelusnya dari ujung hingga ujung seraya memandanginya dengan cermat.

Kay mulai memotong jari kaki wanita itu satu persatu. Baru juga satu kaki tapi wanita itu tidak bisa diam membuat Kay segera mengambil suntikan yang Cleon sodorkan.

Langsung saja Kay tancapkan suntikan itu ke leher si wanita. Lama kelamaan tubuhnya mulai diam tapi tetap dengan matanya yang terbuka. Selanjutnya Kay melanjutkan kegiatan bersenang-senangnya. Setelah semua jarinya habis, Kay mengambil sebuah gergaji lalu mulai memotong-motong satu bersatu bagian tubuh wanita itu.

LABYRINTHINE [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang