5: BOOS. Asahi

136 18 0
                                    


Asahi mengambil empat buku sekaligus dari rak lalu membawanya ke meja dimana tasnya berada. Dia menumpuk buku bawaannya bersama tiga buku lain lalu duduk dan berhadapan dengan laptopnya yang terbuka. Dia menarik buku yang paling atas kemudian membuka sebuah halaman setelah mengecek daftar isi. Ketika dirasa telah menemukan materi yang dicari, Asahipun mengetikkan materi tersebut pada jurnal yang tengah dia susun.

Asahi mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengedarkan pandangan ke seluruh pejuru ruang perpustakaan. Pertengahan semester menuju akhir gini perpus emang lagi rame-ramenya karena para dosen tersayang sedang terbakar semangat membara untuk membuat hidup mahasiswanya menderita. Meja panjang yang dia tempati saja hanya menyisakan dua kursi kosong: satu di sebelanya, satu lagi di ujung yang penerangannya buruk. Tapi biarpun penuh disana hanya terdengar suara langkah kaki, halaman buku yang dibalik, atau ketikan komputer.

Asahi kembali membenahi posturnya, bersiap untuk mengetik kembali. Ketika baru dua kalimat yang dia tambahkan, tarian jemari tangannya di atas papan ketik terhenti saat seseorang menarik kursi kosong di sebelahnya. Dia menoleh dan mendapati seorang pemuda tengah menata peralatan tempurnya alias laptop dan alat tulis. Yah, mirip-mirip sama Asahi sekarang lah. Pemuda itu, yang namanya diawali dengan Yoon dan diakhiri dengan Jaehyuk, menoleh ketika merasakan tatapan seseorang di salah satu sisi kepalanya.

"Hai, Asa," sapanya singkat sebelum fokus pada layar laptopnya. Dia lalu mengambil sebuah makalah dari dalam tasnya dan membuka halaman tertentu yang dihiasi banyak coretan dan komenan. Dia kemudian menggulirkan dokumen yang terpampang di layar laptop, menyesuaikan makalah yang dia pegang. Dia membalik pada halaman lain yang terdapat tanda silang besar menggunakan spidol merah dan mencocokkannya juga dengan dokumen di layar.

Tampaknya ada yang bakal revisi habis-habisan nih. Wkwk.

Melihat Jaehyuk yang serius mengerjakan revisinya membuat Asahi kembali fokus pada tugasnya sendiri.

.

.

Asahi duduk sendirian di bangku taman dengan kaki menyilang dan punggung bersandar. Matanya tertuju pada keponakannya yang sedari tadi bermain perosotan seorang diri.

Namanya Shotaro. Umur 7 tahun. Anak dari sepupunya, Jisoo Kim. Hobinya main perosotan sampe pantat celananya bolong.

Asahi memperhatikan Shotaro meluncur dan menapak sempurna pada pasir di ujung perosotan, kemudian berlari mengitari seluncuran dan dengan cepat memanjat tangga dan dalam sekejap kembali meluncur dan menapak sempurna pada pasir di ujung perosotan. Gitu terus kaya gif di dunia nyata. Padahal mainan lain macem jungkat-jungkit, ayunan, kuda-kudaan, sampe tempat buat cosplay jadi monyet pun ada.

"Taro! Udah yuk, pulang!" Kata Asahi menyerukan ajakan.

"Nanti kak! Aku belum capek!" Shotaro balas berseru.

Iya, kamu emang nggak capek. Tapi Asahi nih yang udah pusing ngeliat kamu turun-naik muter-muter gitu nggak berenti-berenti.

"Ayo beli eskrim!" kata Asahi lagi yang disambut dengan sukacita oleh Shotaro. Terbukti dari tingkah si anak yang langsung berlari mendahului Asahi menuju kedai eskrim tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Aku mau eskrim yang banyaaaaaak!" Shotaro meloncat-loncat berteriak kepada si penjual eskrim dengan kedua tangan merentang ke atas.

"Cokelat sama vanila. Masing-masing satu," kata Asahi begitu dia berhasil menyusul Shotaro.

Mendengar itu Shotaro lantas berbalik menghadapnya. "Kak, eskrim satu tuh nggak cukup," protesnya.

"Cokelatnya tiga lapis," kata Asahi menambahkan.

Beginning of Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang