5. Shine without light

19 1 0
                                    

Entah sejak kapan, tapi kali ini eirin merasa sudah lebih akrab dengan pria dibelakangnya. Yah, Mimo. Pria ini sedang membaca sembari eirin yang bersandar di dada nya, ikut melihat tulisan di dalam buku, entah buku apa itu.

"Jadilah matahari untuk dirimu sendiri, agar kamu berani memiliki siang dan tak pernah lagi tercekat dalam kegelapan yang menikam ruang jiwamu" batin eirin. Eirin tersenyum setelah membaca kata-kata yang ada dibuku itu.

"Aku suka bagian ini" Eirin nunjuk bagian yang baru saja dibaca nya.

"Kalo aku, suka kita yang seperti ini" Jawab mimo. Eirin pun tersenyum tipis.

Eirin menjauhkan tubuhnya "Kita sudah berapa lama disini? Bagaimana jika kita pulang?" Entah kenapa tiba tiba perasaan eirin jadi tidak enak.

"Baik, ayo" Mimo mengulurkan tangannya.

×××××

Mereka berjalan bersama dari asrama setelah berganti pakaian lalu menuju ke sekolah.

"Kenapa tidak pindah kelas? Pilih saja kelas yang kamu suka di kelas hermione. Itu keharusan, sebaiknya kamu cepat mengambil keputusan, tidak baik juga hermione seperti kita terlalu dekat dengan para acasha"

"Kenapa? Kenapa harus pindah?"

Mimo berhenti "Ingat, jangan pernah percaya pada siapapun kecuali dirimu sendiri. Kita tidak tahu, entah mereka yang akan menyakiti kita atau kita yang akan menyakiti mereka, terkadang itu diluar kendali"

"Tunggu... Kenapa mereka semua berpakaian merah?" Eirin baru sadar saat melihat orang yang melewati mereka berdua sedari tadi berpakaian jubah merah.

Mimo langsung mengeluarkan jubah merah nya juga serta membawa kan jubah merah untuk eirin, mimo sudah mendengar kabar ini saat di asrama tadi.

"Hey rin, ada kabar buruk" raiya dan yuri tiba tiba muncul dari samping.

"Apa? Kenapa kalian juga memakai baju ini?" Tanya eirin karena tidak tahu apapun.

"Seira.. malam kemarin dinyatakan meninggal" jawab yuri dengan wajah sedihnya.

"Apa?"

×××××

Semua orang berjalan perlahan-perlahan mengikuti orang yang membawa mayat seira menuju ke pemakaman. Eirin, raiya, yuri, mereka juga ikut pergi.

"Aku tidak sangka, benar rupanya ramalan anora dua hari yang lalu" Bisik raiya kepada dua teman nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak sangka, benar rupanya ramalan anora dua hari yang lalu" Bisik raiya kepada dua teman nya.

"Ramalan apa?"

"Akan ada banyak yang mati"

"Astaga, tutup mulutmu raiy!"

"Semoga itu tidak terjadi..." Balas Eirin.

"Omong-omong aku tidak lihat Qlen, tidak mungkin kan dia tidak hadir di pemakaman kekasihnya?" Bisik yuri.

Eirin tersadar, benar kata yuri. Qlen tidak terlihat di tempat pemakaman ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MATTHIAS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang