#11

207 13 1
                                    

Di sinilah tempat peristirahatan terakhir arka.

Tangisan dari pihak keluarga terdengar bersahut-sahutan, nenek dari pihak ayahlah yang paling terpuruk dengan kepergian cucu kesayangan nya.

Bagaimana tidak arka adalah cucu laki-laki pertama dan yang paling dia sayang dan manjakan.

"Karna aku kak arka pergi" Gumam Jie lirih sembari sesekali melirik kearah tempat peristirahatan terakhir sang kakak tertuanya.

Arka dimakamkan tepat disamping leo yang sudah lebih dulu meninggalkan mereka.

"Semua udah kehendak tuhan jangan salahin diri sendiri" Balas Jevian.

Ayah tiba-tiba berdiri dan berjalan kearah Jie yang sedang bersama Jevian sedikit menjauh dari kerumunan.

"Ayah apa-apaan!" Bentak Jevian saat melihat sang ayah tiba-tiba menampar Jie dengan keras.

Jie hanya bisa menunduk dan menahan perih di pipinya.

"Karna dia anak saya tiada!" Balas ayah sembari menunjuk Jie yang masih setia menunduk.

"Arka meninggal karna kecelakaan, kecerobohan dia sendiri kebut-kebutan di jalan!" Ucap Jevian marah kepada ayahnya.

"Anak iblis kau pembunuh!" Teriak ayah yang mulai jalan menjauh dari jevian dan Jie.

"JIE JUGA GAK MAU LAHIR SEPERTI INI YAH!" Teriak Jie yang sudah tidak tahan dengan hinaan dari sang ayah.

Jie menjatuhkan dirinya dengan air mata yang mulai membasahi pipinya perlahan.

Jevian mengelus pelan punggung Jie dia sendiri sudah tidak bisa melakukan apa-apa dengan ini semua dia juga muak dengan sikap ayahnya.

Suasana sekarang menjadi hening,dingin, dan kesedihan yang mendalam.

Hanya Jevian yang tidak menangis, dia sudah tidak bisa menangis lagi. Hatinya sudah benar-benar mati.

"Tolong bawa Jie jauh dari sini dulu ya" bisik Arjuna kepada Jevian.

Jevian hanya mengangguk lalu menuntun Jie untuk berdiri dan pindah taman yang ada didekat sana.

Sekalian untuk menenangkan pikiran nya yang sudah acak-acakan, dia sudah kehilangan 3 orang yang dia sayang kali ini.

Hanya karna satu orang yang tidak bisa menerima anak nya sendiri, Candra yohandra arshaka.

Jevian membelikan Jie air minum, Jie menerima dan meminumnya.

Jevian hanya menatap kedepan dengan tatapan kosong, bahkan pikirannya juga kosong.

Tapi matanya seperti mengatakan dia sedang bersedih, Jie tidak bisa berbuat banyak dia juga lagi berduka.

Jie lama-lama juga muak dengan perilaku ayahnya dengan dia, mengapa nafasnya sangat tidak di hargai oleh ayahnya sendiri.

Padahal yang menentukan hidup mati itu bukan dirinya tapi kehendak tuhan.

Dia juga tidak ingin lahir dengan nyawa ibunya, tapi itu alur tuhan dia tidak bisa apa-apa hanya bisa menerima dengan lapang dada.

"Apa Jie jahat karna hidup dengan nyawa bunda?" Tanya Jie lirih kepada Jevian.

Jevian menoleh dan menatap Jie dengan tatapan hangat, "tidak, aku iri kepada mu karna kau hidup dengan nyawa bunda" Jawab Jevian sembari mengusap kepala Jie.

Jie menunduk, "maaf" ucap Jie lirih sembari diikuti cairan yang keluar dari matanya.

Jevian memeluk Jie dan mengusap punggung nya, Jevian juga ingin menangis dan mengeluarkan seluruh isi hatinya tapi dia sadar ada yang lebih terpuruk dari pada dirinya.

𝐉𝐢𝐞'𝐬 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 [NCT DREAM] (Masa Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang