02

11 5 2
                                    

Haii ! Lala is back 😊

Maaf ya kalau masih banyak kesalahan penulisan kata, bahasa inggris aku juga masih amatir kalau ada typo bantu tandai ya :)

Aku harap kalian suka cerita awal Just Called It Love dan ga sabar untuk menunggu kelanjutan dari cerita ini, dan aku udah update kelanjutannya. Yeayy!

Jika ada kesamaan tokoh, alur, dan latar belakang, hal tersebut bukanlah tindak kesengajaan. Atas nama author, saya minta maaf jika terdapat kesamaan dengan cerita-cerita lainnya.

Utamakan Vote 😊
Kritik dan saran diterima :)

Semoga suka, happy reading 💕

"HAHAHAHA" mendengar tawa Natasya yang menggelegar menambah rasa jengkel Mireya akibat insiden tabrakan yang kembali mengingatkannya pada wajah lelaki yang baru saja ditabraknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HAHAHAHA" mendengar tawa Natasya yang menggelegar menambah rasa jengkel Mireya akibat insiden tabrakan yang kembali mengingatkannya pada wajah lelaki yang baru saja ditabraknya.

"Udah kali Nat ketawanya, tolong bantuin dong ngilu banget ini" Mireya bangkit berdiri dibantu dengan papahan Natasya untuk berjalan dengan hati-hati ke ruang kelas yang mereka tuju.

Pertemuan tak terencana dengan lelaki yang sombong, cuek, dan tidak memiliki rasa kemanusiaan untuk menolongnya itu memiliki wajah tirus yang tampak garang, alis cukup tebal yang menukik tajam saat memandang Mireya, mata cokelat gelap yang menatap tajam, bibir yang cukup tebal dengan sedikit rona merah natural, hidung yang tidak terlalu mancung namun sangat pas di wajahnya, serta rambut yang ditata dengan sempurna yang sialnya sangat tampan.

Ahh... sempat-sempatnya pada kejadian singkat itu, dia dapat melihat dengan jelas fitur wajah tampan lelaki itu, tampan tapi songong untuk apa?, pikir Mireya di perjalanan ke kelas sambil menunjukkan wajah kesal dengan bibirnya yang terangkat sedikit membentuk senyum sinis.

"Cepetan lagi bisa kan Re? Keburu telat ini" ucap Natasya dengan senyum menyebalkannya "Lo sih ninggalin gue, malah jadi gini kan"

"Marah-marahnya nanti lagi ya Nat, please just help me for now" ucap Mireya mencoba lembut yang sebenarnya sedang menahan kesal dan panik secara bersamaan. "Jangan telat, jangan telat please" lanjut Mireya sambil kepalanya menengadah ke atas tanda memohon agar tidak terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan karena amarah Pak Broto pagi ini.

Ketika mereka hendak memasuki ruang kelas, yang sialnya kehadiran Pak Broto sudah terlihat dan sedang berdiri tegap, kuis belum dimulai namun Pak Broto sedang memegang buku absen yang berisi kumpulan nama mahasiswa yang seharusnya hadir di mata kuliahnya, dapat dilihat wajah Pak Broto yang sesuai dugaan telah menampakkan raut marah karena ketidakhadiran beberapa muridnya. Membuat kedua perempuan yang menunda memasuki ruangan itu, menjadi bimbang karena cemas dan takut tidak siap menghadapi omelan yang akan memakan waktu lama.

Namun tanpa diduga keduanya, seorang lelaki yang ternyata adalah orang yang ditabrak oleh Mireya dengan santainya membuka pintu dan berjalan masuk mendekati Pak Broto dengan salah satu lengan tas yang disampirkan di bahu kanannya. Mireya dan Natasya sempat terpaku melihatnya lalu buru-buru mengikuti dari belakang. Kedua perempuan itu saling berpandangan sebentar, hanya mereka yang tau maksud dari tatapan masing-masing yang artinya, mereka merasa sedikit lega karena ada orang lain korban kemarahan Broto selain mereka berdua.

"Ngapain kalian disini!" teriak Pak Broto dengan mata membulat yang membuat Mireya terperanjat. Mireya dan Natasha hanya diam sambil menunduk sesekali melirik cemas ke arah Pak Broto.

"Ikut kuis, Pak" ucap lantang lelaki yang Mireya tidak ketahui namanya

"Niat ikut kalian?!" tanya Pak Broto masih diiringi dengan teriakannya yang membuat suasana kelas hening, dari awal ketiga orang itu mulai memasuki kelas.

"Saya tidak menerima keterlambatan, tidak perlu kalian masuk jika tidak bisa tepat waktu di kelas saya" ucap Pak Broto yang semakin menambah ketegangan suasana kelas, membuat Mireya meringis kecil karena kembali mengingat kebodohannya yang mengakibatkannya mendapat omelan panjang ini.

"Niat Pak!" ucap ketiganya serentak

"Jaminan apa yang dapat kalian kasih ke saya agar kalian bisa ikut kuis ini?"

Ketiganya terdiam cukup lama, berkutat dengan pikiran masing-masing untuk memberikan jawaban yang dapat memuaskan bapak pemarah ini. Sesekali Natasya melirik ke arah laki-laki itu dan Mireya, sepertinya sudah memiliki jawaban namun ragu untuk mengutarakannya sampai tiba-tiba terdengar kembali teriakkan yang membuat Natasya terkesiap "CEPAT JAWAB!!"

"Dapat nilai A di kuis hari ini, Pak!" ucap Natasya tiba-tiba dengan lantang yang mengundang tatapan kaget serta ragu semua orang diruangan itu, karena mereka tau cukup sulit mendapat nilai bagus pada mata kuliah guru killer satu ini.

Mireya dengan cepat menoleh ke samping ketika temannya mengucapkan kalimat yang tidak mungkin dapat dia lakukan, dia segera memberi tatapan dengan mata membulat kesal dan berucap yang dapat didengar Natasya

"Nat, lo gila apa! Gue nggak belajar sama sekali dan lo malah ngusul begini!"

"Jaminan apa lagi yang bakal buat Pak Broto biarin kita ikut kuis ini? Gue gak tau lagi, I'm not sure either." kata Natasya sambil menunjukkan raut yakin dan sesal bersamaan.

"Gue pasrah." gumam Mireya dengan wajah ragu dan kecemasan yang tampak jelas dengan keinginan kabur yang sempat terlintas dipikirannya. Berbanding terbalik dengan laki-laki yang sedari tadi berdiri disamping Mireya, dia hanya menoleh sekilas kearah Natasya dan Mireya yang menampilkan berbagai raut wajah ketika Natasya mengucapkan jaminannya, lalu lelaki itu mengangguk tanda setuju akan rencana Natasya.

"Interesting." gumam lelaki itu sangat pelan yang dipastikan hanya dirinya yang dapat mendengar ucapannya serta senyum miring tipis yang muncul di wajah kakunya.

Benar saja, setelah mendengar penuturan Natasya, Pak Broto menarik senyum yang cukup lebar merasa tertarik dan menang karena membuat muridnya mengucapkan kalimat yang cukup menantang, menurutnya. Segera Pak Broto mengizinkan mereka untuk dapat duduk dan dengan segera kuis tersebut dimulai. Namun, sebelum kuis benar-benar dimulai, kalimat yang diucapkan Pak Broto membuat Mireya ingin semakin kabur dari keadaan ini.

To be continued

Just Called It LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang