Episode 1| Kenzie lupa mengerjakan Pr
•••
Ike yang sedang berkutat di dapur di kejutkan oleh teriakan si anak bungsunya. Dengan cepat ia mematikan kompor, lalu ia beranjak dari sana menuju kamar sang bungsu.
"Bun! Bunbun!" terlihat dari wajah Kenzie yang hampir ingin menangis.
Ike datang dengan tergesa, "kebiasaan banget ya, adek, teriak-teriak. Masih pagi ini loh.."
"Bunda jangan marahin adek dulu. Ini, Pr adek.."
"Kenapa? Pr adek kenapa? Kenapa mukanya mau nangis gitu?"
"Adek belum ngerjain Pr, gimana ini bunbun.." pada akhirnya si bungsu menangis.
Bunda mendekat, "jangan nangis atuh, adek. Udah cakep-cakep gini. Pr apa? Sini bunda bantu, mumpung masih ada waktu."
Kenzie mengeluarkan bukunya dan memperlihatkan materi itu ke bundanya. Terlihat Ike tengah mengamati materi Pr milik sang anak. "Bisa, bunda bisa. Sini duduk. Bunda yang ngomong, adek nulisnya." Kenzie mengangguk dan dengan cepat duduk di kursi gamingnya.
Tangan Kenzie dengan cepat menulis apa yang bundanya katakan. Kakinya bergerak gelisah di bawah sana.
Kenzie melihat jam di dinding, "bunbun, udah jam berapa ini. Kayanya ga keburu deh.."
"Keburu, udah tulis aja. Daripada adek di jemur di lapangan, 'kan?" Kenzie mengangguk.
•••
Vije yang baru pulang menginap dari rumah temannya memasuki rumah. Mukanya yang sedikit sembab itu menandakan ia baru bangun dan langsung pulang. Kakinya membawa ke arah dapur.
Atensinya menatap dapur yang masih penuh dengan bahan masakan. Tangannya mengambil satu gelas dan mulai menuangkan air ke gelasnya.
"Bunda kemana? Ini tumbenan banget belom selesai jam segini buat sarapannya."
Dihyan datang dengan setelan kantor. "Baru pulang, A'?"
Vije terkekeh sebentar, "namanya anak bujang. Bunda mana, Yah?"
"Tadi adek kamu teriak-teriak, mungkin lagi nyamperin. Sana A' lanjutin masakan bunda."
"Males ah, Yah. A'a mau lanjut tidur aja. See you.." jawabnya seraya melambaikan tangan.
•••
Vije berjalan menuju kamarnya, namun kepalanya sontak menoleh saat melewati kamar adiknya. Kakinya membawa masuk. "Oh.. bener Bunda lagi di sini."
"Bunda, ngapain?" tanyanya seraya masuk. Ike tidak menoleh, "bantuin adek ngerjain Pr. Lupa dia."
"Marahin, bun, main game mulu dia." Vije mengompori si bunda. "A'a! Diem dulu! Ganggu! Sana!" teriak Kenzie kesal. Ike pun sedikit terkejut mendengar teriakan itu. "Adek, bunda bilang jangan suka teriak-teriak." Nafasnya naik-turun.
"Tau, si adek. Ga boleh teriak-teriak. Makanya Pr itu di inget, kaya sekarang kan—kelabakan ngerjain." Kenzie berusaha abai mendengar ucapan A'anya. Ia mencoba tidak tersulut emosi.
"A', bunda mau minta tolong. A'a ke kamar Teya, bilangin Teya, di suruh bunda lanjutin masak buat sarapan. Bunda ga sempet." Vije memberi gerakan hormat, "siap, bun! Laksanakan!"
"Adek dableg," gumamnya yang mampu di dengar Kenzie. "Kaya enggak aja."
•••
"Teya!" Vije menggendor kamar Aleia.
"Udah bangun?! Di suruh bunda lanjutin masak, bunda lagi bantuin adek ngerjain Pr!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bhadrika Family
Cerita PendekTentang kehidupan sehari-hari keluarga Bhadrika ©ilustrasi rumah by Pinterest