A (Arah hutan)

190 148 143
                                    

Malam semakin merajalela menurunkan kegelapannya. Kekelaman yang semakin menerobos, sebanding dengan kegelapan di alam kubur sana, ancaman keganasannya tak mampu disanding oleh kedamaian hati yang tenang.

“Qi, belum tidur?” Tanya Ayuni pada Rizqi.

Malam itu, tepat pukul dua belas malam. Ayuni mengetuk jendela kelas paling belakang, memberikan isyarat pada lelaki yang tengah berdiri mengamati hutan sekolah.

“Belum, lagi giliran jaga.” Seru lelaki itu. Namun, pandangan matanya tidak lepas dari arah hutan.

“Lihat apa, Qi?” Tanya Ayuni yang ikut penasaran.

“Ada yang aneh, aku lihat di sana samar-samar terlihat sebuah bayangan besar berdiri dekat pohon rindang itu.” Rizqi mulai menunjuk kearah hutan. Sorot matanya sangat tajam memperhatikan gerak-gerik bayangan besar itu.

Di atas sana yang gelap dan berkabut. Terdengar suara burung hantu, lalu disusul oleh lolongan anjing yang menyalak dari kejauhan.

Ayuni mengerutkan dahinya, ikut mempertajam penglihatannya. Ia membuka jendela sedikit, saat itu juga semilir angin datang mengenai wajahnya. Segar! Itulah yang ia rasakan saat ini.

“Qi, boleh nanya sesuatu?” Ucap Ayuni, lalu lelaki itu menoleh kearahnya dan mengangguk.

“Dari tadi aku belum melihat Nadia dan Wid-” Belum sempat Ayuni melanjutkan perkataannya, tatapan Rizqi sudah mulai berbeda. Ditambah wajahnya yang pucat seolah memberitahu tentang suatu hal. Suaranya yang berat saat ingin menjawabnya. Namun, lebih dulu Hermawan terbangun.

“Qi, lagi apa?”

Mendengar suara itu Ayuni buru-buru menutup jendela. Sedangkan, lelaki bernama Rizqi itu hanya berdiam diri menatap Hermawan.

“Sekarang gantian jaganya.” Titah Hermawan tersenyum.

Gemuruh angin yang sarat akan kepiluan yang mengerikan, merambat dalam tusukan dingin yang menyeruak dan tak mampu kau lindungi tubuhmu. Rasa dingin yang mampu merobek tubuhmu seketika.

Sentuhan tangan dingin mengenai wajah anak perempuan yang tengah tertidur lelap di samping jendela. Ia menyingkirkan rambut anak perempuan itu dari wajahnya. Ayuni segera bangun, ketika kuku-kuku dari tangan dingin itu mengenai sudut matanya, ia berpaling pada sesosok hantu yang berdiri di sisi kirinya tersenyum menampilkan bibir pucatnya.

“Ayura!” Bisik Ayuni, suaranya sangat pelan. Bahkan nyaris tak terdengar.

Hantu wanita itu masih tersenyum dan membelai lembut wajah Ayuni. Gadis itu pun tersenyum dan ikut membelai rambut hantu wanita. Di sudut ruangan, anak kecil itu berlari dan memeluk keduanya, "Hangat." Kata Ayuni kemudian.

“Jangan pedulikan temanmu.” Bisik hantu wanita itu, suaranya yang berat dan terkesan marah itu tengah memperingati Ayuni. Lalu anak kecil itu mengangguk seperti setuju dengan perkataan hantu wanita.

“Aku hanya melindungi Elsa dan Putri, itu saja.” Balas Ayuni. Hantu wanita itu terlihat menatap tajam ke segala penjuru ruangan. Tak lama kemudian menghilang bersamaan dengan anak kecil yang memegang tangan hantu wanita itu.

Ketika pintu ruang kelas sudah terbuka setengah, Ayuni melewatinya lalu menyelinap ke luar sana. Namun, naas baginya. Tak disangka-sangka. Sosok Sekar berambut hitam yang acak-acakan yang tampangnya saja tak begitu jelas, baru saja menunjuk ke arah kiri dan berlari ke laboratorium biokim sembari cekikikan.

Ayuni tersentak, napasnya terengah-engah sambil memicingkan dua bola matanya ke arah laboratorium biokim yang terselimuti kegelapan kabut malam. Perlahan-lahan Ayuni bergerak menyelinap ke laboratorium biokim itu. Kedua kakinya sedikit gemetar, napasnya berapa kali tercekat di tenggorokan. Ditambah dengan bunyi-bunyi burung hantu membuat gadis berkacamata ini sedikit terkejut.

Kutukan Lukisan | Misteri Lukisan Sekolah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang