[Repost 19 Juli 2024. Happy reading!]
Melihat seluruh bagian dari isi kontrak menjelaskan betapa niatnya seorang Nova Saki. Gadis itu benar-benar sinting, apalagi lima poin yang ada di kontrak mereka sangatlah ... profesional.
"Dari mana lo bisa bikin beginian?" tanya Teija yang kembali duduk di ranjang Nova.
"Internet, Cupu! Masa gitu aja nggak paham, sih? Makanya jangan cuma buka internet pake VPN! Akses, tuh, artikel yang bermanfaat buat lo dikit. Mau lulus SMA tapi masih bego aja, sih, Ja??"
Teija sudah malas menimpali gadis itu. Jadi, dengan sisa tenaganya hari ini dia hanya berkata, "Do what you want to do. Kita bahkan nikah nggak pake cinta. Jadi, nggak ada poin yang bikin gue keberatan."
Nova bertepuk tangan dua kali dan mendapatkan apa yang diinginkan. "Jadi, mau belajar sekarang?"
"Kontraknya bahkan belum lo print, materainya belum ada buat ditanda tangan."
"It's okay, though. Itu bisa nyusul."
Nova beringsut mendekati Teija, gerakan gadis itu membuat si lelaki langsung mengernyit dengan ngeri.
"Muka lo, nyeremin!" ucap Teija yang menoyor kening Nova.
"Anjir, Teja! Gue udah pake skincare, ya!"
"Mana gue peduli. Udahlah, jangan macem-macem. Nanti malah sodara lo mikir aneh."
Nova mendengkus karena ucapan lelaki itu. "Emang kenapa? Kita udah sah, lo lupa? Kalo kasusnya kita yang mesum berdua, ya nggak aneh."
Teija yang semula diam saja mendengarkan ocehan Nova menjadi curiga akan sesuatu. Lelaki itu memajukan tubuhnya dan bergerak seolah dia akan mencium bibir Nova.
"Lo ngaku aja, Va. Lo suka sama gue, kan?" ucapnya tepat di bibir gadis itu.
"What?? Ide dari mana sampe lo bisa nanya gue begitu?"
"Ngaku!"
"Nggak! Mana bisa gue suka sama cowok yang selalu bilang gue bukan tipenya! Males banget!"
Teija bersedekap setelah kembali pada posisi duduk tegapnya. "Terus kenapa lo semangat banget praktek sama gue?"
"Ya, biar gue ada pengalamanlah! Nanti kalo gue jago, gue nggak bego-bego amat pas sama my future boyfriend!"
"Terus gue apa?"
"Lo? Lo cuma cowok yang nggak sengaja jadi suami gue."
Teija memikirkan sesuatu yang tidak bisa dia cerna dengan baik awalnya, lalu beranjak menuju laptop milik Nova yang ada di meja belajar gadis itu.
6. Bahwa PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA tidak melibatkan pihak manapun untuk menjadi pacar selama resmi menjadi suami dan istri.
Nova yang membaca poin tambahan yang Teija berikan langsung memprotes. "Apaan?! Kenapa gitu? Katanya lo nggak suka sama gue? Kenapa nggak bebasin gue punya pacar? Lagian kalo gue punya pacar, lo juga boleh, kok! Apus, Teja! Nggak asyik poin tambahan lo!"
"Nggak boleh. Inget, ya, Va. Dari gue kecil sampe sekarang, gue nggak pernah lihat keluarga gue selingkuh. Gue nggak dicontohin punya hubungan nggak sehat kayak gitu. Jadi, selama kita nikah, dan kalo nantinya lo hamil, sebelum kita beneran pisah jangan pernah berani selingkuh dari gue!"
Teija mengatakan hal itu dengan sangat tegas. Sampai Nova terperangah karena Teija bisa mengucapkan kalimat tersebut.
Nova tidak membantah lagi. Jika dia pikirkan lagi, di keluarganya juga tak ada yang mengajarkan selingkuh. Ayah dan ibunya memang terkadang suka berdebat, tapi tak ada hal semacam itu terjadi di runahnya. Kedua kakak Nova juga tidak ada yang macam-macam, apalagi Januar, tipe anak pertama yang lurusnya minta ampun. Jadi, Nova tidak mau kualat kepada Teija yang sekarang mau tak mau menjadi suaminya.
"Yaudah, gue setuju. Jangan pasang muka galak gitu, sih, Ja! Gue ngeri."
Teija menghela napasnya dan menaikkan kedua alisnya. Ditatapnya Nova yang rupanya bisa menjadi penurut juga.
"Bagus. Kalo lo nurut begini, gue nggak pusing."
Nova tersenyum penuh arti, lalu tangannya mengalung pada leher cowok itu.
"Sekarang, kita latihan ciuman yang bener. Lo jangan cium kayak tadi. Nggak enak!"
Teija yang semula melebarkan mata, kini menjadi terbiasa. Sudah dia katakan untuk tidak melakukan hal aneh apa pun karena takut ketahuan saudara gadis itu, tapi Nova rupanya tak akan berhenti bila tak diberi apa yang dimau.
"Kenapa nggak sambil cari contohnya, sih? Gue pengen tahu gaya ciuman yang lo suka kayak apaan."
Nova langsung mengangguk setuju. "Bener juga! Tungguh bentar, gue cari dulu."
Teija harus terima nasib. Mendapatkan cewek yang tidak disukai seperti ini merupakan salah satu jenis pelajaran hidup, nama mata pelajarannya adalah terima nasib!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby's Contract✓
RomanceTeija Nero dan Nova Saki tidak pernah berharap dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Mereka hanya terjebak dalam kondisi yang memantik kesalahpahaman semata. Katakan saja mereka berada dalam tempat dan kondisi yang tak beruntung, hingga harus d...