[9] First Day

194 28 10
                                    

Shanghai, China.

09.35 AM

            Kediaman keluarga Shen biasanya tidak sehangat pagi itu.

            Setelah mendengar kabar bahwa kakak perempuannya baru tiba di Shanghai untuk menghabiskan liburan musim panas, Ricky bangun pada pagi itu dengan perasaan paling bersemangat untuk menyambut kakak tersayangnya.

            Adalah Sharon Shen-mahasiswi tingkat akhir salah satu kampus ternama di Amerika. Di hari pertama summer break-nya, Sharon memulai pagi dengan spa kecil-kecilan ala rumahan. Sehelai masker wajah dan dua potongan timun yang diletakkan di atas kelopak mata membuat Sharon hampir terlelap karena sensasi dingin dan rileks yang dirasakan. Ditambah, Sharon disuguhi kenikmatan sensasi pijatan di punggung yang diberikan oleh asisten rumah tangganya.

            Pria yang tidak sabar untuk melepas rindu dengan kakaknya itu terburu-buru menuruni tangga-masih dengan balutan piyama hitam berbahan satin dan rambut acak. Segera ia menghampiri tempat keberadaan kakaknya-ruang keluarga Shen. Dengan insting jahilnya, Ricky memberi kode pada asisten rumah tangga yang sedang memijat Sharon untuk membiarkannya mengambil alih pekerjaan.

            Sharon pada awalnya tidak menyadari bahwa ia sedang dipijat oleh tangan yang berbeda. Namun aroma tubuh Ricky yang khas berhasil membuat Sharon mengendus beberapa kali untuk memastikan indera penciumannya.

            "Bau anak gila..." gumam Sharon masih menebak-nebak. Namun sebelum Sharon dapat memastikannya sendiri, Ricky sudah terlebih dahulu menggoyang-goyangkan kepala kakaknya dengan gemas. "Aaaa! Siapapun usir si pirang gila ini dari hadapanku!" Sharon menggemakan lengkingan jeritannya yang tidak membuat siapapun kaget jika Ricky sedang bersamanya.

            Ricky dengan tawa puasnya mendudukkan diri dan membawa kakaknya pada rangkulan hangat. "Jie, aku rindu sekali padamu!" serunya setengah berteriak hingga menanggalkan senyuman lebar yang sampai memperlihatkan gusinya.

            Dengan sekuat tenaga, Sharon mendorong adiknya kesal. "Lihat, sheet mask-ku jadi jatuh!" gerutu Sharon dengan kerucutan bibir yang membuat Ricky semakin gemas dibuatnya.

            "Jie ini tergila-gila sekali pada perawatan kulit! Berapa uang ayah yang sudah dihabiskan sebulan ini, ha?"

            Sharon menempelkan jari telunjuknya di bibir Ricky agar adiknya itu berhenti bicara. "Kau bahkan khawatir keluarga kita jatuh miskin hanya karena kakakmu yang cantik ini menghamburkan uang untuk perawatan kulit. Calon penerus ayah yang manis, gelar pewaris memang paling cocok untukmu." ujar Sharon sambil mencubit pipi adiknya dengan gemas.

            Dalam tradisi penurunan status pewaris di perusahaan keluarga Shen, anak laki-laki lebih didahulukan daripada anak perempuan. Pada kasus ini, tentu Ricky menjadi urutan pewaris nomor satu, melangkahi Sharon sebagai kakak perempuannya. Adanya tradisi tersebut dan kelahiran adik laki-lakinya adalah hal yang selalu Sharon syukuri sepanjang hidupnya.

            Sharon menyaksikan betapa beratnya kehidupan sang ayah setelah menjadi ketua Shen Mining Group menggantikan kakeknya. Waktu senggang yang terbatas, jam tidur yang kurang, ditambah bermacam permasalahan perusahaan yang tidak sampai hati ingin Sharon bayangkan jika ia yang harus memikul beban seberat itu.

            Walau kerap mengutuk adiknya yang jahil, tetapi dari lubuk hatinya yang paling dalam... Sharon menyayangi Ricky lebih dari apapun. Di sela kesibukannya sebagai mahasiswi tingkat akhir, Sharon tak pernah absen untuk memastikan kabar Ricky-tahu bahwa Shen Mining Group tengah menggencarkan proyeknya di beberapa negara Eropa yang akan banyak melibatkan pewaris nomor satunya.

In Your Arms | Sung Hanbin FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang