Cp 02

55 5 13
                                    

Dayyan terkejut, apakah mungkin ini hanya akal akalan sang bibi. Senyum kecil terbit yang bahkan Mia saja tidak mengetahui bahwa pria dihadapannya ini sedang tersenyum.

"Benarkah, kau tidak tau hal itu"tanya dayyan.

Mia menggeleng.

"Saya benar tidak tau dok"ujar Mia.

Dayyan mengangguk, tak lama rekan yang ditelepon oleh dayyan tiba.karna pintu yang terbuka dokter tersebut bisa langsung masuk kedalam ruangan tersebut.

"Kenapa kau menelpon ku, ada apa"tanyanya.

"Ada pasien untukmu, tolong kau periksa" ujar dayyan.dokter tersebut mengiyakan dan langsung memeriksa kondisi kaki Mia.

"Nona, apa kau sama sekali tidak merasakan apapun "tanya dokter tersebut.

"Tidak dok, kaki saya tidak berekspresi apapun"ujar Mia.

"Ya tolong bantu pasien berdiri"suruh dokter yang ber name take Rian tersebut.

"Mari saya bantu" dayyan dengan perlahan mendudukkan Mia dan membantunya berdiri.

Mia mengalungkan sebelah tangannya pada pundak dayyan, jantung dayyan berpacu lebih cepat bahkan kini wajahnya sedikit memerah.

"Maaf dok saya berat ya, wajah dokter saja sampai memerah"ujar Mia sepelan mungkin.

Dayyan yang mendengar nya berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.

"Tidak, saya tidak kenapa Napa"jawab dayyan. Rekan dayyan yang bernama Rian menelisik keseluruhan tubuh Mia.

"Bukankah kau yang melakukan operasi tempo hari"tanyanya.

"Benar dok, saya yang menjalani operasi tempo hari"jawab Mia.

Dokter tersebut mulai mengetuk ngetuk kaki Mia.

"Besok kita mulai terapinya, apa kamu siap"tanyanya.

"Insyaallah saya siap dok"jawab Mia.

Dokter Rian pun mengangguk dan menyuruh dayyan untuk kembali membaringkan Mia ke ranjang pasien.

"Terimakasih dok"ujar Mia pada dayyan yang membantunya. Dayyan tak menjawab dia hanya berdehem pelan dan mengangguk.

Keduanya pamit meninggalkan Mia sendiri.

**********

Kini dayyan tengah duduk termenung di kursi kebesarannya. Dia masih memegangi dadanya yang berdetak kencang.

"Kenapa dengan jantung ku, apa aku harus memeriksanya"dayyan mengambil stetoskop lalu mulai memeriksa jantungnya.

Dia sendiri bahkan merasa heran ada apa dengan kondisi jantungnya, dayyan bergegas menemui sang ayah.

Dia sedikit berlari menuju ruangan sang ayah yang berada jauh dari ruangannya.

Setelah sampai dayyan langsung mengetuk pintu ruangan ayahnya.

Tok tok tok

Terdengar suara dari dalam menyuruhnya untuk masuk.

Tuan Rahman menoleh dan mendapati sang putra tengah berdiri dengan tangan di dada kirinya.

"Kenapa nak, apa terjadi sesuatu"tanya tuan Rahman.

"Ayah, sepertinya jantungku bermasalah, aku telah memeriksanya sendiri tapi aku tidak merasakan gejala sakit jantung, jadi bisakah ayah memeriksa nya"ujar dayyan. Tuan Rahman yang mendengar penuturan sang anak langsung bangkit dan berjalan kearah putra pertamanya.

"Ayo kemari, ayah menjadi khawatir padamu"ujar tuan Rahman mengarahkan sang putra untuk berbaring di sofa panjang yang ada diruangan nya.

Tuan Rahman merasa heran pasalnya anaknya ini jarang sekali berucap kata panjang lebar selain kata "iya, baik Hm.. ok" tapi sekarang sang putra menjelaskan kondisi tubuhnya membuatnya khawatir tentang kesehatan putranya.

ketulusan dan keikhlasan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang