Sebuah kapal besar tengah berlayar di tengah lautan. Beberapa awak kapal sibuk melakukan pekerjaan mereka. Di sebuah ruangan di tengah-tengah kapal, beberapa orang nampak tengah berkumpul mengelilingi meja kayu besar dengan selembar kertas usang penuh coretan di atasnya yang bergoyang karena ombak.
"Sebentar lagi kita akan sampai. Jade, perintahkan Baron untuk segera menurunkan jangkar. Ed, kau bantu Marc membenahi barang bawaan kita." perintah seorang pria yang sepertinya pimpinan dari komplotan itu.
Mereka adalah sekumpulan pemburu yang sering berkelana mencari sesuatu yang dapat menghasilkan sesuatu yang berharga. Jangan pikir mereka sepertipara bajak laut yang sering merampas harta dan terkadang berbuat keji. Para pemburu ini sangat unik. Jika yang ada di hadapan mereka bukan sesuatu yang sedang mereka incar, maka mereka tak akan mengganggu bahkan jika dihadapkan mereka adalah tumpukan harta, karena yang mereka cari lebih dari itu semua. Lain halnya dengan sesuatu yang bersangkutan dengan yang mereka cari. Mereka bisa berbuat kejam. Dan yang paling mengagumkan dari para pemburu ini adalah sang kapten yang tergolong sangat muda. Usianya baru 23 tahun. Ia sudah bisa memimpin para bawahannya dan membawa mereka menyeberangi samudra menyusuri tempat-tempat tak terjangkau.
Smith, sang kapten pemburu. Ia dikenal sebagai orang yang tidak suka berbasa-basi. Meskipun usianya tergolong muda, hati-hati jika bermain dengannya. Ia lebih pintar dari lumba-lumba. Lebih licin dari belut. Lebih ditakuti daripada singa yang tengah kelaparan. Percayalah, bermain-main dengannya hanya akan membuatmu sengsara. Selain Smith sang kapten ada juga kaki tangannya yang sangat ia percayai. Baron dan Ed. Mereka tak sengaja bertemu di tempat pelelangan. Baron yang suka dengan pelayaran, ia juga yang mengajari Smith tentang perairan. Dan Ed si pecinta judi yang sangat suka kemenangan, membuat ia bisa memikirkan kelicikan yang menguntungkan.
Kini mereka tengah menuju ke Utara. Dimana sebuah pulau berada, dengan danau berisi hewan yang mereka cari. Pulau yang jauh dari jangkauan manusia dan tak terdeteksi oleh satelit. Berbekal catatan usang dan sebuah peta mereka pergi menuju pulau itu. Ada 10 awak kapal termasuk Smith, Baron dan Ed. Sebenarnya mereka punya banyak awak kapal, tapi kali ini mereka hanya membawa sedikit. Di dalam pulau itu ada sebuah danau, yang menurut buku catatan yang mereka temui. Tidak, bukan mereka temui sebenarnya. Mereka memenangkan buku itu dari permainan Ed. Yang menang melawan seorang kakek tua. Kakek itu bilang bahwa di dalam buku ini ada sebuah rahasia yang hanya diketahui segelintir orang. Meskipun mereka tahu, mereka tak ada yang berani mendekat. Di dalam catatan itu dikatakan, ada seekor ikan di dalam danau itu, yang jika kita mengambil jantungnya kita bisa hidup abadi. Smith tentu saja penasaran. Maka dari itu ia mulai berlayar dan ingin membuktikannya.
✈️✈️✈️
Pagi telah datang. Badai telah usai. Endru terbangun lebih dulu. Ia selalu bangun lebih pagi, karena dirinya sangat sensitif dengan bunyi. Endru meraba sekitarnya mencari Danu yang tertidur di sampingnya. Danu masih tertidur, hingga Endru tak sadar menyentuh dahinya. Hawa panas langsung menyentuh tangannya.
Danu demam. Apa yang harus Endru lakukan? Ia mengguncangkan Danu pelan. Terdengar suara napas yang pendek dan berat itu. Rintihan kecil sesekali terdengar. Endru bangkit, ia baru sadar alas yang digunakan untuk tidur basah. Endru berjalan menunduk, meraba di sekitarnya, meraih tirai penutup kemudian membukanya. Membiarkan cahaya matahari masuk.
Endru berjalan ke arah tumpukan baju, meraba-raba kain yang dirasa kering. Ia kemudian mengambil selembar kemeja kering dan membawanya keluar. Membentangkannya di atas pasir pantai. Endru kembali memasuki tenda dan kembali membangunkan Danu yang masih terbaring.
"Kakak, bangun. Kita berjemur. Baju kakak basah." kata Endru sambil mengguncangkan tubuh Danu dengan pelan.
Perlahan Danu mulai terbangun. Pening langsung menghantamnya. Ia kembali memejamkan matanya. Merasakan tubuhnya yang diguncang. Danu kembali membuka matanya merasakan badannya terasa sangat lemas dan pandangan yang terus berputar, Ia merasa punggungnya dan kakinya basah. Ah, semalam badai dan membuat alas mereka basah. Pantas saja terasa aneh. Danu melirik ke arah Endru, ia bersyukur Endru baik-baik saja.
"Kakak, ayo kita berjemur." kata Endru sembari menarik tangannya untuk bangun, sejujurnya untuk bangun saja Danu tak kuat. Tapi ia juga tidak mau menyusahkan Endru.
Danu menggenggam tangan Endru. Kemudian bangun perlahan, dibantu Endru. Mereka keluar dari tenda dengan perlahan. Endru menuntun Danu ke tempat yang tadi ia sudah alasi dengan kemeja untuk Danu berbaring. Danu tersenyum melihatnya. Ia langsung berbaring dibantu Endru. Sinar matahari langsung mengenai tubuhnya. Terasa risih memang karena ia menghadap sinar matahari langsung. Tapi itu tidak lama. Setelah Endru mengambil satu puing yang agak melengkung untuk menutupinya dari sinar matahari.
"Kakak tunggu sini, aku ambil makanan dulu." kata Endru. Danu hanya mengangguk dan kembali tertidur. Karena tubuhnya memang sangat lemas dan tak bertenaga. Setidaknya ia harus memiliki tenaga untuk bisa bertahan.
Endru sudah bisa beradaptasi dengan lingkungannya, ia sedikit-sedikit sudah tau arah mana yang harus ia ambil. Pendengarannya yang sangat sensitif itu membantunya dalam mencari jalan. Endru senang ia tak menyusahkan Danu seperti dulu, Endru juga sudah jarang menangis.
Endru hanya menemukan makanan kaleng. Sejujurnya ia tidak tahu itu minuman atau makanan kaleng. Karena jika di raba saja, bentuknya sama. Endru meraba lagi ke sisinya. Tidak ada apa-apa selain kain dan puing-puing. Endru bingung, ia membawa kaleng itu ke Danu.
"Kakak, ini apa?" tanya Endru sembari menunjukkan kaleng yang ia pegang.
Danu yang tengah tertidur, kembali terbangun. Ia melihat apa yang di pegang Endru. Sarden kaleng. Tentu saja itu harus dimasak terlebih dahulu. Masalah mereka akan memasak menggunakan apa? Bisa saja menggunakan api unggun. Tapi bagaimana mungkin Danu akan membiarkan Endru mencari kayu sendiri. Ia tidak mau hal-hal buruk terjadi.
"Ini sarden kaleng. Kita harus memasaknya." kata Danu dengan lemah. Ia tidak boleh lemah. Danu mencoba bangkit, ia mendudukkan tubuhnya sebentar mengusir rasa pening yang ada di kepalanya.
"Kita cari kayu bakar ya." kata Danu.
"Nggak usah, biar Endru aja. Kakak istirahat, kan lagi sakit." cegah Endru.
Danu menggeleng, "Nggak papa kok, kakak udah sehat. Ayok Endru mau kan bantu kakak cari kayu. Hari ini kita makan sarden." kata Danu. Endru mengangguk walau wajahnya terlihat sedih.
Danu menggenggam tangan Endru, Endru menahan tubuh Danu supaya tidak terjatuh. Mereka mulai mencari kayu bakar di sisi hutan. Mereka tak berani masuk kedalam. Tapi ternyata kayu di pinggir pantai hanya sedikit. Mereka harus masuk ke dalam dengan mengambil resiko mereka masuk tapi tidak terlalu dalam. Dan sepertinya kayu yang mereka dapatkan juga sudah cukup.
Sebetulnya hanya Endru yang mengambil kayu. Dan Danu yang menunjukkan letak kayunya. Endru melarangnya untuk membawa kayu, ia tak ingin Danu kelelahan. Setelah mengambil kayu, mereka cepat-cepat keluar dari hutan karena takut akan adanya binatang buas.
✈️✈️✈️
Jangkar mulai diturunkan, barang-barang sudah dimasukkan ke dalam ransel yang mereka bawa. Perlahan kapal yang melaju itu mulai berhenti. Menepi di tepi pantai. Smith turun terlebih dahulu, disusul Baron dan Ed yang masih memeriksa kapal. Smith memandangi pantai yang dipenuhi dengan puing dan barang-barang.
"Sepertinya baru saja terjadi kecelakaan pesawat. Bagaimana menurutmu mu, Ed. Apakah ada yang selamat?" tanya Smith.
"Hmm, kurasa tidak." jawab Ed mengangkat bahunya acuh. "Bagaimana kalau kita bertaruh?" kata Smith dengan senyum yang terkesan menyimpan banyak akal picik.
"Apa yang akan kau berikan?" Ed yang memang berjiwa judi. Mulai tertarik dengan apa yang ditawarkan Smith.
"Bagaimana kalau, Lou?" mata Ed seketika terbelalak. Bagaimana tidak, Lou adalah berlian yang ditemukan Smith dan tentunya itu sangat langka dan bernilai tinggi.
"Deal." jawab Ed mantap. Kapan lagi Smith akan berbaik hati seperti ini.
~TBC~
Semoga kalian suka, jangan lupa vote dan komennya ya,
Pay pay pay
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home [END]
Teen FictionDanu dan Endru merupakan korban jatuhnya pesawat X-12QAR yang akan terbang menuju Amerika. Mereka berdua merupakan korban yang selamat dari kecelakaan maut itu. Danu, seorang anak berusia 15 tahun yang menjadi salah satu korban yang selamat. Ia pint...