___
Sinar matahari yang terik di kota Jakarta menyerang sempurna para penduduk di sana termasuk Rachel dan Kaivan yang tengah berduduk santai di bangku sekitar pantai. Jangan heran kenapa pantai, Karna ini Kaivan. Dia adalah lelaki yang suka nya hangout ke pantai padahal tidak ada yang begitu spesial disana.
Ini hari minggu, jelas banyak pengunjung yang berdatangan ke mari untuk sekedar liburan atau ada juga yang berenang di sekitar pantai. Namun tidak bagi seorang Kaivan.
Sebetulnya lelaki ini sedikit aneh. Dia suka ngajak Rachel ke pantai tetapi dia gak akan berenang karna pasti dirinya akan hitam jika berenang di bawah teriknya sinar matahari. Tapii, tempat yang selalu di datengi Kaivan adalah tempat ini yang udah pasti sinar mataharinya lebih sangat sangat terasa 10000 kali lipat. Dan lebih anehnya lagi, Kaivan itu alergi sinar matahari, tapi dia selalu pengen jadi matahari. Satu lagi, Kaivan itu gak suka dingin, tapi dia suka salju. Aneh kan? Mungkin menurut kebanyakan manusia, Kaivan itu aneh. Namun bagi Rachel, lelaki itu luar biasa.
"Van, lo lagi naksir seseorang gak sih?" Sontak Kaivan yang sedang memperhatikan para penghuni yang sedang berpacaran, menoleh dengan cepat ke arah Rachel.
"Ada." Seketika Rachel melotot karna tak percaya kalau ternyata Kaivan si bocah tengil itu bisa naksir cewe juga.
"SUMPAHH!!??? SIAPA NJIR??? KOK LO GA KASIH TAU GUE SIH???"
"Suka-suka gue lah mau kasih tau apa engga."
"Jahat lo! Eh bentar, ini cewe yang beneran lo suka kan? Bukan cewe mainan?"
"Cewe mainan, Hel. Orang gue naksirnya sama berbi." Terlihat jelas muka Kaivan yang songong itu.
"Gooblok! Serius anjai."
"Lagian elu. Gue tuh lagi ga suka siapa-siapa. Emangnya kenapa sih? Tumben amat nanyain itu ke gue." Seketika gadis itu membisu saat Kaivan menanyakan alasan dirinya bertanya. "Yaa emang ga boleh gue nanya kaya gitu? Gue kan sahabat lo."
Kemudian mereka kembali pada posisi semula. Kaivan kembali pada dunianya yang memperhatikan warga berpacaran. Dan Rachel menjadi termenung.
"Apa sekarang aja ya?" Batin gadis itu.
"Van."
"Hmm"
"Van"
"Apaa"
"Mm, Kaivan."
"Apasih Raaacheeeel? Dari tadi Van-Ven-Van-Ven."
"..Gue suka sama lo. Mau ga jadi pacar gue?" Rachel benar-benar keringat dingin sekarang. Wajahnya jadi pucat karna cemas.
"AHHAAHHAHA BECANDA LO HEL" bukannya menjawab, Kaivan malah tertawa mendengar pengakuan sahabatnya.
"Gue serius, Kaivan. Gue udah suka dari lama sama lo." Kaivan seketika terdiam mendengar pernyataan Rachel yang sepertinya semakin serius. "Lo kan pacarnya Jinan, Hel. Lo mau hianatin dia?"
"Gue sama Jinan gak pacaran, Van. Orang gue sukanya sama lo, masa pacarannya sama Jinan." Kaivan masih terdiam. Kali ini ia benar-benar bingung.
Detik berikutnya Kaivan merasakan bahwa Rachel menggenggam tangannya. "Lo mau kan jadi pacar gue?"
Perlahan, Kaivan melepaskan genggaman sahabatnya darinya. "Sorry, Hel."
"Kenapa? Lo gak suka sama gue?"
"Kita temen, Hel. Gak seharusnya kita pacaran." Pernyataan singkat yang membuat dada Rachel sesak bukan main. Disatu sisi dirinya tahu bahwa ia dengan Kaivan hanya sahabat yang sudah bersama selama 5 tahun. Tapi, apakah itu menghalangi untuk tumbuhnya perasaan cinta dari hati Rachel? terlebih mereka hanya menjalin persahabatan berdua saja. Dimanapun, kapanpun mereka selalu bersama. Dimanapun ada Rachel, disana pasti ada Kaivan. Begitu juga sebaliknya. Namun ternyata yang terjerat cinta hanya salah satu di antara keduanya. Hanya Rachel yang tak bisa menahan perasaannya.
"Gue tinggal beli minum sebentar." Kaivan beranjak dari sana dan meninggalkan Rachel yang masih tak percaya atas jawaban dirinya terhadapnya.
Bersambung..