3

7 2 0
                                    

____

Mendapat penolakan dari Kaivan memanglah sangat menyakitkan. Rupanya apa yang Rachel pikirkan tentang perasaan Kaivan terhadap dirinya selama ini salah. Gadis itu pikir Kaivan juga menyukainya namun, semua pemikirannya terjawab saat Kaivan menolaknya.

Berjalan sendirian di trotoar dengan perasaan tak karuan membuat Rachel sangat tidak nyaman. Tapi daripada ia tetap berada di sana bersama Kaivan yang justru akan membuat perasaannya campur aduk, gadis itu memilih untuk pergi dari sana dengan alasan di telpon bunda dan menyuruhnya untuk pulang.

Dalam kondisi berjalan dengan pandangan menunduk ke jalan, dan air mata yang terus bertetesan meski sudah berkali-kali ia sela pun tak sedikitpun membuat perasaannya membaik. Tak ada yang peduli terhadapnya sekarang. Bahkan para pejalan kaki di sekitar sana pun hanya berlalu tanpa memperhatikan Rachel sedikitpun. Gadis itu tau bahwa ini hanya permasalahan patah hati yang sudah biasa di alami oleh banyak orang. Tapi saat kita sendiri sudah merasakannya, pasti kita akan merasa bahwa kita adalah orang yang paling tersakiti di dunia ini. Benar kan?

Masih dengan pandangan menunduk, gadis itu terus melangkah kemanapun kedua kakinya akan membawanya. Sampai tiba-tiba ada satu pelajalan kaki yang menabraknya.

Bugh.

"Eh sorry sorry mba, saya engga sengaja. Mba gak pa-pa kan?"

Pejalan kaki itu seketika terkejut saat menyadari bahwa yang ia tabrak adalah Rachel.

"Loh? Hel? Lo kenapa? Kok nangis?" Suara berat khas itu membuat Rachel melihat ke arah seseorang yang menabraknya barusan dan seketika melepaskan kedua tangan lelaki itu dari bahunya. "Jinan? Ngapai lo disini?"

"Harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini? Dan kenapa lo nangis?"

"Ini semua gara-gara lo tau ga!!"

"Hah? Gue? Emang gue ngapain lo?" Wajah Jinan mendeskripsikan bahwa ia tak terima kenapa ia tiba-tiba disalahkan.

"Gara-gara lo Kaivan jadi nolak gue!"

"Kaivan yang nolak lo, kenapa malah gue yang di salahin sih?" Kali ini Jinan berusaha mendekat pada gadis itu.

"Ya kalo lo ga bilang ke Kaivan kalo kita pacaran kemarin, Kaivan gak bakalan nolak gue! Dia pasti nerima gue, JINAN!"

"Kita kan emang pacaran, Hel."

"Engga Jinan! Kita gak pacaran! kemarin itu kan lo yang tiba-tiba berasumsi kalo kita pacaran." Rachel berhenti untuk menetralkan nafasnya.

"Gue suka sama Kaivan, Ji.. Gue udah lama mendem perasaan ini bahkan dari awal gue ketemu Kaivan.." Gadis itu kembali meneteskan air matanya. Jinan tak berkutik sedikitpun. Yang lelaki itu lakukan hanya membawanya ke dalam pelukannya. Namun, Gadis itu menolaknya dan justru menepuk dada Jinan sedikit kencang kemudian berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Jinan masih berdiri di tempatnya. Ia tak tau harus apa sekarang. Sama seperti Rachel, ternyata Jinan sekarang juga merasakan hal yang sama. Jinan pikir Rachel menyukainya, namun ia salah.

Tak mau berlarut dalam pikirannya, Jinan segera berjalan kembali ke rumah.

***

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang