- Happiness|
is something that must be CREATED -💌
🐳
"Selamat pagi, ayah."
Senyum secerah mentari itu terbit begitu melihat Abraham datang kearah dapur menggeser kursi di meja makan. Kaluna lantas bergerak lincah, memindahkan telur dadar dari frying pan ke piring untuk ia sajikan. Ia juga tidak lupa, membuatkan ayahnya secangkir kopi hitam tanpa gula.
Gadis itu menarik kursi di hadapan Abraham, secangkir kopi di tangannya mengepulkan aroma yang berhasil tercium hingga pangkal hidung bangir pria yang kini mengalihkan atensinya dari sebuah koran yang ia baca.
Abraham berdehem, meletakkan koran itu kembali setelah sempat melipatnya menjadi empat bagian. Ia mulai menyendokkan beberapa nasi keatas piring kosongnya, lalu mengambil beberapa potongan telur dadar yang putrinya masak.
Sejak ayahnya mengambil potongan telur dadar, mata Kaluna tidak berhenti mengawasi setiap pergerakannya, wajah gadis itu tersenyum penuh harap. Namun, tidak ada sepatah kata apa pun yang ayahnya keluar kan, pria itu hanya fokus menyuapkan nasi kedalam mulutnya berteman denting piring dan sendok saling bersentuhan.
"Ayah tau tidak, sebenarnya ada insiden di balik telur dadar itu." Kaluna membuka obrolan setelah lama mereka terdiam,"Tadi Kaluna terlalu banyak memasukkan garam jadi terasa sangat asin, untung putri ayah pintar jadi Kaluna pecahkan lagi satu telur." Ujarnya berlagak bangga. "Kalau ada ibu disini, dia pasti akan mengejek Kaluna kalau ingin cepat-cepat menikah."
Abraham menghentikan kunyahannya, ia segera beranjak dari kursi, "Setelah ayah pergi, tolong kunci semua pintu, jangan kemana-mana." Kemudian tubuh besar itu menghilang dari sudut pandangnya. Manik seterang madu itu memburam seiring menatap secangkir kopi yang sudah tidak lagi mengepulkan asap, mungkin jika dengan satu kali kedipan saja bendungan air dimatanya pasti akan tumpah.
***
Minggu pagi adalah hari yang selalu Kaluna nantikan, ia akan bersemangat memberikan tanda cheklist pada sebuah card yang tertempel di pintu kamar, melakukan kegiatan yang ia inginkan. Walaupun harus terpaksa berbohong pada ayahnya, untuk diam-diam keluar rumah dan segera kembali sebelum ayahnya pulang.Seperti saat ini, jemari bulatnya tidak membiarkannya melewatkan satu pun tangkai bunga yang tengah ia sentuh, wangi manis melati menambah rasa hangat yang menjalar pada hatinya.
"Sepertinya bunga-bunga itu malu, karena kalah cantik dengan gadis yang hanya datang kesini ketika akhir pekan." Kaluna mendongak, menemukan wajah masam Maria dengan gunting dan potongan tangkai bunga di tangan.
Gadis kecil itu tersenyum, menghampiri Maria untuk ia dekap setengah tubuhnya. "Maafkan aku bibi." Rengeknya, seraya meletakkan kepalanya pada pundak Maria.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENGKARA
Teen Fiction"Kita adalah sepenggal cerita yang bertemu dalam sampul biru, berteman pada kubangan hitam dan putih, berada diantara milyaran cahaya bintang dan tenangnya dasar lautan."